Ini Bukan Cuma Omong Kosong, Bro.
Di sejumlah negara yang menerapkan sistim 4 hari kerja telah memberikan hasil positif yang signifikan, apalagi dengan sistem 2/1 yang kita usulkan ini. Berikut ini cuma alat pembanding aja.
a. Islandia: Â Uji coba 4 hari kerja sukses besar. Poduktivitas meningkat, Â kesejahteraan membaik. Indonesia? Â Bisa.
b. Belgia: Â Pekerja bisa memilih minggu kerja 4 hari. Â Fleksibilitas? Â Tentu saja.
c. Jepang:  Pemerintah dan perusahaan besar mendukung  minggu kerja 4 hari. Jika Jepang bisa, Indonesia pun tak boleh ketinggalan!
Kritik
"Ah,  itu kan di luar negeri!"  cetusmu. Tapi, tunggu dulu!  Ada teori sains yang mendukung, lho. Ada teori ERG (Alderfer) yang menyatakan bahwa kebutuhan  eksistensi,  relasi, dan pertumbuhan penting bagi pekerja, dan ini bisa terpenuhi dengan lebih baik dengan  sistem kerja 2-1.  Kerja?  Penting memang, tapi,  hidup  bukan cuma melulu  tentang kerja. Ada juga teori motivasi (Herzberg) yang intinya menekankan fleksibilitas dan otonomi  meningkatkan motivasi kerja. Karyawan  bahagia, perusahaan  pun untung.
Takut ada masalah? Tenang, ada solusinya. Infrastruktur belum memadai?  Gampang, genjot investasi,  optimalkan teknologi. Regulasi belum ada? Encer, revisi aturan, buat lebih adaptif. Bagaimana dengan pengaturan aektor esensial Sistem shift  dan  insentif  jadi  jawabannya.
Penutup
Seperti kata  Albert Einstein,  "Kita tidak bisa memecahkan masalah dengan cara berpikir yang sama seperti ketika kita menciptakannya."
Saatnya kita berpikir out of the box, menghancurkan dogma lama, dan  menciptakan sistem kerja yang lebih manusiawi.
Revolusi hari kerja bukan sekadar perubahan jadwal, melainkan perubahan paradigma. Ini tentang menciptakan masa depan di mana manusia  bukan  budak  waktu, melainkan pemilik takdirnya sendiri. Jadi, siapa yang siap untuk revolusi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H