Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Menciptakan Maha AI dan Menyambut Revolusi Industri 5.0

2 Juli 2024   00:45 Diperbarui: 6 Juli 2024   21:18 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Mark Zuckerberg, Pendiri Meta, mengklaim bahwa Apple, Google dan OpenAI menciptakan alat AI yang tidak sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

"Saya merasa sangat kecewa ketika orang-orang di industri teknologi berbicara tentang membangun AI yang sebenarnya," kata Zuckerberg seperti dilansir dari The Sun, Ahad 30 Juni 2024.

"Sepertinya mereka mengira mereka menciptakan Tuhan atau semacamnya. Dan sepertinya, bukan itu yang kami lakukan", katanya lagi.

Pernyataan ini bisa kita curigai sebagai ungkapan kedengkian bahwa Llama, AI buatan Meta, kalah saing dari AI buatan Google, OpenAI, dan Apple. Tapi Mark menolak anggapan tersebut dengan mengatakan, "Llama hampir menyamai model terbaik yang ada di luar sana."

Llama dirilis Meta pada Pebruari 2023, dengan versi terbaru Llama 3 dirilis April 2024 lalu. Berbeda dengan AI buatan ketiga raksasa industri tersebut, Llama belum bisa digunakan di Indonesia.

Visual Capitalist pada Januari 2024 merilis 10 AI paling populer di dunia dengan menempatkan ChatGPT OpenAI di urutan pertama dan Bard Google (sekarang menjadi Gemini) pada urutan ke enam. Media Indonesia pada akhir April 2024 juga menempatkan ChatGPT OpenAI pada nomor 1 dan Bard Google di nomor 6. Llama tidak masuk 10 besar dalam kedua daftar yang dirilis itu.

Secara keseluruhan saya setuju nih sama Bro Mark. Pengembangan AI harus didasarkan kepada pragmatisme, yaitu kepada kebutuhan real penggunanya, karena bagaimana pun AI akan dibatasi oleh tingkat fungsionalitas dan utilitas yang dirasakan dan dicapai oleh para penggunanya. Bukan oleh idealisme dan ambisi para pengembang AI sendiri.

Pengguna sebagai pasar pada akhirnya akan menghakimi produk teknologi manapun dengan menilainya bukan saja dari segi efisiensi biaya, dan kecanggihannya, tapi lebih dari itu adalah pada besarnya utilitas real kepada penggunanya dan bahkan kepada komunitas secara keseluruhan.

Produk akhir hasil AI pada akhirnya membutuhkan pasar yang lebih besar, dan AI harus dikembangkan untuk mendukung pengembangan pasar. Pasar yang berkembang bukan saja dari kuantitasnya tapi juga dari kapasitasnya untuk melakukan  transaksi dan menciptakan nilai tambah.

Teknologi bagaimanapun terhubung dengan pasar. Ekonomi harus ikut berkembang selaras dengan tingkat kecanggihan teknologi sehingga dengan begitu manusia secara umum mendapatkan manfaat ekonomi dari keberadaannya dan merasa lebih sejahtera dengannya.

Ketika AI sudah menghasilkan kerja yang lebih efisien sehingga dihasilkan produk yang lebih murah dan lebih banyak, maka tantangan selanjutnya adalah produk tersebut harus bisa diserap oleh pasar dengan layak. Teknologi harus memenuhi kriteria layak ekonomi, bukan saja ekonomi mikro internal perusahaan, tapi ekonomi negara dan ekonomi global secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun