Mohon tunggu...
Asfi Hani
Asfi Hani Mohon Tunggu... Lainnya - asfii

bekerja keras dan berdoa serta tidak lupa rajin membuat sebuah artikel yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengaruh Budaya Pop terhadap Budaya Lokal

19 September 2020   10:29 Diperbarui: 27 Mei 2021   11:59 2499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan kebudayaan lokal yang ada disetiap daerah di Indonesia.Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah "puncak-puncak dari kebudayaan daerah".

Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan.Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional.

Kebudayaan Indonesia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan, perubahan ini terjadi karena faktor masyarakat yang memang menginginkan perubahan dan perubahan kebudayaan terjadi sangat pesat yaitu karena masuknya unsur-unsur globalisasi ke dalam kebudayaan Indonesia. 

Unsur globalisasi masuk tak terkendali merasuki kebudayaan nasional yang merupakan jelmaan dari kebudayaan lokal yang ada disetiap daerah dari Sabang sampai Merauke ( Tobroni: 2012 : 123).

Budaya lokal biasanya tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat suku atau daerah tertentu karena warisan turun temurun yang dilestarikan. 

Sejalan dengan pendapat tersebut Judistira (2008), menyatakan bahwa kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional.

Baca juga : Lunturnya Kebudayaan Bangsa di Kalangan Generasi Muda

Dalam wacana kebudayaan dan sosial, sulit untuk mendefinisikan dan memberikan batasan terhadap budaya lokal atau kearifan lokal, mengingat hal ini akan terkait teks dan konteks. Akan tetapi, secara etimologi dan keilmuan,para pakar sudah berupaya merumuskan definisi terhadap budaya lokal atau kearifan lokal.  

Budaya pop adalah budaya yang ringan, menyenangkan dan trendi, banyak disukai orang dan cepat berganti.

Budaya pop juga dapat didefinisikan sebagai budaya masa. Holyday, dkk (2004) mengemukakan bahwa 4 karakteristik budaya populer antara lain di produksi oleh industri budaya, cenderung berlawanan dengan folk culture ( warisan budaya yang tradisional yang sifatnya berorientasi ritual dan nonkomersial), keberadaannya diterima dimana-mana, dan memenuhi fungsi sosial. Hal ini menyebabkan terjadinya kebudayaan di dalam masyarakat tradisional berubah.

Dapat dilihat dari yang dulunya merupakan masyrakat yang tertutup dan ketika adanya pengaruh budaya pop masyarkat tersebut menjadi terbuka. Kebudayaan pop berkembang dan menggeser kebudayaan lokal dikarenakan adanya dampak dari arus globalisasi dimana setiap negara baik yang berkembang maupun maju selalu mengikuti arus globalisasi ini menyebabkan kebudayaan lokal yang dulunya merupakan menjdi identitas suatu daerah bahkan bangsa ketika adanya budaya pop maka budaya tersebut mengalami kegeseran dan mengalami kemunduruan suatu budaya.  

Dari sekian banyak kebudayaan yang terdapat di Indonesia mulai dari kuliner, fashion, kesenian, seperti ada kuliner dari beberapa daerah sebagai contoh; rendang dari Padang, pie susu dari pulau Dewata, gudeg dari Yogyakarta, mempunyai ciri khas tersendiri. 

Semuanya merupakan aset bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan agar keaslian dan eksistensinya tidak dikikis oleh derasnya arus globalisasi. Melihat kenyataan bahwa masyarakat Indonesia saat ini lebih memilih kebudayaan pop yang mereka anggap lebih menarik ataupun lebih unik dan praktis.

Kebudayaan lokal banyak yang luntur dan terkikis akibat adanya dari kurangnya generasi penerus yang memiliki minat untuk belajar dan mewarisinya. Tak ayal pada zaman sekarang budaya pop yang masuk ke Indonesia tidak hanya dalam segi makan, pakian, skincer, cara berpakain bahkan dalam hal bebicara pun juga demikian.

Generasi muda contohnya ketika setelah melihat drama korea bahkan drama jepang mereka akan menirukan bahasa budaya korea maupun jepang dan diterapkan di kehidupannya. Hal ini akan merusak dan menenggelamkan budaya bahasa jawa, sunda, osing, madura dan yang lainnya yang menjadikan ciri bangsa itu sendiri.

Baca juga : Kapitalisme dan Globalisasi Kebudayaan: Hubungan Korean Wave dan Sistem Kapitalisme di Indonesia

Dulu pakaian yang menjadi identitas bangsa yaitu kebaya tetapi pada era sekarang kebaya sudah jarang digunakan bahkan tidak pernah digunakan, tetapi juga masih ada yang menggunakan kebaya ketika terjadinya pernikahan dengan menggunakan adat jawa, pada saat wisuda, dan acara-acara yang lainnya. 

Sekarang yang digunakan adalah pakaian yang di sebut sebagai dress dan yang lain sebagainya. Tak hanya itu saja dalam kehidupan sehari hari juga para generasi muda maupun generasi yang sudah lanjut banyak yang memilih menggunakan cara berpakaiannya orang korea maupun jepang dan fashion yang digunakan adalah fashion budaya pop.  

Dalam hal ini saja pengaruh kebudayaan pop sangat kentara, dan pada zaman ini pula style yang seperti ini dijadikan sebagai fashion yang digemari oleh kalangan muda. Tidak hanya dalam fashion, hal yang berpengaruh dalam kebudayaan lokal terhadap kebudayaan pop yaitu tentang kuliner atau makanan.

Dulu pada saat sebelum adanya globalisasi dan masuknya budaya pop yang dimakan oleh orang - orang indonesia atau orang lokal adalah ubi-ubian dan makanan nusantara lainnya, seperti halnya kucur, pukis, serabi, getuk lindri, onde-onde, kelepon dan lain sebagainya yang pada saat itu sebagai bungkus makanannya yaitu daun pisang dan makanan pokoknya adalah sesuai dengan kondisi wilayahnya pada saat itu, yaitu sagu, jagung, singkong, dan beras yang merupakan ciri khas suatu daerahnya masing-masing, tetapi setelah adanya budaya pop yang menjadi makanan favorite sekarang adalah makanan jepang dan korea dan makanan cepat saji lainnya, seperti halnya ramyeon, bulgogi, bibimpap, shusi, kimchi,  ganjeong, dorayaki.

Baca juga :  Gaya Hidup Baru di Era Globalisasi

Untuk keseniannya sendiri dalam kebudayaan lokal atau kebudayaan nusanatara adalah yang dulunya hanyalah tarian dan keseinan kesenian lokal, yang ada di dalam daerah masing-masing yang menjadikan ciri khusus bangsa indonesia. 

Seperti halnya kesenian tarian seperti tari jaipong, tari piring, tari kecak dan tarian-tarian yang lainnya. Sedangkan, ketika masuknya kebudayaan pop maka yang sekarang tren adalah dance dan lain sebagainya.

Maka dari itu adanya pengaruh dari globalisasi ini seharusnya budaya indonesia tetap di lestarikan dan dijunjung tinggi agar budaya kita tidak terkikis oleh budaya budaya pop lainnya, untuk melestarikannya dengan cara dikemas saja kesenian tersebut dengan hal yang menarik agar orang-orang indonesia juga meniru itu.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun