Mohon tunggu...
Asfar Syafar
Asfar Syafar Mohon Tunggu... Peternak - Sebuah peringatan. Untukku yang semakin lupa tentang bahagianya menulis.

Email: asfarsyafar@gmail.com Blog: asfarsyafar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Kalla yang Merawat Desa

2 Oktober 2022   19:02 Diperbarui: 2 Oktober 2022   19:05 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Yayasan Hadji Kalla

Matahari nampak bersinar cerah pagi itu, memantul indah dari dinding kaca sebuah bangunan megah di jantung kota Makassar. Gedung lima belas lantai yang didominasi warna hijau tersebut nampak menyatu dengan alam, orang-orang menyebutnya Wisma Kalla. Wisma Kalla merupakan kantor pusat dari seluruh perusahaan-perusahaan Kalla Group, kelompok usahanya menyebar dari bisnis automotif, transportasi dan logistik, konstruksi, energi, properti, retail hingga pendidikan.

Di Makassar, kita tak bisa kemanapun tanpa melihat logo dari Kalla Group. Ketika membeli mobil baru, naik transportasi umum, mengunjungi tempat hiburan, rumah makan, pusat perbelanjaan, mengirim barang, membeli properti, bersekolah, berkuliah, bahkan di tengah hutan sekalipun kita masih akan menjumpai logo Kalla.

Kalla Group sendiri dikenal sebagai kelompok usaha terbesar di Kawasan Timur Indonesia, dan sudah memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Sulawesi. Selalu ada penjelasan rasional mengapa Kalla begitu amat dipercaya dan dicintai. Saat suatu hari berkunjung ke sebuah desa di pedalaman Kabupaten Gowa, wilayah yang dikenal dengan produksi bawang merahnya, saya menemukan banyak kisah mengapa Kalla begitu dicintai setinggi langit.

*****

Ketika mengunjungi pasar Malakaji, sebuah desa di kaki Gunung Lompobattang, Kabupaten Gowa, saya berbincang dengan seorang pedagang bawang. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Dg Tinggi, dengan menggunakan mobil bak terbuka lelaki berbaju hijau tersebut nampak menjajakan belasan karung bawang merah yang merupakan hasil panennya musim itu, di sela-sela senggangnya Ia bercerita bahwa dirinya berasal dari desa tetangga, tepatnya Desa Paladingan, Bontolempangan, Gowa.

Dg Tinggi baru delapan tahun terakhir menanam bawang merah, sebelumnya Ia banyak menanam sayur dan umbi-umbian, namun karena harga sering kali anjlok dan perairan yang terkadang sulit, dirinya sering kali merugi. Ia sempat putus asa dan berniat untuk merantau ke luar negeri saja, namun sebuah harapan tiba-tiba datang ketika sekelompok sarjana pertanian datang ke desanya. Tiga orang pemuda kota tersebut menyebut dirinya pendamping 'Desa Bangkit Sejahtera', sebuah program dari Yayasan Hadji Kalla untuk membantu pengembangan desa.

Dg Tinggi yang awalnya beranggapan bahwa mustahil bawang merah bisa tumbuh di lahan kering milik mereka menjadi tercerahkan dan mulai menggeluti komoditi tersebut. Kekhawatirannya akan merugi seperti tanaman sebelumnya terpecahkan dengan bantuan pengetahuan metode tanam dan perairan lahan. Alhasil Dg Tinggi merasa cocok dengan bawang merah dan fokus menanam komoditi ini, tak hanya sampai di situ, Ia bersama istrinya juga mampu memberdayakan tetangganya dengan membuat produk olahan bawang goreng yang menjadi salah satu buah tangan khas ketika mengunjungi Gunung Lompobattang.

Kami tak lama berbincang. Sebelum beranjak, Ia menunjukkan logo Kalla yang ada pada bajunya. Dg Tinggi berkata bahwa baju tersebut merupakan salah satu baju favoritnya, kenangan ketika mengikuti workshop dan pelatihan wirausaha pertanian bersama puluhan petani di desanya yang diadakan oleh program Desa Bangkit Sejahtera.

