Pendahuluan
Secara instuitif dan subyektif kita sepenuhnya sadar bahwa yang membedakan kita dengan organisme dan spesies lainnya adalah kita memiliki tingkat kesadaran dan tingkat kecerdasan yang paling tinggi. Dengan kesadaran dan kecerdasan itu kita mampu mengembangkan inovasi, mengembangkan kemampuan calistung, menyusun rumus, mengembangkan teori, mempunyai preferensi, mempunyai rasa estetika, mempunyai rasa etika, dan menikmati sisi spiritual yang dalam. Tak ada satu pun spesies yang bisa mencapai apa yang telah kita capai sepanjang keberadaan kita di Bumi. Padahal eksistensi kita di Bumi ini relatif belum lama dan paling baru di antara semua spesies yang ada itu.
Atas dasar itu menjadi syah saja bagi kita untuk menikmati realitas kuantum dari sisi rasa. Rasa estetika, rasa etika, dan rasa spiritual itu bahkan hadir pada setiap produk kebudayaan kita, termasuk juga produk teknologi kita.
Allah sungguh keren sudah menciptakan kita manusia.
Estetika Kuantum
Ketika melihat ke dalam ke realitas kuantum, rasa kagum kita dan rasa takjub kita kepada Allah semakin membuncah. Meluap-meluap dan meledak-meledak tak terkira membuat kita dimabuk cinta spiritual.
Allah sungguh sangat keren dan menakjubkan telah mendesain entitas-entitas kuantum berada dalam keadaan sepenuhnya probabilistik. Entitas-entitas itu berada dalam setiap posisi dan setiap keadaan secara simultan. Kita menyebut fenomena ini sebagai superposition. Kondisi ini bisa tiba-tiba saja kolaps ketika kita lakukan pengukuran. Ini biasa kita sebut sebagai measurement problem. Bagaimana bisa? Bagaimana semua ini terjadi? Sungguh ajaib. Seolah-olah entitas-entitas kuantum itu memiliki mata, rasa, dan kesadaran. Sungguh Allah Maha Besar, Maha Kuasa.
Bagaimana entitas-entitas kuantum itu terikat sedemikian rupa dengan pasangannya sehingga kondisi satu entitas kuantum bisa serta merta mempengaruhi kondisi entitas pasangannya seketika seolah-olah ruang dan waktu tidak ada. Entanglement kita namakan fenomena ini. Ruang dan waktu betul-betul tidak ada, lenyap bagi mereka entitas-entitas kuantum itu, sehingga dipisahkan dalam jarak seberapa jauh pun ikatan itu tidak juga terputus. Sungguh luar biasa.
Entanglement membawa konsekuensi lain yang sangat menakjubkan yaitu sebab dan akibat, serta masa kini dan masa depan dapat terjadi secara bersamaan. Masa lalu bisa diperbaiki dari masa depan. Gila ya. Ini sungguh kreasi yang luar biasa. Â Allah memang Maha Besar.
Rasa takjub kita tidak berhenti sampai di situ. Kita perhatikan bahwa entitas-entitas kuantum bisa hadir begitu saja muncul dari ruang kosong. What? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa entitas-entitas muncul dari nihil. Kemudian entitas-entitas itu saling bertabrakan lalu saling meniadakan dan kembali kepada nihil. Menyisakan lonjakan energi. Masya Allah.
Rasa spiritual kita tidak berkurang melihat bagaimana entitas-entitas itu bisa bersifat partikel dan gelombang pada saat yang sama. Bahkan ketika semua entitas-entitas itu kita anggap sebagai gelombang, maka sifat-sifat dirinya sebagai partikel tidak bisa hilang. Sejumlah fenomena bagaimana pun akan lebih baik dijelaskan ketika entitas-entitas itu dianggap sebagai partikel atau materi, bukan sebagai gelombang.
Semua entitas-entitas kuantum itu sepenuhnya tidak bermassa karena dipengaruhi entitas-entitas kuantum imajiner yang bisa muncul begitu saja dari ruang vakum dan memperoleh energi darinya, jika tidak ada hadir partikel boson yang bernama Higgs Boson. Allah menghadirkan entitas Higgs Boson ini untuk memberikan massa pada entitas-entitas kuantum lainnya. Sungguh kreasi yang luar biasa.
Tapi nanti dulu. Seperti biasa, Allah selalu saja menyediakan kekecualian. Ada partikel yang  tidak terpengaruh oleh Higgs Boson. Ada photon yang tidak bermassa. Ada juga neutrino yang berperilaku seperti hantu karena jumlahnya banyak, ada di mana-mana, dan mampu menembus materi. Keren banget.
Kemampuan entitas-entitas kuantum untuk menembus hambatan energi dan massa biasa kita sebut tunnelling. Bertindak seperti hantu aja layaknya. Sungguh tidak masuk akal sebenarnya, tapi ini realita. Menakjubkan sekali.
Rasa spiritual kita bertambah menyaksikan bahwa setiap entitas kuantum itu unik. Setiap entitas kuantum memiliki sifat, predikat, spin, dan posisi yang berbeda-beda. Tidak satupun yang memiliki kondisi yang persis sama. Ahli fisika biasa menyebutkan ini sebagai Larangan Pauli.
Ketika kita mencoba menentukan posisi entitas kuantum secara presisi, kita tidak dapat mengukur momentumnya secara tepat. Begitu juga ketika kita mengukur momentumnya secara tepat, posisi pastinya tidak dapat ditentukan secara presisi. Sungguh sangat membingungkan dan luar biasa. Kita namakan fenomena ini sebagaimana nama penemunya sebagai Prinsip Ketidakpastian Heisenberg.
Terakhir, ini merupakan puncak dari rasa spiritual kita atas realitas kuantum adalah bahwa semua itu diatur oleh rumus-rumus yang sederhana. Perhatikan bahwa rumus dalam Mekanika Kuantum yang disebut sebagai Model Standar Fisika Partikel terdiri atas operasi matematika sederhana seperti perkalian, penjumlahan, dan pengurangan, serta sedikit pembagian. Tapi rumus-rumus sederhana itu mengandung turunan dan perhitungan yang rumit. Jika tidak kuat, lebih baik menghindari terlibat dalam perhitungan Mekanika Kuantum.  Kok bisa ya kerumitan dirumuskan sesederhana itu? Kita bukan saja takjub kepada realitas kuantum yang telah Allah ciptakan dengan semua keajaiban yang ada padanya, juga kepada orang-orang hebat dan genius yang Allah hadirkan untuk mengungkapkan rahasia-rahasia dunia kuantum. Sungguh Allah  Maha Besar, Maha Kuasa.
Penutup
Kita perlu keluar sebentar dari penjara dunia materi, paham materialisme, dan kenikmatan material kepada kenikmatan estetis, etis, dan spiritual. Dunia materi adalah penjara yang menghalangi kita menemukan kedalaman makna dan kenikmatan rasa, sehingga dalam menikmati pesona materi kita seperti burung yang terbang dengan satu sayap. Kepayahan, kelelahan, dan "tidak penuh". Detik demi detik adalah kesibukan menunggu kebosanan, kefanaan, dan kerusakan fisik datang.
Fisika dan sains secara materi tidak bisa memberi kita kedalaman makna. Pencarian makna memang bukan tugas sains. Akibatnya kita kehilangan rasa. Seperti makanan di meja makan yang jika dinikmati secara materi saja membuat kita gagal menangkap keindahan warna, komposisi, aroma, rasa, dan manfaat, serta relasi sosial dan peradaban dari makanan tersebut.
Di samping bisa dinikmati dari sisi materialis, ternyata fisika pun dapat kita nikmati keindahannya dari sisi rasa etis, rasa estetis, dan rasa spiritual.
Tuhan dalam bahasa Arab disebut sebagai ilah yang berarti hakikat tertinggi yang dijadikan acuan atau standar kehidupan seseorang. Ilah tidak melulu berarti Tuhan personal atau Tuhan pribadi, tapi bisa juga paradigma, mindset, worldview, isme, filsafat, pendekatan sains, dan way of life. Fisika bisa jadi adalah ilah bagi sebagian orang. Demikian juga dengan sains. Sehingga segala sesuatu dipandang dan ditafsirkan semata dari kacamata fisika. Tapi bagi sebagian orang lainnya menjadikan fisika dan sains sebagai ilah adalah kekanak-kanakan.
Bahan Bacaan :
https://bigthink.com/13-8/reductionism-vs-emergence-science-philosophy/
https://bigthink.com/13-8/where-science-meets-faith/
https://bigthink.com/thinking/why-carl-sagan-believed-that-science-is-a-source-of-spirituality/
https://bigthink.com/the-well/math-religion-awe/
https://bigthink.com/the-well/mathematics/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H