Mohon tunggu...
Chelsy Natalia
Chelsy Natalia Mohon Tunggu... Petani - Berangkat dari kesukaan hingga mulai mencintai dunia pertanian 🌱

sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Nature

Stop Over Fertilizing!

17 Maret 2019   13:34 Diperbarui: 18 Maret 2019   22:53 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi masyarakat awam mungkin belum paham arti dari Fertilizing. Berasal dari kata fertiliser yang artinya pupuk, maka fertilizing merupakan kegiatan pemupukan. Pupuk merupakan "makanan" utama bagi tanaman sehingga sangat diperlukan oleh petani. Pupuk diberikan kepada tanah untuk dapat diserap secara langsung dan cepat oleh tanaman budidaya. Kita dapat mengenal pupuk berdasarkan bahan dasar pembuatannya  yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Ada begitu banyak jenis pupuk anorganik baik berupa pupuk tunggal maupun majemuk. Pupuk yang paling sering digunakan bahkan membuat petani menjadi ketergantungan olehnya adalah pupuk Urea, TSP, KCl, dan lain sebagainya.

Ketiga contoh pupuk ini merupakan pupuk tunggal yang masing-masing mengandung unsur hara makro yang paling utama dibutuhkan oleh tanaman yakni Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Pupuk organik dapat diperoleh dari bahan-bahan organik seperti limbah peternakan (baik kotoran, urin ternak maupun sisa makanan) dan dari residu tanaman. Bahan-bahan ini yang terutama banyak digunakan untuk membuat pupuk organik cair dan kompos. Seperti tujuan awalnya untuk menyediakan hara bagi tanaman, pupuk yang diberikan dalam jumlah yang kurang ataupun kelebihan dapat menyebabkan dampak tidak hanya bagi tanaman, tetapi juga bagi tanah dan lingkungan serta berpengaruh pada biaya yang harus dikeluarkan oleh petani.

Secara langsung dampak apabila pemberian pupuk dilakukan dalam jumlah yang sedikit (kurang) maka tanaman akan langsung menunjukkan gejala-gejala ringan sebagai reaksinya terhadap kekurangan unsur-unsur hara tertentu. Salah satu contoh seperti pada tanaman yang kekurangan unsur P akan menunjukkan gejala berwarna ungu atau kemerahan pada daun yang menunjukkan terjadinya akumulasi gula (antosianin), hal ini dapat terlihat jelas pada tanaman jagung.

Apabila kekurangan salah satu unsur hara berlangsung dalam waktu yang lama maka akan menimbulkan gejala yang semakin parah bahkan hingga tanaman mati. Sedangkan beberapa dampak pemberian pupuk yang berlebihan (over fertilizing), yaitu terjadinya toksisitas atau keracunan pada tanaman dan pencemaran tanah dan air tanah oleh sisa-sisa pupuk anorganik berlebih yang tidak diserap oleh tanaman.

Selain itu, tanah menjadi kurus atau penurunan kualitas tanah akibat pupuk anorganik yang memiliki mobilitas yang tinggi sehingga mudah untuk berpindah dari dan antar lapisan-lapisan tanah, seperti unsur Nitrogen yang dalam bentuk NH4+ (ammonium) pada urea dapat mengalami dua hal yakni, (1) volatilitasi, ammonium mengalami reduksi menjadi gas ammonia (NH3) yang menguap ke atmosfer; dan (2) nitrifikasi, ammonium mengalami oksidasi menjadi NO3- (nitrat).

Apabila nitrogen terdapat dalam bentuk nitrat pada tanah maka dapat dengan mudah mengalami pencucian (leaching) saat turun hujan, akibatnya nitrogen pada lapisan top soil atau di daerah perakaran akan masuk semakin dalam ke tanah sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman serta nitrogen yang terbawa semakin jauh ke dalam dapat terakumulasi bersama air tanah menyebabkan tercemarnya air tanah oleh kandungan nitrogen yang tinggi. Pemberian pupuk yang berlebihan juga mengakibatkan semakin kecilnya pendapatan petani akibat biaya pupuk yang besar.

Untuk menghindari dampak yang dapat ditimbulkan dari over fertilizing yaitu dengan menerapkan prinsip 5T.

Tepat jenis

Setiap tanaman memerlukan jenis pupuk yang berbeda-beda, namun sama-sama memerlukan unsur hara makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Ketiga unsur ini memiliki bentuk yang berbeda yang mampu diserap oleh tanaman, seperti halnya nitrogen memiliki bentuk ion NH4+ (ammonium) dan ion NO3- (nitrat) yang tersedia bagi tanaman. Akan tetapi, beberapa tanaman lebih suka menyerap N dalam bentuk ammonium dibandingkan dengan N dalam bentuk nitrat. Unsur P dapat diserap dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO4-2). Sedangkan unsur K diserap dalam bentuk ion K+. Sehingga penting untuk mengetahui jenis dan kandungan dari pupuk sebelum digunakan pada tanaman.

Tepat waktu

Pupuk anorganik dan pupuk organik memiliki perbedaan waktu dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman. Kandungan unsur hara pada pupuk anorganik merupakan bentuk hara yang tersedia bagi tanaman sehingga lebih cepat dan dapat langsung diserap oleh tanaman. Berbeda dengan pupuk organik dimana unsur hara belum dalam bentuk yang tersedia sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bereaksi dengan tanah barulah dapat menyediakan hara (dalam bentuk tersedia) bagi tanaman. Sehingga untuk pemberian pupuk organik seperti kompos dan pupuk rock fosfat (pupuk bentuk padatan) biasanya dijadikan pupuk dasar yang diberikan 1 minggu sebelum lahan ditanami bibit. Selain itu berkaitan dengan waktu pemupukan biasanya dilakukan pemupukan susulan sesuai stadia pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti pemupukan untuk mempercepat pembungaan (fase generatif).

Tepat dosis

Dosis pupuk merupakan bagian utama dan penting dalam pemupukan. Sebab kebanyakan petani hanya memberi pupuk sesuai pengalaman bertani selama ini, hal ini yang membuat dosis pemupukan hanyalah sebagai perkiraan semata-mata tanpa diuji dan dihitung kepastiannya. Petani hanya dapat mengamati apabila tanaman tidak subur maka ditambahkan pupuk dan jika tanaman telah subur itu menandakan pupuk telah tercukupi. Dengan pengalaman seperti ini, tindakan petani tidaklah salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Ada kekeliruan yang sebenarnya terjadi.

Saat tanaman menunjukkan gejala kekurangan pupuk diatasi dengan penambahan pupuk pada lahan akan tetapi tidak memperhitungkan dosis yang tepat, sehingga bisa saja terjadi over fertilizing (pemupukan berlebih) tapi tidak sampai menyebabkan tanaman keracunan, sehingga kelebihan pupuk ini dianggap tidak menjadi suatu masalah. Untuk itu, seharusnya bersama dalam kelompok tani melakukan pengujian atau analisis tanah secara berkala untuk mengetahui pH tanah dan kandungan unsur hara pada tanah agar menjadi tolak ukur bagi petani untuk menentukan seberapa dosis pupuk yang harus ditambahkan dan tepat sesuai kebutuhan tanaman budidaya sehingga tidak ada pupuk yang terbuang sia-sia dan biaya input pupuk menjadi lebih sedikit.

Tepat sasaran

Sasaran menunjukkan lokasi yang tepat untuk pemberian pupuk. Pemberian pupuk dapat dilakukan di sekitar perakaran (umumnya), pada daun atau batang, ada pula yang diberikan pada tanah dengan jarak sesuai tajuk tanaman. Tentunya disesuaikan dengan jenis tanaman yang dibudidayakan.

Tepat cara

Pemberian pupuk juga harus dengan cara yang benar. Pupuk umumnya dapat diberikan dengan cara dilarutkan dengan air dan dibenamkan pada tanah. Misalnya pemberian urea pada padi sawah, petani melakukan dengan cara menebar sambil berjalan maju untuk menginjak dan membenamkan urea agar masuk pada lapisan perakaran tanpa oksigen atau anaerobic soil layer. Hal ini bertujuan agar ammonium pada urea tidak mengalami nitrifikasi pada lapisan permukaan atau aerobic soil layer. Dengan begitu dapat meminimalisasi terjadinya pencucian nitrogen.

Dengan mengetahui prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat menghindarkan kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan oleh pemupukan yang berlebihan. Hal ini juga berlaku bagi petani organik yang walaupun menggunakan pupuk organik tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, tetapi masih tetap berdampak pada besarnya biaya input yang dikeluarkan oleh petani.

Oleh karena itu, apabila masih ada di sekitar kita yang belum melakukan pemupukan tepat dosis, sebaiknya mulailah mengubah kebiasaan itu. Kesulitan yang dihadapi petani untuk mengubah kebiasaan ini kemungkinan diakibatkan oleh sarana dan prasarana untuk menganalisis tanah, sehingga sebaiknya dapat bekerja sama dengan Dinas Pertanian atau pemerintah daerah setempat untuk menyediakan perangkat-perangkat uji tanah sawah dan tanah kering. Agar ke depannya tanah milik petani tetap sehat dan mampu menghasilkan produk-produk pertanian yang dibutuhkan oleh masyarakat serta petani pun diuntungkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun