Hari Sabtu ini cuaca kota Batam cerah, padahal beberapa hari sebelumnya diguyur hujan terus berhari-hari, saya jadi ingat bahwa malam ini ada acara "Saabad Paguyuban Pasundan" peringatan satu abad Paguyuban Pasundan provinsi Kepualauan Riau yang dipusatkan di Gedung Sport Hall, kawasan olah raga Temenggung Abdul Jamal di kota Batam. Beberapa hari sebelumnya teman sekantor memberikan selebaran dan sekaligus mengundang untuk hadir di acara ini. Sejak tahun kemarin, kami sekeluarga suka hadir untuk acara-acara budaya dan kesenian, khususnya dari Tanah Pasundan, sekaligus untuk mengenalkan keragaman budaya Indonesia dan juga mengingatkan akar budaya Sunda kepada anak-anak. Memang sudah diniatkan untuk mengajak anak-anak untuk menghadirinya karena ada beberapa budaya Sunda yang akan dipagelarkan diantaranya Tari Jaipongan dan Wayang Golek dengan dalang Asep Sunandar Sunarya yang terkenal itu. Padahal Sabtu ini acara cukup padat, tapi karena sudah direncanakan dan cuaca cukup mendukung maka kami akan menghadirinya. Tiba-tiba timbul semangat untuk memeriahkan acara ini, maka ketika siang tadi sambil berkendara di jalan melihat tukang sol sepatu, jadi ingin mengundang mereka untuk datang juga. Karena setahu saya hampir semua tukang sol sepatu yang ada di kota Batam berasal dari kabupaten Garut, Jawa Barat. Tapi tidak jadi niat itu, siapa tahu mereka malah sudah lebih dulu tahu, takut disebut lebay juga, hehe. Acara sudah saya susun sebagai berikut, sebelum datang ke tempat acara kami akan menikmati salah satu kuliner Sunda tempo dulu yang sudah di-modern-kan dalam cita rasanya, yakni kue Surabi atau Serabi di salah satu rumah makan Sunda yang terletak di kawasan Batam Center. Kue serabi ini ada empat rasa yang ditawarkan, yakni rasa polos atau original tanpa ada tambahan, coklat, keju dan coklat keju. Kami pilih rasa coklat keju. Walaupun sudah dimodifiksi dengan tambahan rasa modern, namun tata cara dan cetakannya masih menggunkan cetakan karuhun (nenek moyang, tempo dulu) yang terbuat dari gerabah, walaupun apinya menggunakan gas elpiji. [caption id="attachment_292700" align="aligncenter" width="442" caption="Membuat Kue Serabi / Dok.Pri"][/caption] Sambil menunggu cetakan panas saya layangkan pandangan ke seantero rumah makan, cukup banyak pengunjung juga baik di luar maupun di dalam gedung, bahkan dekat tempat kue serabi dibuat ada belasan orang Singapura sedang menikmati masakan khas Sunda, ternyata mereka suka masakan Sunda juga. Bahkan beberapa tertarik melihat kue serabi dan mengambil gambarnya, serta bertanya kepada saya "What is this?" "It is serabi, one of the traditional cake from West Java" "Is it the delicious?" "Of course, try lah!" "Okay, it looks apam" Setelah menikmati kue serabi, kami langsung meluncur ke tempat acara. Sampai di sana suasana cukup meriah, ketika mau mau parkir, langsung suasana dibawa seperti di kampung di Jawa Barat sana. "Palih mana parkirna?" "Oh, lajeng ka palih dieu. Upami tempat acara na mah di gedong di payun. Mangga lebetna ti palih dieu, A" "Hatur nuhun" "Sawangsulna" Di depan gedung Sport Hall berkumpul para pedagang dari mulai mainan anak-anak, kurupuk "seuhah" (pedas) dari Kuningan, Jawa Barat, bahkan ada yang berjualan jaket kulit dari Garut rupanya. Memasuki gedung tempat acara di bagian depan sudah berkumpul para pria dengan pakaian khas Sunda tempo dulu, ikat kepala barangbang semplak dan bendo serta berpakaian pangsi. Jadi seperti para jawara dari Banten saja. Di depan pintu para wanita membagi-bagi kotak-kotak makanan untuk para pengunjung, Makanannya ada dua jenis, satu kotak kertas terdiri dari kue-kue standar dan ada satu wadah terdiri dari makanan Sunda zaman dulu, yakni kulub suuk, kulub hui dan kulub cau (kacang, ubi dan pisang rebus). [caption id="attachment_292701" align="aligncenter" width="442" caption="Makanan Sunda Tempo Dulu / Dok.Pri"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H