Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bagaimana Bersikap terhadap Realitas dalam Mekanika Kuantum

19 Maret 2023   07:59 Diperbarui: 9 April 2023   17:46 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimanakah kita mencari padanan atas dua buah obyek yang berpasangan erat sehingga yang satu bisa memengaruhi dan berkomunikasi dengan yang lain lebih cepat dari kecepatan cahaya seperti dijelaskan oleh mekanisme entanglement?

Bagaimana pula menemukan bukti adanya obyek yang bisa menembus halangan energi dan materi dalam kehidupan nyata kita seperti apa yang terjadi dengan mekanisme tunnelling dalam mekanika kuantum?

Kita dibuat bingung, takjub, aneh, dan takut dengan kenyataan bahwa hal-hal yang nyata tersusun oleh sesuatu yang nyaris tidak nyata. Bagaimana sistem fisika yang deterministik dibangun dari suatu sistem fisika yang probabilistik?

Sementara misteri bagaimana materi kimia bisa menjadi bentuk biologi yang hidup dan berkesadaran belum juga terpecahkan dan jembatan yang menghubungkan kimia dengan biologi belum ditemukan, maka realitas kuantum menambah panjang daftar misteri itu. Apa jembatan yang menghubungkan realitas kuantum yang probabilistik dengan realitas kita yang deterministik ini?

Ketika keseharian kita, yang dengan fasih bisa dijelaskan oleh fisika klasik atau fisika Newtonian, tidak dapat menjelaskan fenomena dalam fisika kuantum atau fisika elementer, maka ketika sejumlah orang justru membawa pemahaman kuantum itu untuk menjelaskan fisika Newtonian atau menjelaskan realitas empiris kita membuat kita bergidik takut dan heran. Jika "A" tidak bisa menjelaskan "B", bagaimana "B" akan mampu menjelaskan "A"?

Benar saja, hasilnya terasa aneh. Jadinya realitas empiris kita pun dipertanyakan kemudian dianggap tidak real sama seperti dalam level kuantum.

Dalam level kuantum waktu dan ruang itu tidak ada. Jika pemahaman itu dibawa untuk menjelaskan semesta atau universe, maka muncullah konsep seperti non locally universe.  Bahwa Bulan yang kita lihat itu tidak berada di suatu tempat tertentu di universe. Apa yang kita lihat itu cuma citra saja. Pemahaman ini kemudian mendorong kita lebih jauh lagi kepada konsep hologram universe yaitu semesta yang kita ada di sekeliling kita adalah hologram saja. Jika lingkungan di sekitar kita seluruhnya adalah hologram, maka kita ini sesungguhnya apa? Hologram juga? Hah? Iya! Hahaha..., jadi kesimpulannya kita ini cuma sebuah game komputer saja. Gila kan.

Jika didorong lebih jauh sampailah kita kepada pemikiran bahwa kita sebenarnya berada dalam alam pikiran suatu entitas yang lebih besar dan lebih agung. Walaupun terasa lebih transedendal dan spiritual, kesimpulan ini tetap tidak mengurangi keanehannya. Terutama terhadap konsekuensi religious dalam teks agama.

Tapi apakah semua kesimpulan itu benar. Tidak ada seorang pun yang tahu pasti. Kita pun tidak tau bagaimana mengkonfirmasikan kesimpulan itu.

Richard Feymann pernah berkata bahwa tidak seseorang pun yang memahami mekanika kuantum. Iya sebab yang ada dan yang kita tahu dalam mekanika kuantum cuma input dan output saja, kita tidak tahu pasti proses apa yang terjadi di dalamnya.

Dalam mekanika kuantum, kita hanya bisa menjawab pertanyaan tentang "apa", dan sedikit juga terbatas jawaban atas pertanyaan "bagaimana", tapi hampir sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan "mengapa".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun