Pertama jika yang dimaksud adalah partikel elementer, maka konsep partikel elementer ada disinggung oleh Kitab Suci dengan idiom "dzarrah".
Kedua, tidak ada relevansinya bagi Kitab Suci membahas secara mendalam sesuatu yang sulit dipahami oleh kebanyakan orang dan penuh dengan teori yang kontradiktif.
Kitab Suci biarlah tetap pada fungsi utamanya memberikan guide kepada manusia tentang hakikat diri, relasi manusia dengan manusia lainnya, relasi manusia dengan alam sekitarnya, relasi manusia dengan kehidupan di luar yang bisa dicapai inderanya, dan relasinya dengan Tuhannya.
Jikapun ada informasi dari Kitab Suci yang tidak selaras dan sesuai dengan pencapaian peradaban manusia yang baku dan memberikan manfaat yang luas dan egaliter kepada seluruh manusia, maka baru saat inilah kita punya ruang untuk mengkritisi dan mengamandemen Kitab Suci. Misalnya, jika Kitab Suci menyatakan bahwa Bumi adalah pusat Tata Surya, sementara hasil pengalaman, pengamatan, penyelidikan, dan perhitungan manusia telah baku bahwa Matahari lah yang menjadi pusat Tata Surya, maka kita punya ruang lebar untuk melakukan amandemen terhadap Kitab Suci.
Bagaimanapun amandemen terhadap Kitab Suci, jikapun perlu dilakukan, maka butir amandemen tersebut tidak boleh sampai menghapus teks asli Kitab Suci. Ini agar kronologi dan latar belakang amandemen terhadap Kitab Suci tersebut bisa ditelusuri.
Barangkali amandemen tersebut di kemudian hari perlu pula diamandemen lagi atau perlu kembali kepada teks asli Kitab Suci.
Kritik dan amandemen terhadap Kitab Suci jangan sampai membuat kita memalsukan Kitab Suci. Kitab Suci sebagai dokumen sejarah dan artefak peradaban harus tetap terjaga orisinil, otentik, dan tidak dipalsukan.
Bahan Bacaan :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H