Mohon tunggu...
asep setiawan
asep setiawan Mohon Tunggu... -

seorang manusia biasa yang suka travelling, membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kerikil Nafas Jakarta

5 Agustus 2014   21:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:20 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerikil Nafas Jakarta

Kerikil nafas ibukota menyentak lamunan

Tentang darah yang mengering dari luka suara-suara

Tentang beling yang berserak dari pecahan angan

Tajam menghujam sebaris doa hari-hari

Dingin mengguyur langkah diri yang tersisa

Padahal lorong kian sempit menyongsong kepastian

Kerikilpun kian dalam melukai

Tekad hangus terbakar polusi hati

Nekad kian panas merhakan matahari

Dan jauh di sana ada tangis sepi di tanah merdeka

Yang sementara melagukan nyanyian rindu dan sesal

Peluklah aku, katanya

Atau pandanganlah sebelum nafasmu menjadi tersengal

Kerikil nafas ibukota

Adalah khayalan panjang sejumlah kepala tanpa isi

Adalah kumpulan busuk dari bangkai birokrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun