Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Financial

Memahami Ekonomi Agar Tidak Terkecoh Hype

14 September 2024   09:50 Diperbarui: 25 September 2024   10:24 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seorang ibu datang ke pasar mendapati harga-harga sedang turun, maka dia bisa memilih membeli lebih banyak mumpung harga sedang turun, atau membeli dengan jumlah sesuai kebutuhan dengan uang sisanya bisa dipakai untuk membeli kebutuhan lain atau untuk ditabung, atau bisa juga bertindak tidak logis dengan membeli lebih sedikit.

Jika di pasar terjadi kenaikan harga, maka ibu tersebut bisa mengurangi kuantitas belanjaannya karena uang nafkah suami pas-pasan, atau tetap membeli sesuai kebutuhan karena uang belanjanya besar, atau dengan mengurangi kebutuhan lain, atau dengan membeli sayuran yang layu dan bahan makanan afkiran, atau dengan memakai tabungan yang ada, atau dengan pinjam tetangga, atau bisa juga mencoba pinjol, atau menjual banda yang ada.

Ada 9 kemungkinan yang terjadi terkait fluktuasi harga dengan fluktuasi kuantitas permintaan, yang pada akhirnya menggambarkan outlook ekonomi secara keseluruhan.

1. Pasar stabil dengan harga dan kuantitas permintaan stabil. Ini  indikasi ekonomi yang stagnan ataupun ekonomi yang mature.

2. Kuantitas permintaan meningkat tapi harga tetap stabil, yang menunjukkan produsen sedang memaksimalkan kapasitas produksinya. 

Produsen secara alami akan berusaha meningkatkan kapasitas produksinya sampai titik maksimal.

3. Harga stabil tapi kuantitas permintaan justru turun, ini merupakan tanda ekonomi mengalami penurunan. Stabilitas harga terjadi karena produsen menurunkan tingkat produksinya.

4. Harga meningkat dan kuantitas permintaan stabil, berarti kenaikan harga itu masih berada dalam rentang daya beli masyarakat. Ini masih secara positif meningkatkan ekonomi.

Tapi jika kondisi ini diikuti dengan menurunnya angka tabungan, meningkatnya hutang konsumsi, dan penurunan investasi, maka merupakan tanda bahaya dalam jangka waktu menengah terhadap perekonomian.

5. Harga naik dan diikuti dengan peningkatan permintaan, maka ini adalah ekonomi yang sedang tumbuh.

Tapi kondisi kelima ini harus diwaspadai karena ada beberapa nuansa yang bisa terjadi. Sudah wajar jika produsen memiliki motif untuk meningkatkan kapasitas produksi, dan ketika kuantitas permintaan naik, maka itu adalah kesempatan baginya untuk meningkatkan kapasitas produksi. Ini akan mengakibatkan harga jadi stabil.

Tapi jika peningkatan permintaan itu terjadi pada kondisi di mana kapasitas produksi telah mencapai maksimal, atau ada masalah dalam produksi, atau ada masalah bahan baku, atau masalah dalam kapasitas modal kerja, atau masalah distribusi dan transportasi, maka wajar jika kemudian terjadi peningkatan harga.

6. Harga meningkat yang diikuti dengan penurunan kuantitas permintaan, maka ini merupakan mekanisme ekonomi yang wajar. Ini berarti kenaikan harga itu sudah di luar daya beli.

Tapi kondisi ini juga bermasalah jika menyangkut komoditas pangan atau sembako. Ini merupakan indikasi perekonomian yang tidak baik-baik saja.

7. Harga turun, tapi kuantitas permintaan stabil, maka ini tanda bahwa terjadi pengalihan alokasi pendapatan dan daya beli. Berimplikasi positif jika permintaan produk lain meningkat, dan peningkatan tabungan serta investasi.

8. Harga turun atau deflasi, dengan diikuti peningkatan kuantitas permintaan, maka ini merupakan mekanisme ekonomi yang wajar. Ekonomi masih tumbuh stabil. Produsen masih bisa meningkatkan kapasitas produksi, dengan penurunan dalam biaya produksi, biaya bahan baku, dan biaya distribusi sehingga produktivitas meningkat dan harga bisa dilepas lebih rendah.

9. Harga turun atau deflasi dengan diikuti penurunan kuantitas permintaan, ini buruk bagi perekonomian karena daya beli menurun. 

Produsen pun dalam kondisi seperti ini menurunkan tingkat produksinya. Lebih lanjut PHK dan pengangguran meningkat.

9 kemungkinan ini dihasilkan dari 2 variable yaitu kuantitas permintaan dan harga, dengan 3 operator yaitu stabil, meningkat, atau menurun. Kemungkinannya bisa bertambah besar secara eksponensial jika dengan 3 operator itu ditambahkan lebih banyak variable seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, tabungan, ekspor, impor, dan investasi. Analisis bisa tambah rumit jika konsumsi domestik itu dipecah lagi berdasarkan komponen penyusunnya yang bisa merupakan barang komplementer dan barang substitusi.

Ekonomi adalah sistem kompleks dan dinamis, maka pendekatan yang linear sering tidak dapat menjelaskan fenomena ekonomi secara akurat. Fluktuasi variable dan interkoneksi antar variabel perlu dianalisis secara rinci untuk bisa menangkap realitas ekonomi secara tepat dan melakukan prediksi ekonomi yang kredibel.

Terkait apakah deflasi selama 4 bulan berturut-turut sejak Mei sehingga Agustus 2024 merupakan indikasi menurunnya daya beli masyarakat, kita bisa melihat sinkronisasinya dengan data yang lain. Misalnya data inflasi inti, tingkat tabungan, peningkatan jumlah pengangguran, dan tingkat investasi.

Statistik yang ada yoy menunjukkan trend positif pada 4 indikator itu, berarti perekonomian masih berjalan baik.

Analisis yang menghubungkan langsung antara deflasi dengan menurunnya daya beli atau yang menghubungkan langsung antara inflasi dengan peningkatan permintaan bukanlah analisis yang dilakukan dengan hati-hati. Terlebih jika melihat banyak komponen yang membentuk harga, juga banyak variable yang mempengaruhi tingkat permintaan. Terutama pada perekonomian yang memiliki paradoks ekonomi formal dan informal juga ekonomi modern dan tradisional yang lebar sehingga data dan parameter ekonomi tidak bisa dikumpulkan secara utuh.

Hilangnya 10 juta kelas menengah selama 5 tahun belakangan ini tapi dengan besaran output dan kinerja ekonomi yang tetap tumbuh baik, memang menjadi misteri tersendiri. Bisa jadi ini merupakan tanda semakin besarnya penyerapan tenaga kerja di sektor informal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun