Mohon tunggu...
Asep Sumpena
Asep Sumpena Mohon Tunggu... Auditor - Suka mengamati

Suka hal-hal sederhana yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Harmonisasi Budaya di Acara "Saabad Paguyuban Pasundan"

16 November 2013   23:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:04 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Sabtu ini cuaca kota Batam cerah, padahal beberapa hari sebelumnya diguyur hujan terus berhari-hari, saya jadi ingat bahwa malam ini ada acara "Saabad Paguyuban Pasundan" peringatan satu abad Paguyuban Pasundan provinsi Kepualauan Riau yang dipusatkan di Gedung Sport Hall, kawasan olah raga Temenggung Abdul Jamal di kota Batam. Beberapa hari sebelumnya teman sekantor memberikan selebaran dan sekaligus mengundang untuk hadir di acara ini. Sejak tahun kemarin, kami sekeluarga suka hadir untuk acara-acara budaya dan kesenian, khususnya dari Tanah Pasundan, sekaligus untuk mengenalkan keragaman budaya Indonesia dan juga mengingatkan akar budaya Sunda kepada anak-anak. Memang sudah diniatkan untuk mengajak anak-anak untuk menghadirinya karena ada beberapa budaya Sunda yang akan dipagelarkan diantaranya Tari Jaipongan dan Wayang Golek dengan dalang Asep Sunandar Sunarya yang terkenal itu. Padahal Sabtu ini acara cukup padat, tapi karena sudah direncanakan dan cuaca cukup mendukung maka kami akan menghadirinya. Tiba-tiba timbul semangat untuk memeriahkan acara ini, maka ketika siang tadi sambil berkendara di jalan melihat tukang sol sepatu, jadi ingin mengundang mereka untuk datang juga. Karena setahu saya hampir semua tukang sol sepatu yang ada di kota Batam berasal dari kabupaten Garut, Jawa Barat. Tapi tidak jadi niat itu, siapa tahu mereka malah sudah lebih dulu tahu, takut disebut lebay juga, hehe. Acara sudah saya susun sebagai berikut, sebelum datang ke tempat acara kami akan menikmati salah satu kuliner Sunda tempo dulu yang sudah di-modern-kan dalam cita rasanya, yakni kue Surabi atau Serabi di salah satu rumah makan Sunda yang terletak di kawasan Batam Center. Kue serabi ini ada empat rasa yang ditawarkan, yakni rasa polos atau original tanpa ada tambahan, coklat, keju dan coklat keju. Kami pilih rasa coklat keju. Walaupun sudah dimodifiksi dengan tambahan rasa modern, namun tata cara dan cetakannya masih menggunkan cetakan karuhun (nenek moyang, tempo dulu) yang terbuat dari gerabah, walaupun apinya menggunakan gas elpiji. [caption id="attachment_292700" align="aligncenter" width="442" caption="Membuat Kue Serabi / Dok.Pri"][/caption] Sambil menunggu cetakan panas saya layangkan pandangan ke seantero rumah makan, cukup banyak pengunjung juga baik di luar maupun di dalam gedung, bahkan dekat tempat kue serabi dibuat ada belasan orang Singapura sedang menikmati masakan khas Sunda, ternyata mereka suka masakan Sunda juga. Bahkan beberapa tertarik melihat kue serabi dan mengambil gambarnya, serta bertanya kepada saya "What is this?" "It is serabi, one of the traditional cake from West Java" "Is it the delicious?" "Of course, try lah!" "Okay, it looks apam" Setelah menikmati kue serabi, kami langsung meluncur ke tempat acara. Sampai di sana suasana cukup meriah, ketika mau mau parkir, langsung suasana dibawa seperti di kampung di Jawa Barat sana. "Palih mana parkirna?" "Oh, lajeng ka palih dieu. Upami tempat acara na mah di gedong di payun. Mangga lebetna ti palih dieu, A" "Hatur nuhun" "Sawangsulna" Di depan gedung Sport Hall berkumpul para pedagang dari mulai mainan anak-anak, kurupuk "seuhah" (pedas) dari Kuningan, Jawa Barat, bahkan ada yang berjualan jaket kulit dari Garut rupanya. Memasuki gedung tempat acara di bagian depan sudah berkumpul para pria dengan pakaian khas Sunda tempo dulu, ikat kepala barangbang semplak dan bendo serta berpakaian  pangsi. Jadi seperti para jawara dari Banten saja. Di depan pintu para wanita membagi-bagi kotak-kotak makanan untuk para pengunjung, Makanannya ada dua jenis, satu kotak kertas terdiri dari kue-kue standar dan ada satu wadah terdiri dari makanan Sunda zaman dulu, yakni kulub suuk, kulub hui dan kulub cau (kacang, ubi dan pisang rebus). [caption id="attachment_292701" align="aligncenter" width="442" caption="Makanan Sunda Tempo Dulu / Dok.Pri"]

13846192601833905015
13846192601833905015
[/caption] Kami mencari tempat duduk yang nyaman di sebelah kiri panggung. Di panggung nampak seorang pesinden berjilbab sedang menyanyikan lagu Sunda "Tibelat" dan disusul oleh beberapa lagu lain. Suasana cukup meriah, pengunjung terus berdatangan dan terlihat para inohong (pejabat dan tokoh) dengan berpakaian daerah di duduk di barisan kursi depan. Walupun gedung yang dipakai tidak terlalu panas karena memakai pengatur udara, namun karena akustik gedung kurang bagus, suaranya dari pelantang tidak terlalu jelas. [caption id="attachment_292703" align="aligncenter" width="442" caption="Panggung Acara dan Penyanyi Sunda / Dok. Pri"]
1384619660449687624
1384619660449687624
[/caption] Acara selanjutnya cukup menarik, dalam suasana pakaian, bahasa, musik dan lagu serta aura yang benar-benar khas Sunda. Tiba-tiba mucul dari balik apnggung serombongan penari untuk tari persembahan dari Tanah Melayu ini. Wah suatu perpaduan yang manis. Ketika musik melayu mengiringi tarian gadis-gadis Melayu itu, terjadi harmonisasi kesenian. Saya rasakan kehadiran tari persembahan di awal acara peringatan satu abad Paguyuban Pasundan itu, tidak merusak aura ke-sunda-annya, bahkan memperkaya auranya menjadi aura Indonesia kita. Setelah saya amati ternyata para pembawa acaranya pun terdiri dari dua pasang yang berpakaian kolaborasi dua budaya, sepasang memakai baju adat Sunda dan sepasang lagi memakai baju adat Melayu. Ternyata ini acara ini didukung juga oleh Lembaga Adat Melayu kota Batam. Luar biasa. [caption id="attachment_292705" align="aligncenter" width="442" caption="Kolaborasi Dua Budaya / Dok.Pri"]
1384619940882767107
1384619940882767107
[/caption] Acara selanjutnya adalah benar-benar khas Indonesia yaitu sambutan-sambutan, diantaranya dari ketua panitia, ketua Paguyuban Pasundan provinsi Kepri dan Indonesia, berhubung sudah janji kepada anak-anak untuk pulang tidak terlalu larut, maka pukul 21:15 kami meninggalkan acara. Walaupun tidak sempat menonton tari Jaipongan dan Wayang Golek, namun setidaknya anak-anak sudah merasakan, melihat dan mendengar bahasa Sunda yang dituturkan oleh penutur aslinya, makanan karuhun, beberapa lagu Sunda dan kosa kata baru yaitu "Sampurasun" dan "Rampes". Dalam sambutan tadi barulah saya sadar bahwa, hadir juga beberapa pejabat dan tokoh tingkat nasional dan daerah diantaranya ketua DPR Marzuki Ali, anggota DPD Aida Ismeth dan mantan gubernur Kepri Ismeth Abdullah. Penasaran, bahwa ketua DPR ternyata hadir juga saya yang tidak sempat melihat ke depan karena keburu pulang sempat memotret spanduk ucapan selamat datang dan nomor mobilnya, hehe... [caption id="attachment_292706" align="aligncenter" width="442" caption="Spanduk Menyambut Ketua DPR / Dok.Pri"]
13846201511233300029
13846201511233300029
[/caption] [caption id="attachment_292707" align="aligncenter" width="442" caption="Mobil Ketua DPR / Dok.Pri"]
1384620284186503773
1384620284186503773
[/caption] Satu hal yang saya lihat dan rasakan berbeda bila dibandingkan dengan suasana belasan tahun yang lalu yaitu sekarang wanita-wanita Sunda kebanyakan mengenakan jilbab. Apakah ini menujukkan bahwa wanoja Sunda semakin Islami, atau karena tuntutan mode semata atau telah meninggalkan ke-sunda-annya atau telah terjadi harmonisasai budaya juga? Semoga hal yang baiklah yang telah terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun