Kerikil Nafas Jakarta
Kerikil nafas ibukota menyentak lamunan
Tentang darah yang mengering dari luka suara-suara
Tentang beling yang berserak dari pecahan angan
Tajam menghujam sebaris doa hari-hari
Dingin mengguyur langkah diri yang tersisa
Padahal lorong kian sempit menyongsong kepastian
Kerikilpun kian dalam melukai
Tekad hangus terbakar polusi hati
Nekad kian panas merhakan matahari
Dan jauh di sana ada tangis sepi di tanah merdeka
Yang sementara melagukan nyanyian rindu dan sesal
Peluklah aku, katanya
Atau pandanganlah sebelum nafasmu menjadi tersengal
Kerikil nafas ibukota
Adalah khayalan panjang sejumlah kepala tanpa isi
Adalah kumpulan busuk dari bangkai birokrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H