Membangkitkan Desa, Menyejahterakan Masyarakat

Saya teringat kawan lama saya Akhsan. Dia adalah sarjana pertanian alumni universitas kenamaan di Bogor, seorang anak buruh karet dari Kajang Bulukumba yang berhasil melanjutkan sekolah melalui beasiswa Kalla. Beberapa waktu lalu Ia sempat mempromosikan produk pengharum berbahan dasar kopi di sosial medianya, pada postingannya Akhsan bercerita bahwa produk tersebut merupakan hasil pendekatan dan edukasi yang dia lakukan di Desa Boneposi, Latimojong, Kabupaten Luwu. Ia bersama dua orang temannya selaku fasilitator lapangan dari program Desa Bangkit Sejahtera mampu membangkitkan minat kalangan muda di sana melalui program produk olahan kopi. Mereka terjun langsung mengajarkan warga desa menyortir, mengolah, fermentasi kopi, pengemasan, branding hingga pemasaran untuk menghasilkan produk yang mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di Boneposi.

Saya terperanjat. Saya sedang melihat langsung kisah bagaimana sebuah group bisnis membangun rumah di hati masyarakat. Ada banyak perusahaan-perusahaan di luar sana, namun tak banyak yang punya komitmen sebesar Kalla untuk mau berkontribusi langsung ke tingkat kecil masyarakat, khususnya di perdesaan.

Foto: Yayasan Hadji Kalla
Foto: Yayasan Hadji Kalla

Berdasarkan riwayat penelusuran saya, Kalla Group memang senantiasa mengambil peran dalam membangun dan memajukan perekonomian bangsa. Membawa misi Kalla Group untuk terus hadir di tengah masyarakat, sebagai bentuk tanggung jawab sosial, Yayasan Hadji Kalla dibentuk dan konsisten menghadirkan berbagai program pemberdayaan masyarakat. Yayasan yang didirikan sejak tahun 1984 tersebut menjalankan berbagai program Corporate Social Responsibility terutama kegiatan pemberdayaan Sumber Daya Manusia dalam konteks pengembangan keislaman, mutu pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat, yang salah satunya adalah program Desa Bangkit Sejahtera.

Desa Bangkit Sejahtera dimulai sejak akhir tahun 2013, awalnya disebut dengan program Pengembangan Desa. Program yang bermula dari satu desa di Kabupaten Bone tersebut, terbukti berhasil membangkitkan semangat perekonomian di sana, hingga akhirnya pada tahun 2015 dikembangkan menjadi 10 desa, lalu ditingkatkan lagi menjadi 16 desa binaan di tahun 2017, seiring bertambahnya waktu, hingga saat ini tercatat sudah hampir ratusan desa yang pernah dibina untuk dibangkitkan semangatnya, dikembangkan potensinya, hingga tercapai desa yang sejahtera. Bukan hanya kuantitas desa yang bertambah, jangkauan lokasi pengembangan juga semakin meluas, yang sebelumnya hanya di wilayah Sulawesi Selatan, kini telah menyebar di empat provinsi lainnya. 

Foto: Yayasan Hadji Kalla
Foto: Yayasan Hadji Kalla

Sesuai dengan nama kegiatannya, Desa Bangkit Sejahtera bertujuan membantu masyarakat desa untuk bangkit dan menjadi desa yang sejahtera. Mulanya Yayasan Hadji Kalla melakukan rekrutmen sarjana pendamping yang ahli di bidang pertanian, kesehatan dan pendidikan untuk ditempatkan selama satu tahun di desa sasaran, selanjutnya para ahli tersebut disebar ke desa-desa untuk memberikan bantuan pengembangan, pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat desa (baik tua-muda) dalam memaksimalkan potensi dan keunggulan desa dalam lima fokus program yang terdiri atas pengembangan pertanian, mutu pendidikan, keagamaan, penguatan kelembagaan, serta pengembangan kesehatan dan lingkungan. Selain pengembangan sumber daya manusia dan finansial yang dikelola oleh sarjana pendamping, Yayasan Hadji Kalla juga secara rutin memberikan bantuan untuk pengembangan desa seperti bantuan peralatan pertanian, bantuan bibit, sarana kebersihan, bantuan pupuk hingga beasiswa untuk anak desa berprestasi.

*****

Suatu waktu ketika saya bersama keluarga berlibur ke Malino, lokasi wisata di Gunung Bawakaraeng, saya berkesempatan mencicipi Alpukat Malino. Saya menikmati buah alpukat yang rasanya lebih manis dan berukuran lebih besar dibanding buah serupa yang sering saya beli, awalnya saya berpikir buah tersebut merupakan produk impor, namun ternyata produk lokal setempat. Saat saya tanya apa rahasianya, petani tersebut menjawab, "rahasia ada pada Kalla". 

