Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... -

Mengembara di London sekitar 10 tahun dan kembali ke Jakarta akhir 2011, ingin berbagi cerita mengenai Inggris dan Eropa serta kisah perjalanan lainnya. Silahkan berkunjung pula ke asepsetiawan.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pedagang Kaki Lima Juga Hidup di London

17 Juli 2011   23:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:36 1867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_123435" align="aligncenter" width="625" caption="Pedagang kaki lima di London (Foto:Asep)"][/caption]

London seperti kota lainnya di dunia tidak lepas dari pedagang kaki lima. Pedagang skala kecil dengan modal terbatas masih diizinkan beroperasi di ibu kota Inggris ini. London telah menjadi markas besar perusahaan milyaran dollar serta cabangnya di seluruh dunia. London juga menjadi pusat keuangan dunia. Namun tidak semua bisa berbisnis hebat sampai skala global. Ada pula pedagang kecil yang mengadu untung di London. Mereka bisa berada di sudut-sudut jalan dengan kios sederhana. mereka juga bisa berada di depan stasiun seperti yang saya lihat di Temple Station untuk kereta bawah tanah atau Underground. Bermodalkan meja sederhana yang bisa dilipat serta beberapa mangkuk plastik mereka berjualan buah-buahan. Harganya pun beraneka ragam mulai satu poundsterling aau sekitar Rp 13.500 untuk satu baskom plastik sampai dengan strawberry atau blueberry yang harganya bisa 1,5 poundsterling. Saya juga paling suka membeli buah segar kalau lagi perjalanan. Dan pedagang kaki lima seperti di depan stasiun Temple adalah alternatif murah daripada membeli ke supermarket besar. Pengamatan saya London masih menampung pedagang kecil ini untuk hidup di tengah glamour bisnis besar dan supermarket mewah. Mereka hidup di pinggir jalan kadang diterpa angin, diguyur hujan atau salju. Namun mereka masih bertahan meskipun hari berganti dan musim berubah empat kali. Pedagang buah misalnya tetap bertahan di segala cuaca. [caption id="attachment_123436" align="aligncenter" width="640" caption="Pedagang buah-buahan dan koran di London (Foto:Asep)"]

13109445371876803909
13109445371876803909
[/caption]

Demikian juga pedagang kali lima yang berjualan koran dan majalah. Anda bisa temukan dimanapun di sudut jalan, di depan stasiun underground atau di perempatan jalan. Seperti yang saya lihat modal mereka juga tidak besar kelihatannya. Cukup dengan kios yang bisa dibuka tutup setiap hari, mereka memajang koran dan majalah. Mereka menjual majalah seperti halanya toko buku. Mereka juga kadang menjual koran dari berbagai bahasa mulai bahasa Arab sampai Jerman dan Perancis. Dan yang uniknya di Covent Garden malah disediakan khusus jalur pedagang kaki lima termasuk yang berjualan pakaian anak, mengingatkan saya kepada Tanah Abang. Namun yang sangat kentara di beberapa kawasan yang pada wisatawan adalah penjual cindera mata. Mereka hidup dengan menjual gantungan kunci, T Shirt, syal atau bendera Inggris. Mereka berada di sudut jalan bermodalkan kios sederhana berani bersaing dengan toko-toko besar dengan menjual benda sama. [caption id="attachment_123437" align="aligncenter" width="640" caption="Kios pakaian anak-anak di Covent Garden (Foto:Asep)"]

13109446671336746962
13109446671336746962
[/caption]

Saya perhatikan penjual cindera mata ini paling banyak berada di kawasan di dekat jam Big Ben. Saya lihat setidaknya ada dua pedagang kaki lima yang berjualan di sudut jembatan Sungai Thames dekat House of Parliament. Jadi kita bisa bayangkan bagaimana gedung DPR di Inggris ini tidak jauh dari para wakil rakyat yang setiap hari berjas dan berdasi ini masih bisa hidup berdampingan dengan para pedagang kaki lima di sekitarnya. Para pedagang kaki lima ini tidak diburu-buru satpol PP karena dianggap mengurangi keindahan kota. Tidak ! Mereka tidak dikejar-kejar aparat. Para pedagang kaki lima di London ini hidup setiap harinya untuk mengais rezeki berkompetisi dengan pebisnis besar dengan toko yang indah dan nyaman. Namun mereka tetap jalan saja karena kelihatannya setiap hari ada saja yang berkunjung ke kios mereka seperti juga terlihat di seputar Trafalgar Square. Tentu saja bukan berarti pedagang ini bebas begitu saja. Saya kira mereka memiliki izin. Mereka juga legal. Mereka mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintahan daerah. Termasuk aturan kesehatan, keselamatan dan produk yang legal. [caption id="attachment_123438" align="aligncenter" width="637" caption="Penjual asongan bendera di London (Foto:Asep)"]

13109447571325915216
13109447571325915216
[/caption]

Kadang-kadang dalam acara besar muncul pedagang dadakan yang menjajakan barangnya ke tengah warga yang berkerumun.Misalnya saya lihat ketika Pangeran William dan Kate Middleton menikah banyak sekali penjual bendera bergambarkan mereka. Mereka dengan bebas menjajakannya di berbagai tempat mulai dekat gereja Westminster Abbey sampai dengan Istana Buckingham. Para pedagang asongan ini seperti ikut merayakan pernikahan kerajaan. Saya kira mereka sebenarnya tidak memiliki izin namun suasana mungkin membantu mereka sehingga yang penting bisnis asongannya sukses. Saya lihat tidak satu orang pun terlihat ditangkap aparat polisi selama mereka tidak mengganggu. Tentu saja pedagang kaki lima ini juga teman kebanyaka orang yang memang memiliki keterbatasan daya beli. Dan London tampaknya menyadari situasi seperti itu sehingga para pedagang ini tetap diberi izin dan tetap diberi ruang hidup di ibu kota negeri yang disebut negara maju ini. Pedagang kaki lima masih diberi ruang hidup di sebuah negeri yang sering disebut menganut kapitalisme. Namun tampaknya mereka sepanjang mengikuti peraturan dagang tetap bisa hidup dan aktif menjajakannya di kios-kios dan meja yang membuat mereka disebut pedagang kaki lima. Saya kira kalau kita mau belajar tentunya para pedagang kaki lima ini asalkan tertib masih bisa hidup dimanapun termasuk di kota-kota di Indonesia. Mereka adalah entrepreneur yang bahkan di Indonesia menopang kehidupan banyak orang. Mereka disebut sebagai pengusaha di sektor informal yang justru hidup alamiah dan bertahan ditempat berbagai krisis ekonomi. Pedagang kaki lima adalah sebuah fenomena kota besar yang menyalurkan insting dagang warga di dalamnya sehingga menghidupkan kota itu. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun