Mohon tunggu...
Asgar Ali
Asgar Ali Mohon Tunggu... Konsultan - Direktur GOD Bless Indonesia

Kajian Ekonomi dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dystopia Pertemuan Wang dan Blinken di Munich 2023

22 Februari 2023   17:52 Diperbarui: 22 Februari 2023   17:55 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

@page { margin: 0.79in } p { margin-bottom: 0.1in; line-height: 115% } a:link { so-language: zxx } 

Ada banyak urusan yang belum terselesaikan secara diplomatik maupun secara alamiyah akhir-akhir ini di dunia. Untuk itu butuh effort yang mensuport kekakuan dengan diselenggarakannya acara Konfrensi Keamanan Munich 2023, di mana Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu di sela-sela Konferensi Keamanan Munich tersebut. Tumben, karena pertemuan itu terjadi setelah beberapa minggu yang lalu ada rencana Blinken mengunjungi  Beijing terpaksa dibatalkan mendadak karena ada insiden balon pengawasan China yang ditembak jatuh AS pada 4 Februari 2023 lalu. sehingga pertemuan hari Sabtu kedua Diplomat itu tidak banyak memperbaiki situasi di antara kedua negara.

Tajuk utama pertemuan tersebut sebenarnya masih tentang invasi Rusia ke Ukraina, yang bahkan sedang trend menuju milad setahun perang itu, sehingga pertemuan Wang dan Blinken merupakan iklan dari acara utama konfrensi itu. Wang beralibi bahwa Balon Udara yang diterbangkan negaranya merupakan Balon Cuaca Sipil yang ditembak dan mendapat motion Histeris serta tidak masuk akal.

Ada proses saling dukung yang terjadi dalam Perang ukraina yang menyebabkan banyak negara-negara Eropa dan AS berkomitmen untuk menyediakan senjata bagi Ukraina, namun anehnya ditanggapi datar oleh Wang dalam pertemuan itu dengan menyatakan bahwa China mendukung dialog dan mengakhiri perang. Sedangkan ketika tiba giliran Blinken, dia menyatakan kekhawatirannya akan animao China yang mungkin saja akan memberikan dukungan senjata material ke Rusia. Karena mempunyai bukti tentang beberapa perusahaan China telah aktif memberikan dukungan non-mematikan ke Rusia untuk digunakan di perang Ukraina, Syahdan Blinken khawatir dikarenakan mempunyai informasi valid bahwa China sedang mempertimbangkan untuk memberikan dukungan peralatan yang mematikan ke Perang Ukraina.

Faktanya, memang China sejauh ini belum memberikan dukungan militer kepada Rusia, setidaknya sejauh informasi yang tersedia untuk umum menunjukkan hal hal yang terlihat seperti itu bahwa solid tidak ada dukungan peralatan mematikan dari China ke Rusia di perang Ukraina, meskipun ada dukungan ekonomi dari China ke Rusia dalam bentuk peningkatan perdagangan.

Konsep-konsep yang cukup mempengaruhi ketegangan kekinian itu bisa saja antara lain yakni 1. Adanya hubungan " tanpa batas " antara China dengan Rusia, 2. Insiden penembakan Balon pengawasan, 3. Perang perdagangan yang sudah berlangsung lama, 4. Kehadiran masif AS di Pasifik, 4. Sudut pandang dunia yang berlawanan antara Barat dan Xi Jinping, 5. Hubungan militer AS yang kuat dengan Jepang , Korea Selatan, Taiwan, dan Filipina mengancam kekuatan China di wilayah tersebut, terutama di wilayah yang disengketakan seperti Taiwan dan Kepulauan Senkaku, yang juga diklaim oleh China.

Dari pihak Beijing percaya bahwa apa yang dilakukan AS di Pasifik merupakan gelagat Penahanan paksa terhadap China atau bahkan merupakan upaya pengepungan terencana. Serta klaim bahwa Jepang telah kembali ke masa lalu sebelum Perang Dunia II di mana komponen negaranya terlalu militeristik. Geografis Taiwan,Laut China Timur dan Laut China Selatan juga merupakan rute akses penting bagi China yang ingin dikebiri AS.

Mengenai Taiwan, China telah menunjukkan sikap yang semakin agresif terhadap pulau itu dan dukungan militer AS untuknya setidaknya sejak krisis Selat Taiwan 1995-1996 . Presiden Taiwan Lee Teng-hui, yang oleh kepemimpinan Beijing dianggap mengejar kemerdekaan Taiwan, melakukan kunjungan tidak resmi ke AS pada bulan Juni 1995, memicu latihan militer dan uji coba rudal China yang daya jangkauannya bisa mencapai Taiwan selama beberapa bulan di waktu itu, sehingga Washington menanggapi dengan mengirimkan dua kelompok kapal induk, satu ke Laut China Timur dan satu lagi ke Selat Taiwan, untuk menunjukkan dukungan kepada Taiwan. Hal mana insiden saat itu cukup membantu memicu peningkatan anggaran pengeluaran untuk pertahanan dan pembangunan di China, yang pada gilirannya memicu kehadiran militer yang semakin bermusuhan. Masalah bertambah ketikai pihak China semakin modern dan maju menahbiskan Preferensi sendiri mengenai dunia yang dilihat oleh mereka alih alih cenderung ke Prefrensi barat, Beijing bahkan menjadi lebih bersedia untuk menegaskan klaimnya atas wilayah yang diyakini harus dimiliki, seperti wilayah yang luas di Laut Cina Timur dan Selatan, dan Taiwan."

Meskipun ada perbedaan sejarah dan politik utama antara hubungan China dengan Taiwan dan hubungan Rusia dengan Ukraina, ada juga persamaannya, terutama saat ini karena kepemimpinan di China bersikeras bahwa Taiwan adalah bagian dari daratan China.

Insiden yang seru, seperti kunjungan mantan Ketua DPR Nancy Pelosi pada Agustus ke Taiwan dan perselisihan perdagangan selama pemerintahan Trump, telah berperan dalam gesekan --- yang semuanya berujung pada dukungan China untuk Rusia dan sekarang malah ada insiden balon. Meskipun tampaknya ketegangan antara AS dan China sedang memuncak saat ini, perlu diingat bahwa Presiden China Xi Jinping telah berkuasa selama 10 tahun, bertepatan dengan tiga pemerintahan AS yang berbeda.Perbedaan ideologis inti telah mendukung permusuhan antara China dan AS, di Level Tinggi Kepemimpinan China kebanyakan tidak percaya pada sistem dan gagasan AS, merekan bahkan meyakini bahwa penyebaran AS di sekitar Tiongkok dapat menimbulkan ancaman terhadap kekuasaan Partai Komunis China.

Meskipun pertemuan antara Wang dan Blinken membuka komunikasi langsung antara kedua negara, wawancara Blinken di hari Minggu menunjukkan bahwa dialog tersebut kurang produktif; Wang tidak meminta maaf atas insiden balon tersebut, juga tidak meyakinkan rekannya dari AS bahwa China tidak akan memberikan senjata ke Rusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun