Duduk berdua denganmu dilorong sebuh ruang kecil, dingin.
kulihat matamu di sela silau lampu-lampu,.
Bising keramaian bersetubuh dengan derap langkah,. lalulalang.
suara-suara hanya terdengarkan darimu, satu.
membayangkan angin dan pelangi..
Â
malam itu kau bercerita seperti bagian muram kisah tenggelamnya kapal van der wick,
Rasanya air mata seperti percik gerimis pagi,
Aku terus mengurungnya dalam jeruji,.
Membiarkan ia liar dalam sebuah perang,
mencari jalan hanya untuk mu, kebahagiaan.
Â
Aku bersentuhan dengan apa yang kau gantungkan, di tali-tali harapan,.
dalam jeruji itu ku bisikan sebait doa suci, untukmu.
doa pengharapanku,.
(aku ingin menghabiskan dayaku,untuk menjadi bagian dalam kebahagiaan mu,meski sebenarnya aku masih membungkusnya, dalam upaya ku)
Â
di sisi-sisi lain ; prekuensi suara dalam jeruji begitu kencang, bergetar.
ianya terus ditarik magnet ke dalam jeruji hatimu,
terjun bebas dengan sayap cinta yang kurakit untuk mu,
membayangkan terbang berdua,
kembali ke dalam jeruji, denganmu.
seperti doa dalam pengharapanku.
Â
BojongKulur, Bogor 2016 - A. Saputra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H