Isra Mi'raj : Tantangan Fisika Yang Belum Terjawab
Isra atau perjalanan Muhammad SAW dari Mekkah ke Yerusalem dalam waktu singkat sudah dapat dijawab oleh Fisika dengan ditemukannya pesawat supersonik.
Sementara Mi'raj atau perjalanan ke luar semesta sampai ke langit tujuh lapis bahkan sampai ke Sidratul Muntaha belum bisa dijawab Fisika. Mi'raj menantang Fisika karena menyangkut dua hal yaitu bergerak melebihi kecepatan cahaya dan perjalanan ke luar semesta.
Ketika Fisika berspekulasi tentang apa sebelum Big Bang dan apa di luar batas semesta kita kini, maka Muhammad SAW sudah melampaui itu semua dengan peristiwa Mi'raj. Fisika baru sampai kepada dugaan bahwa itu adalah suatu medan kuantum. Walaupun belum ada bukti sama sekali tentang hal ini.
Dalam Fisika, perjalanan melebihi kecepatan cahaya mempunyai hambatan Rlativitas Khusus, Rlativitas Umum, Thermodinamika, dan Mekanika Kuantum.Â
Hambatan Rlativitas Khusus menyangkut kecepatan cahaya sebagai kecepatan tertinggi, perubahan massa, panjang, dan waktu ketika bergerak mendekati cahaya.Â
Hambatan Rlativitas Umum berkaitan dengan hambatan lengkungan space-time yang tercipta ketika bergerak dalam kecepatan cahaya. Hambatan Thermodinamika menyangkut efisiensi mesin. Hambatan Mekanika Kuantum adalah harus massless jika ingin bergerak dalam kecepatan cahaya.
Satu yang menarik bahwa kecepatan cahaya bukanlah kecepatan tertinggi yang terdeteksi. Kecepatan cahaya adalah kecepatan tertinggi di dalam semesta, sementara semesta sendiri mengembang di atas kecepatan cahaya.
Mi'raj bukan satu-satunya tantangan al Qur'an yang belum mampu dijawab Fisika. Tantangan lain ada di QS. Arrahman ayat 33. Tantangan ini menyangkut perjalanan antar galaksi. "Hai masyarakat jin dan manusia jika kalian mampu menembus seluruh penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kalian tidak akan mampu menembusnya melainkan dengan kekuatan"
Fisika juga belum mampu menjawab tantangan menghadirkan teknologi Teleportasi seperti terjadi pada zaman Sulaiman as. Tantangan ini tersurat dalam QS. An Naml ayat 38-40.Â
Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".Â
Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya. "Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Padahal Teleportasi di masa Sulaiman as itu masih jauh di bawah kecepatan cahaya karena jarak Yerusalem dengan Yaman relatif sangat dekat.
Tantangan al Qur'an untuk membangun peradaban di bawah tanah seperti dalam kisah Ya'juj dan Ma'juj juga belum bisa dijawab Fisika. Tantangan ini tertuang dalam Surat Al Kahfi ayat 96-99. Jika manusia mampu membangun peradaban di bawah tanah, maka membangun peradaban di Bulan, Mars, dan Galaksi lainnya pun menjadi lumrah.Â
Terakhir adalah tantangan al Qur'an untuk membangun peradaban manusia di Galaksi lain dan di dimensi lain seperti apa yang dialami oleh Idris as dan Isa as.
Yang paling gencar dikejar Fisika adalah mencapai kehidupan manusia yang awet muda dan everlasting seperti Khiddir as. Tapi itu juga belum bisa dicapai oleh Fisika.
Sungguh Fisika kita sekarang ini sangat tertinggal. Fisika janganlah menjadi hakim yang memutuskan sesuatu itu mungkin atau mustahil. Fisika harus mampu mewujudkan mimpi-mimpi manusia yang paling liar dan yang paling kuno sekalipun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H