Evolusi jika mengarah semata kepada survival organisme secara eksklusif, maka akan merusak keseimbangan ekosistem dan mekanisme rantai makanan. Ini pada akhirnya akan menghancurkan eksistensi organisme tersebut.Â
Evolusi dalam kerangka ekosistem membawa kita kepada kesadaran bahwa :
1. Jika evolusi suatu organisme diikuti oleh evolusi organisme lainnya dalam suatu ekosistem, maka arah evolusi gagal.
2. Jika evolusi tidak diikuti oleh organisme lainnya dan berjalan secara eksklusif, mandiri, dan selfish, maka ini akan mengganggu keseimbangan ekosistem dan rantai makanan, yang pada akhirnya akan menghancurkan eksistensi organisme itu sendiri.Â
3. Masa setelah setiap episode kepunahan besar membutuhkan perubahan organ dan gen yang cepat agar sistem survival of fittest efektif sehingga yang dibutuhkan adalah revolusi dan bukan evolusi.Â
4. Setiap periode kepunahan besar adalah sekat sehingga kita tidak bisa menghubungkan secara langsung satu organisme dengan organisme lainnya dalam dua rentang masa geologi bila ada sekat masa kepunahan besar di antara keduanya. Semirip apa pun dua organisme secara morfologi dan genetika jika tidak ada organisme penghubung yang definitif, maka organisme tidak bisa dihubung-hubungkan.
5. Evolusi yang triggernya didorong oleh migrasi bisa sangat berbahaya bagi keseimbangan ekosistem, baik ekosistem yang ditinggalkan mapun ekosistem yang dituju, sehingga alih-alih mendapatkan keuntungan melalui survival of the fittest malah justru mengancam eksistensi organisme tersebut pada akhirnya.
Narasi evolusi kita di sini selain menyatukan evolusi dengan mekanisme keseimbangan ekosistem juga membawa pemahaman bahwa proses evolusi membutuhkan kesadaran untuk menjaga keseimbangan ekosistem itu.Â
Seperti telah dijelaskan di banyak kesempatan di sini, kita telah berkesimpulan bahwa evolusi dibangun sebagai satu log ekosistem utuh.Â
Bahan Bacaan Lanjutan :
https://phys.org/news/2024-09-evolutionary-biodiversity.html