Mohon tunggu...
Chelsy Natalia
Chelsy Natalia Mohon Tunggu... Petani - Berangkat dari kesukaan hingga mulai mencintai dunia pertanian 🌱

sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kearifan Lokal: "Kalau Mama Diolah Terus, Air Susunya akan Habis, Maka Mama akan Mati"

11 Agustus 2020   08:19 Diperbarui: 11 Agustus 2020   08:38 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika keempat lahan telah digarap, maka saat itu tanah pada lahan pertama telah pulih dan siap untuk digarap kembali. Budaya ini dapat dinilai sebagai hubungan balas budi oleh manusia terhadap kelestarian alam. Alam memberikan hasil terbaiknya dan manusia memberikan waktu bagi alam untuk beristirahat. 

Jika kita pikirkan lagi, masyarakat etnis Arfak bisa saja menanam pada keempat ladang dalam satu musim tanam dengan memberikan input bahan organik dan pupuk yang cukup pada tanah sehingga  dapat memperoleh hasil yang lebih tinggi sepanjang tahun.

Akan tetapi, hal ini tidak mereka lakukan karena mereka memaknai betul arti tanah dan kehidupan pada suatu lahan. Selain itu, proses yang dilakukan manusia tidak akan sesempurna apa yang dilakukan oleh alam.

Bagi masyarakat etnis Arfak budaya ladang berpindah dapat diterima dan tidak merugikan masyarakat sehingga diturunkan dari generasi ke generasi. Mereka juga menerima adanya inovasi dari luar dan mengadopsi sebagian inovasi seperti pengenalan komoditas baru sehingga pengetahuan akan budidaya lebih berkembang dan memperoleh hasil yang bervariasi, optimal dan berkualitas. 

Namun tidak sedikit pula inovasi pertanian yang ditolak karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, ada aspek kesejahteraan sosial yang dicapai oleh masyarakat dalam kehidupan mereka.

Jika dipandang pada aspek perekonomian, masyarakat etnis Arfak tetap memperoleh keuntungan dari kegiatan pertaniannya. Ketersediaan bahan makanan yang dapat dipanen setiap hari membuat masyarakat dapat selalu memenuhi kebutuhan pangan hariannya, salah satunya adalah ubi jalar (batatas). 

Masyarakat etnis Arfak memiliki cara menanam ubi jalar dalam satu rumpun ditanam pada empat sisi. Saat panen pertama akan digali secara perlahan pada satu sisi dan ditinggalkan akar-akar lalu lubang tersebut ditutup kembali. 

Panen pada hari berikutnya pada sisi-sisi yang lain sehingga satu rumpun dapat dipanen selama satu tahun. Masyarakat hanya panen secukupnya untuk kebutuhan pangan keluarga serta dijual ke pasar sehingga setiap keluarga tidak akan kekurangan bahan pangan dan alam tidak diambil berlebihan sehingga baik alam maupun manusia tidak ada yang dirugikan.

Pustaka:

Mulyadi & Deny A. Iyai. 2016. Pengaruh Nilai Budaya Lokal terhadap Motivasi Bertani Suku Arfak di Papua Barat. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 5(1): 18-29.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun