Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ilusi Kesuksesan

9 Februari 2022   20:01 Diperbarui: 30 Januari 2023   02:23 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nur Ala Nur, Multiple Light

Cahaya di atas cahaya, cahaya berlapis-lapis.
Kesuksesan di atas kesuksesan, kesuksesan berlapis-lapis.

Sungguh sukses itu bertingkat-tingkat.
Setiap tingkat sukses menghadirkan dimensi yang berbeda dalam hal intelektualitas (kecerdasan, ketrampilan, keahlian), choices  (pilihan, alternatif solusi, godaan), dan suffering  (masalah, kesulitan, tantangan, hambatan, penderitaan) yang berbeda.

Beda seorang perawat dengan seorang dokter, atau beda antara CEO dengan karyawan biasa, atau beda antara Pemilik Usaha dengan buruh adalah dalam hal kriteria intelektualitas yang harus dimiliki, godaan dan ragam pilihan yang datang, dan masalah yang dihadapi. Tidak ada pihak yang bebas dari suffering atau masalah. Semakin besar sukses berarti masalah yang dihadapi juga lebih kompleks, dan semakin tinggi tingkat intelektualitas yang dibutuhkan. Intelektualitas itu dibutuhkan untuk mengatasi suffering. Untuk mencapai tingkat kesuksesan yang lebih tinggi seseorang harus menginvestasikan diri untuk menerima suffering yang lebih tinggi. No pain, no gain.

Sukses tidak pernah menjanjikan surga. Sukses bukan surga. Di setiap levelnya sukses menghadirkan tantangan intelektualitas, godaan, dan masalah yang berbeda. Ketika ketiga tantangan itu datang, maka tidak ada seorang pun yang merasa kondisinya lebih baik dari orang lain.

Walaupun begitu, tingkat sukses yang lebih tinggi memberikan kebebasan dan pilihan yang lebih luas. Orang yang berada dalam tingkat sukses yang lebih tinggi punya kuasa yang lebih besar atas pilihan yang ada dan atas kehendak serta keinginannya.

Untuk itu kita hendaknya tidak iri. Tidak sombong. Tidak pamer. Tidak rendah diri. Tidak ngotot dan ngoyo. Tidak gampang menyerah. Terus bergerak mencapai optimasi kehidupan tertinggi. Menjadi diri kita yang terbaik.

Suffering itu Abadi

Suffering dalam bentuk penderitaan, kesulitan, masalah, hambatan, gangguan, kegagalan, air mata, tumpahan darah, dan tantangan adalah sesuatu yang build in dalam kehidupan manusia, dan bersifat abadi sama seperti perubahan.

Kita manusia sering ingin memiliki semuanya dan ingin menguasai segalanya, tapi nyatanya yang terjadi adalah sekedar menukar satu penderitaan dengan penderitaan lain yang kita anggap secara subyektif pertukaran itu akan meningkatkan kesejahteraan, kepuasan, kebahagiaan, dan kesuksesan kita. 

Bentuk lain yang mungkin untuk meningkatkan rasa sukses dan kesejahteraan adalah dengan menukar satu nikmat dengan nikmat lainnya. Karena ketika satu nikmat bertambah, maka nikmat lainnya hilang ataupun diambil, ataupun berkurang. Begitu juga ketika satu suffering bertambah, maka suffering lain hilang ataupun berkurang.

 Mekanisme ini tidak memberikan celah bagi hadirnya perasaan lebih tinggi dari orang lain, sebagaimana juga tidak memberi celah bagi perasaan lebih rendah dari orang lain maupun perasaan tidak berharga.

Apapun kita manusia, sukses atau tidak sukses, kaya atau miskin, berkuasa atau tidak berkuasa, dan apapun profesinya, kita semua sama. Secara kimia, kita semua terbentuk dari karbon, secara biologis kita terbentuk dari sel sperma, secara evolusi kita berasal dari bakteri, secara mekanika kuantum kita hanyalah sama-sama kumpulan partikel elementer, gaya fundamental, string, dan field, secara teistik kita berasal dari Adam, dan secara matematika jika sama-sama suatu struktur matematis saja dan tersusun secara numerik yang bahkan hanya terdiri dari angka nol dan satu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun