Sosok Masriah Dewiyani (40) warga Gang Cengkir Kp Kebon Kelapa Timur RT 3 RW 5, Kelurahan Kejaksan, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, seorang guru les Bahasa Inggris yang bisa jadi inspirasi kita semua. Ibu dua anak itu tak mematok harga tertentu bagi orang tua yang ingin menitipkan anaknya untuk les Bahasa Inggris di rumahnya. Ia membuka les Bahasa Inggris untuk anak-anak sejak 2008.
Les Bahasa Inggris ia buka setelah memutuskan keluar sebuah perusahaan swasta di Kota Cirebon. Saat itu, anak pertamanya masih balita dan tidak mau ditinggal oleh Masriah sekadar untuk bekerja.Â
Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan yang telah digelutinya selama hampir 10 tahun itu. Setelah keluar dari tempat kerjanya, Masriah yang merasa jenuh di rumah, membuka les Bahasa Inggris sekadar mengisi waktu luang. Niatan itu disampaikan kepada para tetangganya dan mengajak anak mereka untuk ikut belajar Bahasa Inggris di rumah Masriah.
Mengetahui kemampuan Bahasa Inggris anak-anak itu masih minim, Masriah mencoba memfokuskan pada Bahasa Inggris. Salutnya, Masriah juga membuat sendiri metode pengajarannya dan berhasil. Dalam waktu beberapa bulan, kemampuan berbahasa Inggris anak-anak berkembang pesat. Lambat laun, semakin banyak orang tua yang menitipkan anaknya untuk belajar Bahasa Inggris kepada Masriah.
Masriah menyebutkan saat ini rata-rata setiap orang tua muridnya memberikan Rp 10 ribu - Rp 20 ribu untuk satu kali pertemuan dengan durasi kira-kira 2 jam. Baginya, berapapun rupiah yang diterima itu harus disyukuri. Masriah percaya rizki setiap orang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Masriah sudah merasa senang bisa belajar bersama para anak didiknya. Sampai di sini bikin lumer hati ini. Luar biasa ibu Masriah.
Masriah biasa mengajari anak didiknya di ruang depan rumahnya. Rumah Masriah sendiri tampak sangat sederhana dan hanya beratapkan asbes. Ruangan berukuran kira-kira 5 x 2 meter itu tampak sangat sederhana. Tembok ruangan yang retak itu tampak dihiasi berbagai gambar yang telah memudar.
Tak sedikit bagian tembok yang telah mengelupas, sehingga batu batanya terlihat jelas. Selain itu, satu bagian tembok hanya setengahnya yang terbuat dari batu bata. Bagian atas tembok itu hanya terbuat dari anyaman bambu yang dicat putih dan warnya terlihat usang. Memang kondisinya begini, tapi masih banyak orang tua yang percaya menitipkan anaknya ke sini.
Semoga kisah ibu Masriah bisa menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H