Saat shalat Ied kupakai kemeja itu. Agak kekecilan, sengaja supaya bisa dipakai kami bertiga. Setelah shalat selesai, saatnya bersalam-salaman, bermaaf-maafan. Kuhampiri kedua orang tuaku dan uwak-uwakku. Dalam suasana yang fitri kutenggelam dengan khusuk dalam suasana syahdu. Air mata berlinang, namun suasana hati tenang. Hari baru dimulai untuk meniti hidup ke depan yang nir dosa.
Pulang ke rumah kuserahkan kemeja itu kepada adikku yang sudah siap dengan kaos oblong melekat di badan. Kemeja yang agak longgar itu dipakai dengan kedua ujung bawah diikatkan dan dua kancing di atas dibuka. Dengan langkah pasti menuju ke halaman di mana kawannya sudah menunggu untuk jalan.
Menjelang sore, keluarga kami dan kerabat-kerabat sudah berjalan di pematang sawah menuju makam keluarga. Di bagian akhir dari rombongan itu nampak adik kami yang satunya sudah berjalan dengan mantap mengenakan rompi coklat. Kemeja itu sudah nampak lain dalam balutan rompi dengan bagian bawah dimasukkan ke dalam celana.
Sukses sudah kami bergiliran memakai kemeja itu. Satu baju baru untuk tiga orang dengan tiga gaya dan suasana. Hanya adik bungsu kami yang mantap dan bergaya dengan blus berendanya, tanpa gantian. Bapak dan Emak dengan elegannya memakai baju lebaran tahun lalu.
***
Kini setelah 25 tahun berlalu, dimana kami semua sudah mapan, dan kedua orang tua kami sudah tenang di alam baka. Di bulan ramadhan ini, saat-saat lilikuran ini, menjelang lebaran ini hatiku rindu akan kisah-kisah yang melegenda itu. Rindu akan baju lebaran baru, rindu akan kue-kue, opak-rengginang, rindu akan jabat dan peluk haru...
Namun terlebih, ya Allah, hamba rindu akan Engkau, akan "baju baru-Mu" yang mengubahkanku, akan "makanan-Mu" yang memulihkanku, akan "dekapan-Mu" yang menenangkanku.
Inilah rindu hamba...
***
NB :
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community.