Bapak tersebut menjawab lapis-lapis pertanyaan dalam benak saya tentang Kalla. "Jika kamu berpikir bahwa Kalla hanya soal bisnis mobil saja, maka kamu salah besar", katanya. Beberapa tahun lalu ketika produksi Alpukat Malino menurun signifikan baik dari kualitas maupun kuantitasnya, dan petani mulai beralih menanam komoditas lain, Yayasan Hadji Kalla datang membina dan memberdayakan petani di wilayah Malino.

Yayasan Hadji Kalla saat itu memilih 17 orang petani potensial untuk dibagikan seribu bibit pohon alpukat varietas unggul yang didatangkan dari Penangkaran Benih Alpukat yang ada di Kota Semarang, bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Kementerian Pertanian, tim ahli memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani Malino untuk membudidayakan alpukat yang sesuai dengan standar Good Agriculture Practice (GAP). Pendampingan dan bantuan terus dijalankan hingga dihasilkan jenis Alpukat Malino unggulan yang membawa kesejahteraan bagi petani setempat. Ke depan, Kalla mengupayakan pembentukan tempat penangkaran benih alpukat unggul di Malino sehingga petani tidak perlu mendatangkan lagi bibit dari Jawa.

Yayasan Hadji Kalla terbukti banyak berkontribusi pada kawasan perdesaan di Kawasan Timur Indonesia, khususnya wilayah terpencil dan tertinggal. Kalla bertemu dengan kalangan profesional dan lembaga ahli, belajar kondisi permasalahan di desa, lalu mengambil tindakan untuk membantu menyejahterakan masyarakat.

Kalla, Maju Bersama untuk Indonesia       

Kalla Group senantiasa mengambil peran dan melakukan usaha dengan satu tujuan yakni membangun dan memajukan perekonomian bangsa. Sebagai sebuah grup bisnis yang tidak hanya mengedepankan aspek keuntungan dalam kegiatan bisnisnya, Kalla juga ikut berperan aktif dalam pengembangan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Bila melihat daftar perusahaan pembayar pajak di Sulawesi, maka nama Kalla Group akan menjadi salah satu nama yang muncul dalam daftar paling atas sebagai pembayar pajak terbesar dan terpatuh. Dengan komitmen maju bersama, kontribusi pajak tersebut akan membantu Indonesia menata kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, digunakan untuk pembangunan infrastruktur, maupun sebagai modal perputaran roda pemerintahan.

Selain pajak dalam jumlah besar, kontribusi Yayasan Hadji Kalla melalui berbagai kegiatan Corporate Social Responsibility merupakan wujud sumbangsih nyata Kalla terhadap bangsa  Indonesia. Sebagai hasil, ratusan proyek pemberdayaan desa telah dilakukan Kalla di berbagai tempat. Proyek tersebut semua berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. Mulai dari pemberian bantuan benih-pupuk, pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis komoditi, pembinaan kaum duafa melalui usaha kecil menengah, peningkatan taraf kesehatan dan lingkungan, respon kebencanaan, program kampung hijau energi, kegiatan penghijauan, pengadaan listrik, peningkatan kualitas pendidikan melalui program Educare, hingga peningkatan kualitas akhlak melalui program Islamic Care. Itulah sebabnya produk-produk Kalla banyak dicintai oleh masyarakat Sulawesi, sebab Kalla telah berbuat banyak bagi mereka.

Foto: Yayasan Hadji Kalla
Foto: Yayasan Hadji Kalla

Dari Kalla Group kita mencatat banyak hal baik. Sebuah bisnis akan dikenang ketika melakukan sesuatu bagi masyarakat, target pasarnya. Namanya akan abadi ketika memiliki kerja-kerja jangka pendek dan jangka panjang yang dirasakan oleh masyarakat luas. Dalam konteks Kalla, kontribusinya terhadap Indonesia terlihat pada banyaknya proyek yang memihak kepada kepentingan masyarakat, kontribusi pada pelbagai sektor dan perdesaan dengan cara menyejahterakan, mendidik, mengarahkan dan mengorganisir masyarakat ke arah yang lebih baik. Terima kasih Kalla, atas 70 tahun kontribusi untuk Indonesia. Semoga Kalla senantiasa Maju Bersama Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun