Secepat cahaya aku ditarik-terbang menembus bumi dan melewati lorong abu-abu berkelok. Sementara dua bayangan hitam-ganas mencengkeram erat kedua tanganku.
Mencoba bertanya, namun tiba-tiba aku terhempas di dasar beledu anyir. Tampak di langit-langit menggelantung berlaksa wujud manusia terikat gumpalan hijau, kenyal dan amis. Wajah-wajah pucat menderita, terkekang dan tidak akan selamat.
Hatiku lemas tercekat, namun sontak sulur gumpalan hijau, kenyal dan amis itu membelenggu badanku. Dalam sekejap menarik dan menggantungkanku ke langit-langit itu.
Kalbuku mengingat dan merindukan Tuhan serta melintas dosa-dosa yang lewat. Entah terucap atau di benak namun kupinta.
“Tuhan ampuni aku. Anugerahkan kesempatan bertobat…”
Seruak wangi bunga setaman menyirnakan anyir-pekat. Sekonyong-konyong tubuhku terhempas. Laksana film diputar terbalik, kembali aku melayang menyusuri lorong abu-abu berkelok, keluar dari bumi dan tiba di rumah. Memandang tubuhku, masih terlelap. Tiba-tiba dada berdenyut panas, sinar berkilat dan tangan hitam-ganas terlepas.
Aku bangun, terengah. El-maut lewat.
***
Kini aku insaf dan berusaha benar. Mimpiku berusaha berbuat baik bagi semua orang. Semoga.
NB :