Akibat dari pengajaran agama yang hanya menitik-beratkan pada konsep tanpa praktek membuat banyak masyarakat memandang sebelah mata lembaga pendidikan Islam.Â
Teman asrama saya, sebut saja Veni. Ia melanjutkan studinya di Universitas Negeri Islam dan masuk di jurusan pendidikan agama Islam. Seseorang pernah bertanya kepadanya, "Nduk, Kamu sekarang melanjutkan dimana?". Ia menjawab, " Di Universitas Islam Negeri Malang, Pak". Sontak saja orang itu langsung menyepelekannya dengan wajah sinis, " Kamu mau jadi teroris, ya?".
Tentu saja pemikiran seperti ini tidak hanya dari satu-dua orang tetapi faktanya sebagian besar orang sudah berparadigma seperti itu dan hal itu sudah banyak saya temui di dalam masyarakat yang mana pendidikan islam sudah tidak dianggap penting. Satu lagi fakta menarik yang saya temukan ketika saya duduk di bangku MI, MTs, dan MA dimana kurang dari 10 persen siswa berasal dari kota sedangkan sisanya dari desa lebih memilih sekolah di lembaga pendidikan Islam. Mengapa hal itu terjadi?
Adanya perbedaan antara sekolah umum dengan sekolah keagamaan di Indonesia, menjadi suatu fakta yang tidak dapat terbantahkan bahwa sistem pendidikan Indonesia justru berkiblat pada budaya Barat. Seperti yang kita tahu, bahwa pelajaran agama memang ada di Indonesia tapi pelajaran agama tersebut hanya sebagai lambang saja karena faktanya tidak menghasilkan apapun tetapi hanya menghasilkan pelajaran yang diawali dengan bismillah dan diakhiri dengan hamdalah tanpa orang itu tahu apa sebenarnya hukum yang sedang ia kerjakan.
Kita tahu bahwa hukum mencuri adalah haram. Hukum tersebut tentu lebih didalami di suatu lembaga pendidikan Islam jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum. Tapi, mengapa tidak sedikit kasus korupsi terjadi di lingkungan ataupun lembaga Islam sendiri?
Dapat kita lihat langsung salah satu contoh kasus pada Maret lalu dari jual beli jabatan hingga korupsi Al-Qur'an dan dana haji. Ada apa dengan Kementerian Agama kita saat ini? Hal itu tentu berpengaruh terhadap sistem pendidikan Islam yang berada di bawah naungan Kementerian Agama tersebut. Nilai-nilai yang diajarkan dalam pendidikan islam itu sendiri hanya omong kosong jika sistem khilafahnya sendiri seperti itu.
Sejauh mana sistem pendidikan Indonesia saat ini mampu membentuk karakter pribadi yang luhur dan mulia? Sebenarnya kita dapat melihat dari tujuannya. Kita pasti menginginkan suatu pendidikan itu dapat menghasilkan suatu generasi yang mulia, berhasil, dan maju. Kita memimpikan bangsa Indonesia dapat menguasai dunia. Pertanyaannya, apakah hal tersebut dapat diwujudkan dengan melihat pendidikan kita saat ini? Tidak, karena kemungkinan tersebut hanya dapat dicapai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. Kalau diluar cakupan itu pasti non-sence.
Jadi, kalau kita memimpikan untuk memimpin dunia, melahirkan generasi pendidikan yang baik, mulia, hanya Islam jawabannya. Islam dijadikan patokan, landasan, dan di dalam setiap sendi kehidupan tentu dengan pendidikan Indonesia di dalamnya.
Bagi seorang mahasiswa muslim tulen, tentu akan risih dengan sistem pendidikan Indonesia saat ini. Kenapa? Karena itu diluar nalar dia sebagai seorang muslim, tidak sesuai yang seharusnya ia pahami sebagai seorang muslim. Hal itu akan dikembalikan pada tataran kehidupan Islam. Seharusnya kita bergerak ke arah sana tentu bukan hanya dengan wasilah atau thoriqoh saja tapi dengan khilafah Islam untuk mewujudkan sistem Islam merasuk dalam sendi-sendi kehidupan.
Selain itu, agar pendidikan Islam tidak kehilangan daya tarik, diperlukan adanya perubahan pandangan atau paradigm masyarakat serta membangun kerangka berpikir yang memadai dalam penyelenggaraan pendidikan Islam.
Sebagai mahasiswa Muslim yang mempunyai moto, kita akan menjadi poros pengkajian untuk sistem pendidikan Indonesia Islami yang akan kita siapkan untuk menyongsong khilafah yang akan segera kita tegakkan dan kibarkan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H