Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dark Matter Semakin Gelap

23 Juni 2024   02:43 Diperbarui: 23 Juni 2024   20:36 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dark Matter Membuat Kosmologi Semakin Gelap

Tobias Mistele menulis makalah berjudul Indefinitely Flat Circular Velocities and the Baryonic Tully-Fisher Relation from Weak Lensing. Metodologi yang digunakan adalah Gravitional Lensing, Tully-Fisher Relation, dan Modified Newtonian Dynamic.

Tobias Mistele dalam makalah tersebut menemukan bahwa kecepatan rotasi galaksi adalah tetap yaitu sekitar 200 km per detik, tidak tergantung jaraknya dari pusat galaksi yang bahkan dalam pengukuran tersebut jaraknya mencapai lebih dari 2 juta tahun cahaya atau setara 750 kpc, dan tidak pula tergantung pada umur galaksi.

Temuan ini bertentangan dengan pemahaman tradisional tentang dark matter, di mana pengaruh gravitasinya dirasakan oleh "halo" yang mengelilingi dark matter itu sendiri. Bahkan halo dark matter ini memiliki area tertentu yang efektif. Mistele menemukan bukti kecepatan rotasi justru berada jauh di luar pengaruh halo dark matter tersebut.

Temuan ini sangat mencengangkan, bukan saja karena berpotensi memporak-porandakan asumsi dasar kita tentang dark matter, tapi juga ini berarti "massa" dari dark matter besar sekali. Bukan saja besar dalam skala jumlah total,  tapi juga dalam kerapatan massa per volumenya. Bahkan untuk mempertahankan kecepatan rotasi yang sama, kerapatan massa dari dark matter semakin besar ketika jaraknya semakin jauh dari pusat galaksi. Kerapatan massa dari dark matter semakin lama semakin besar. 

Luar biasa! Ini temuan dahsyat sekali. Semoga tidak salah hitung. Semoga metodologi pengukurannya tepat. Ini karena jika dark matter terbentang sebegitu jauh, berarti total massa dark matter sebesar itu dengan kerapatan massa yang semakin besar itu karena hanya berinteraksi dengan gravitasi, seharusnya bukan saja mempertahankan kecepatan rotasi bintang-bintang terjauh dari pusat galaksi, tapi juga seharusnya mampu melengkungkan ruang-waktu itu sendiri secara lebih masif. Ini artinya ruang-waktu bukan hanya melengkung dengan kelengkungan yang lebar dan dalam di pusat galaksi, tapi juga memiliki kelengkungan yang besar di pinggir sisi terjauh dari galaksi tersebut. 

Gabungan massa bintang dan dark matter seharusnya menjadi pusat gravitasi sendiri yang pada akhirnya akan mengacaukan struktur galaksi secara keseluruhan. Dengan begitu, pola rotasi bintang-bintang dalam suatu galaksi jadi sangat acak seperti tergambar dalam Tri Body Problem. Pusing..., pusing...

Lebih lanjut, dengan efek gravitasi yang terbentuk itu, maka gravitional lensing pun seharusnya juga terbentuk di sini. Jadi, posisi suatu benda dari perspektif kita di Bumi bisa menyimpang jauh dari posisi sebenarnya. Jika hal ini dikaitkan dengan konsep Tri Body Problem, maka sebenarnya dari perspektif kita di Bumi kita tidak pernah tau posisi sebenarnya dari bintang-bintang itu. Ini jadi mirip dengan konsep superposition dan non locality dalam mekanika kuantum. 

Lebih jauh lagi, jika prinsip superposition dan non locality benar dan bisa diterapkan pada relativitas umum, maka berlaku prinsip holografik di mana bintang-bintang yang tampak oleh kita sebenarnya bisa saja hanya hologram saja dari semesta dua dimensi. Waduh...

Walaupun semua implikasi yang disebutkan di atas bukan merupakan konsep yang baru, tak urung membuat kita terkejut juga.

Tapi jika efek-efek itu tidak ada. Ada empat kemungkinan dari hal ini.
1. Perhitungan itu salah.
2. Metodologi perhitungan itu salah.
3. Tidak ada dark matter.  
4. Tensor energi momentum di sisi kanan persamaan relativitas umum Einstein salah.
5. Efek tersebut digerakkan oleh semacam External Force.

Pertama-tama, kita perlu memeriksa ulang pengukuran dan metodologi yang digunakan oleh Tobias Mistele ini, sebelum melangkah lebih jauh kepada kesimpulan ketiga, keempat, dan kelima tersebut di atas.

Terlebih kesimpulan keempat akan banyak menyinggung perasaan para pecinta Einstein,  di samping memang sejauh ini relativitas umum dinilai sebagai teori yang sangat berhasil.  Lebih tepatnya mungkin bukan relativitas umum atau Einstein yang salah, tapi sebagai teori normal saja memiliki batasan dan keterbatasan sehingga bisa melahirkan teori baru yang lebih komprehensif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun