Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Strategi Marketing dan Humas Sekolah Swasta

10 Mei 2024   06:56 Diperbarui: 15 Mei 2024   08:24 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Walaupun begitu perlu juga employee engagement dalam aktivitas marketing dan kehumasan, dalam arti semua guru dan karyawan merasa terlibat atau dilibatkan untuk melakukan aktivitas promosi, marketing, dan public relation.

Strategi yang melibatkan seluruh karyawan dalam target dan pendekatan marketing ini dikenal dengan employee engagement marketing. Dalam hal ini karyawan menjalankan perannya sebagai "brand ambasador" dan "story teller" dari perusahaan. Dalam konteks sekolah, maka dari mulai guru, sampai dengan OB, dapur, security, staff keuangan, dan staff administrasi semuanya terlibat dalam program dan target marketing sekolah.

EEM (employee engagement marketing) ini dalam penerapannya di sekolah swasta terutama harus berakar dari praktek manajerial yang sehat, kepuasan karyawan, pemahaman yang baik karyawan terhadap misi marketing, dan program insentif marketing yang memadai.

Karyawan dan guru harus sadar bahwa pencapaian target-target marketing akan mempengaruhi mereka secara langsung maupun tidak langsung terutama terhadap tingkat kesejahteraan dan masa depan pekerjaan mereka. Keterlibatan mereka secara aktif dalam strategi employee engagement marketing akan secara langsung berarti menjamin pekerjaan, kesejahteraan, dan masa depan mereka juga.

Selain lahir dari kesadaran internal individual seperti tersebut di atas, manajemen pun  dituntut menyadari bahwa kunci utama dari tercapainya target marketing adalah adanya layanan pelanggan yang paripurna, dan layanan pelanggan yang luar biasa ini dimotori oleh karyawan yang bahagia. Karyawan yang bahagia adalah karyawan yang memberikan layanan pelanggan yang luar biasa.

EEM ini bukan sekedar tentang program dan inisiatif formal, tapi juga tentang menciptakan budaya kerja yang menghargai karyawan, mendengarkan masukan mereka, dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang. Karyawan dalam pendekatan ini bukanlah obyek pasif yang harus selalu didikte seperti robot, dipecut dengan ancaman seperti kuda, diiming-imingi dengan pepesan kosong seperti keledai, terus ditambah beban kerja tanpa insentif tambahan apapun seperti kerbau, diprasangkai buruk seperti maling dan budak belian.

Pendekatan ini memang membutuhkan komitmen jangka panjang dari manajemen, sebab semua prasyarat budaya kerja dan hasil keunggulannya bukanlah hal yang dapat dicapai dalam semalam. Manajemen harus mempunyai komitmen yang kuat untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang luar biasa dan tempat kerja yang positif.

Di samping itu perlu juga dikembangkan pelatihan ekstensif bagi karyawan agar memahami tentang pelayanan pelanggan dan target marketing dari sekolah. Semua pihak di sekolah dapat bertindak selayaknya seorang marketer sekolah, menjadi brand ambassador dan story teller citra positif sekolah.

Sementara itu pihak manajemen bisa melakukan sejumlah hal lainnya seperti:
1. Melakukan riset pasar untuk mengukur besaran pasar pendidikan saat ini, memahami kebutuhan konsumen, dan mengenali preferensi konsumen tentang kriteria sekolah yang baik. Serta menentukan positioning baru dan lebih tepat bagi sekolah tersebut dalam landskap pasar pendidikan di wilayah tersebut.
2. Mengembangkan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, terutama ketika keunggulan yang tadinya eksklusif dimiliki sekolah tersebut dalam hal pembangunan karakter, pembelajaran berbasis proyek, program berniaga siswa, dan program tahfiz Al Qur'an sudah menjadi keunggulan generik dari semua sekolah-sekolah.
3. Berdasarkan strategi positioning yang baru, ditentukan harga pendidikan yang tepat. Sebab jika terlalu rendah, orang-orang akan berpikir mereka bisa dapat apa dari biaya pendidikan semurah itu. Jika terlalu tinggi, bisa tidak terjangkau dan menyebabkan calon pelanggan mundur.
4. Promosi untuk mengenalkan keunggulan dan manfaat sekolah tersebut terhadap perkembangan intelektual, emosional, spiritual, dan kemandirian siswa.
5. Membangun citra sekolah yang kuat dan positif. Misalnya sekolah dengan lulus PTN terbanyak, jagoan dalam olahraga tertentu, siswa yang sopan dan berkarakter kuat, serta dengan lulusan yang banyak jadi orang sukses dan bermanfaat kepada masyarakat, dll.

Disclaimer:

Tulisan ini tidak ditujukan kepada institusi tertentu manapun juga.

Silahkan mengambil pelajaran, barangkali bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun