Biawak dan ular sanca ditemukan di atap rumah warga sudah sering terdengar beritanya. Ular, tikus, dan kecoa pun sudah umum ditemukan di selokan ataupun saluran pembuangan di sekitar pemukiman warga. Jangan dikata yang namanya semut, lalat, dan nyamuk. Hewan-hewan sudah beradaptasi dengan lingkungan perkotaan urban dan menjadikannya juga sebagai habitat mereka.
Sementara sebagian hewan beradaptasi dengan menjadi hewan peliharaan di sangkar, kandang, kolam, akuarium, dan kerangkeng. Tumbuhan besar dan kecil harus rela pindah dari habitatnya di kebun dan hutan, ke dalam pot.
Ada hampir 9 juta species di Bumi ini, tapi baru sekitar 2 juta saja yang tercatat. Sementara ribuan lainnya sudah dinyatakan punah. Perubahan iklim, deforesisasi, dan campur tangan manusia menambah laju kepunahan hewan dan tumbuhan. Kenapa hewan dan tumbuhan itu tidak berevolusi atau bermutasi saja? Bukankah buaya, ular, dan komodo berhasil mempertahankan eksistensi species mereka masing-masing hingga jutaan tahun lamanya, kenapa hewan-hewan lainnya tidak mampu melakukan hal yang sama?
Adaptasi, dengan evolusi dan mutasi sebagai turunannya, adalah upaya suatu spsis dalam merespon perubahan lingkungannya. Suatu kebutuhan dan kemampuan alami yang bertujuan menjaga kelangsungan hidup species tersebut. Jika tidak ada perubahan dalam lingkungannya, maka evolusi maupun mutasi tidak akan terjadi. Tidak ada kebutuhan untuk itu.
Adaptasi bukanlah sebuah free will ataupun fungsi kesadaran biologis yang bisa kapan saja difungsikan jika ada kehendak untuk itu. Walaupun organ yang semakin sering digunakan secara otomatis akan semakin kuat dan fungsional, tapi ada probalitas optimasi organ itu dapat diwariskan. Kemampuan beradaptasi dan berevolusi hanya diaktifkan dengan stimulus lingkungan, bukan atas dasar kehendak sadar.
Menurut Darwin, poses di mana sebagian species punah sementara sebagian lainnya tetap bertahan hidup merupakan suatu seleksi alam. Seleksi alam menghasilkan species yang adaftif dan unggul. Seleksi alam bukan saja menghasilkan species yang lebih kompleks, tapi juga lebih kuat.
Konsep evolusi lahir dari pengamatan yang diwadahi dengan hipotesis, perspektif, asumsi, dan kerangka berpikir tertentu. Ada enam asumsi yang menjadi dasar pemikiran evolusi yang membawanya menjadi sebuah teori.
1. Asumsi Divergen. Kemiripan morpologis, fisiologis, dan genetis pada sejumlah species mungkin berasal dari nenek moyang yang sama di masa lalu. Kemiripan harimau, singa, macan, dan kucing mungkin merupakan indikasi mereka berasal dari nenek moyang yang sama.
2. Asumsi Konvergen. Suatu species mampu membangun sejumlah variasi dan diversifikasi. Sejumlah species tumbuhan mampu menghasilkan sejumlah variasi warna bunga dan motif daun membawa kemungkinan tumbuhan itu membentuk species bunga yang benar-benar baru di masa depan.
3. Asumsi Proyektif. Species-species kompleks yang ada sekarang ini mungkin saja berasal dari satu species sederhana di masa lalu. Manusia kemungkinan adalah bentuk rumit dari monyt.
4. Asumsi Regresif. Species yang ada sekarang adalah bentuk penyederhanaan dari dari species kompleks di masa lalu. Burung Kasuari adalah penyederhanaan dari burung yang bisa terbang.