Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita adalah Semesta bagi Sel

2 Februari 2022   16:32 Diperbarui: 2 Februari 2022   16:39 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

JOURNEY OF LOVE AND MISSING
From Fear Into Missing

Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir. (QS. 59:21)

Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. (QS. 2:74)

Bulan dan Mars yang begitu dekat dari Bumi tidak memiliki kehidupan. Aneh ga sih?

Apa kehidupan cuma ada di Bumi?  Mungkinkah kita salah dalam mendefinisikan kehidupan? Bisakah kita salah dalam mendefinisikan kesadaran? Adakah prinsip umum bagi semua level dan dimensi kehidupan yang ada?

Bisa jadi al Qur'an berbicara fakta dan bukan metafora ketika mengatakan gunung, tumbuhan, dan semesta ini seluruhnya berkesadaran. Batu dan gunung yang takut dan menagis itu nyata, bukan metafora, bukan pula simbol.

Kehidupan itu tersusun bertingkat-tingkat.

Kehidupan kita ini pun tersusun dari kehidupan masing-masing organ. Setiap organ mempunyai kehidupan, umur dan ajal masing-masing.

Setiap organ tubuh tersusun lagi dari kehidupan sel. Setiap sel tersusun lagi dari kehidupan unsur-unsur dalam Tabel Periodik Kimia. Setiap unsur tersusun lagi dari kehidupan atom. Setiap atom tersusun lagi dari jahitan dan pintalan energi dan informasi kuantum.

Sel-sel dalam tubuh kita sulit dikatakan tidak berkesadaran. Atom-atom pun mungkin punya kesadaran yang tidak harus sama dengan yang kita miliki. Mereka itu punya kehidupan tersendiri. Kesadarannya terpisah sekaligus terintegerasi dengan kesadaran kita sebagai individu.

Bagaimana jika kita ini di Bumi ini sebenarnya hal satu "sel" dalam keseluruhan "tubuh" semesta jagad raya? Sedangkan semesta mempunyai kesadaran tersendiri yang terpisah sekaligus terintegerasi dengan kesadaran kita sebagai individu?  

Hewan, tumbuhan, batu, gunung, dan bintang adalah kehidupan yang paralel dengan kehidupan fisik kita.

Maka pasti ada kehidupan yang paralel dengan kehidupan psikis kita. Itulah jin, malaikat, dan entah apalagi.

Kehidupan bukan cuma bertingkat-tingkat, tapi juga berdimensi banyak.

Tubuh kita adalah semesta bagi sel.
Bagi semesta, kita hanya satu sel saja.
Tidakkah kemudian semesta kita ini hanya satu saja dari sekian banyak semesta yang ada. Masing-masing semesta saling bergerak, berinteraksi, dan berkomunikasi satu sama lain sama seperti kita, cuma dalam level kehidupan yang berbeda.

Kehidupan adalah kesatuan tunggal dari atom ke semesta, dari psikis ke fisik.

Kemana semua kesadaran ini akan dibawa kalau bukan kepada Tauhid. Kesatuan tunggal kehidupan berasal dari Pencipta Yang Tunggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun