Mohon tunggu...
Asgar Ali
Asgar Ali Mohon Tunggu... Konsultan - Direktur GOD Bless Indonesia

Kajian Ekonomi dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Money

Invasi Ekonomi dan Utang Negara Atas Bank

8 September 2018   13:09 Diperbarui: 8 September 2018   13:19 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Menyangkut praktik perdagangan tidak adil yang telah dilakukan oleh sejumlah Negara Core terhadap AS selama berpuluh-puluh tahun dengan menganalisa 301 kali investigasi lapangan tentang upaya promosi besar-besar an produk China sejak 2006 di AS dan upaya praktek perdagangan nakal Uni-Eropa terhadap AS. Hal ini dikarenakan Negara-negara yang melakukan perdagangan bebas dengan Amerika selama ini tidak fair dalam mengambil keuntungan sebagai hubungan timbal balik yang seimbang dari sebuah perdagangan bebas. 

Contohnya depisit perdagangan Amerika dengan China yang menyumbang setengah dari semua masalah deposit perdagangan AS, tapi di satu sisi Uni Eropa juga mempecundangi AS di tahun 2017 saja Uni-Eropa sudah mengambil 151 milyar Dollar AS artinya Uni- Eropa membawa masalah depisit ekonomi perdagangan AS sebesar 20 persen dari total masalah ekonomi AS. 

Sementara masalah lain adalah Jepang dan Meksiko menyumbang 18 persen masalah lainnya, serta Jerman terlalu menggunakan tarif serampangan dalam ekspor otomotifnya. Jika alasan China, Uni Eropa, Jepang dan Mexiko serta Jerman ini dinyatakan karena keunggulan kompetitif dalam perdagangan bebas, maka sebenarnya hambatan terbesar adalah hampir semua Presiden AS yang memimpin sebelumnya tidak mempunyai daya untuk mengeleminir pola perdagangan bebas AS yang non-tarif tersebut. 

Amerika memiliki tarif terendah dan bahkan menjalankan kebijakan non tarif bagi Ekspor Negara-negara tersebut. Menurut Peter, AS juga nihil dalam melakukan Pajak Pertambahan Nilai, inilah yang dimanfaatkan oleh Negara China, Uni Eropa, Jepang, Meksiko serta Jerman. Padahal Pajak Pertambahan Nilai itu adalah alat Merkantelisme untuk menjaga produk Ekspor Negara-negara itu dalam rangka menjaga persaingan saling untung, dengan logika bahwa apabila AS berada di China dan Negara Core lainnya mereka akan mendapatkan perlakuan yang sama. 

Tetapi setiap tahun Amerika melakukan transaksi setengah triliun Dollar dengan China yang menjadikan Depisit perdagangan pada ekonominya. Peter juga berpendapat, mestinya tidak terjadi masalah, jika AS merujuk pada metode perdagangan Richardian, di mana agar depisit akibat kekangan perdagangan bebas dengan keuntungan tidak adil ini tidak terjadi. 

Ironisnya Metode perdagangan Richardian tidak dilakukan selama ini dalam praktek perdagangan bebas oleh para ekonom di birokrasi Amerika karena Depisit perdagangan AS ini tidak bisa ditabrak dengan menggunakan methode Perdagangan Richardian lantaran harus ada penyesuaian mata uang dikarenakan China melegitimasi mata uang mereka dengan menggunakan kurs harian yang berakibat pada hoples nya para pengambil kebijakan ekonomi di AS mentabulasi penyesuaian mata uang tersebut. Tanggal 28 Juni 2018

Pada hari Kamis, 28 Juni, Hudson Institute menjadi tuan rumah Dr. Peter Navarro, Direktur Kebijakan Perdagangan & Manufaktur Gedung Putih (OTMP).

Di sisi lain model Richardian ini menguntungkan dalam penerapannya di Jepang, Kanada, Italia dan Australia dengan metode Produktivitas Relatif, sedangkan di Jerman, Korea Selatan, Perancis dan Inggris senantiasa menggunakan Metode Harga Satuan Tenaga Kerja. 

China merespon dengan membuat peraturan perdagangan demi menjaga jarak dari konfrontasi luas dengan AS dengan membuat peraturan perdagangan hingga 2025 dan telah direfrensikan dalam dokumen penting AS yakni USTR. Trump berkata jika AS kehilangan industry masa depan maka as tidak akan memiliki masa depan.

Menurut penulis Sebenarnya krisis di AS sudah mulai berlangsung pasca tragedi gedung WTC (Citra Kedigdayaan simbol Gedung Ekonomi AS dihancurkan), di mana semua investor menarik modalnya secara besar-besar an dari AS dengan langkah lanjutan memilih untuk berinvestasi di sektor manufaktur China yang ada di Shenzhen, yang berakibat pada resesi terburuk AS sejak 1930, pada akhir Pemeritahan George W. Bush periode pertama tahun 2004, AS telah mengalami depisit anggaran sebesar US$ 261 M.

Bush merayu pemilih Amerika di kapanye ketika maju untuk pemilihan Presiden AS periode kedua dengan stimulus Kredit Perumahan Murah yang berimbas juga pada tahun 2008 ada depisit perdagangan AS di angka US$ 323 M karena ketidakmampuan pembayaran kredit perumahan itu maka ribuan bank pemberi fasilitas kredit perumahan merugi sehingga dibuatlah kebijakan ekonomi Bailout US$ 700 M di era periode pertama Obama dan kebijakan bailout itu gagal maning. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun