Mohon tunggu...
Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mengapa Harus Berbuat Kebaikan?

29 Maret 2023   13:00 Diperbarui: 29 Maret 2023   13:04 1521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi diolah dari Canva

Bersabarlah atas setiap yang terjadi pada kita, karena itu adalah kuasa dan kehendak-Nya. Tak ada satupun jiwa yang mampu melawan atau menghindar dari semua ketetapan-Nya manakala Ia sudah menetapkan taqdir-Nya.

Tetaplah berhusnuzan kepada-Nya. Tetaplah bersabar memelihara hubungan baik dengan-Nya, seraya senantiasa berhati-hati dan waspada, karena kebaikan yang kita harapkan pasti akan berlaku, manakala kita tak meninggalkan-Nya.

Allah swt berfirman: "Maka bersabarlah, sungguh, kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang Yang bertaqwa" (Q. S Hud : 49)

Di ayat lain difirmankan: "Sesungguhnya barangsiapa bertaqwa dan bersabar, maka sungguh Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik. " (Q. S Yusuf: 90)

Di penghujung surat An Nahl Allah swt berfirman: "Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan." (Q. S An Nahl : 128)

Menurut Imam Jalalain, maksud ayat ini  bahwa sesungguhnya Allah swt membersamai orang-orang yang takut terhadap kekafiran dan kemaksiatan serta orang-orang yang berbuat kebaikan dengan menjalankan ketaatan dan kesabaran; Allah akan menolong mereka dengan bantuan dan pertolongan-Nya.

Maka janganlah bosan untuk terus berbuat baik dimanapun dan kepada siapapun, karena Allah swt akan membersamai kita, menolong kita dan mencukupi kebutuhan kita dengan pertolongan-Nya.

Tentunya kita inginkan hidup dan kehidupan yang baik di dunia ini. Itu adalah naluri insani. Namun kebaikan itu tidak akan serta merta meliputi kita jika kita tidak mengusahakannya. Seperti halnya ikan di sungai, ia tidak akan datang sendiri lantas tersedia di piring kita ketika kita ingin menyantapnya tanpa terlebih dahulu kita berusaha mendapatkannya. Begitupun kebaikan hidup, ia harus diupayakan agar mampir dalam hidup kita. Apa upaya yang harus kita lakukan?

Tidak lain dan tidak bukan untuk mendatangkan kebaikan hidup adalah dengan kebaikan pula. Seperti yang diterangkan Allah swt dalam firman suci-Nya : "Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Q. S An Nahl : 97)

Ath Thabari menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kehidupan yang baik dalam ayat tersebut adalah rezeki yang halal semasa di dunia. Ada pula yang menafsirkan bahwa kehidupan yang baik yang dimaksud adalah Allah swt akan menancapkan dalam hatinya rasa qana'ah, yakni senantiasa merasa cukup dengan yang ada, utamanya terhadap perkara dunia.

Di ayat 96 Surat Maryam dijelaskan oleh Allah swt bahwa pahala yang baik bagi mereka yang berbuat baik atas dasar iman adalah tertanamnya kasih sayang dalam hati.  "Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka)" (Q. S Maryam : 96)

Selain itu, bagi mereka akan dianugrahi oleh Allah swt kemudahan dan ketenteraman hidup. Akan dihilangkan rasa galau, resah gelisah, merana. Tidak akan ada kekhawatiran akan kezaliman yang bisa mengancamnya kehidupannya. Sebagaimana firman Allah swt: "Dan barangsiapa mengerjakan kebajikan sedang dia (dalam keadaan) beriman, maka dia tidak khawatir akan perlakuan zalim (terhadapnya) dan tidak pula khawatir akan pengurangan haknya" (Q. S Taha : 112)

Imam Jalalain menyatakan bahwa mereka tidak ada kekhawatiran akan diperlakukan tidak adil dengan diberatkan dosa-dosanya dan tidak pula akan dikurangi pahala kebaikannya.

Bisa bermakna pula bahwa balasan kebaikan yang lebih baik itu berupa surga Firdaus, yang disediakan oleh Allah swt sebagai tempat tinggal yang nyaman sehingga yang sudah memasukinya tidak ingin keluar atau pindah dari sana. Sebagaimana firman Allah swt: "Sungguh, orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, untuk mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana" (Q. S Al-Kahfi : 107-18)

Di ayat lain: "Sungguh Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Sungguh Allah berbuat apa yang Dia kehendaki" (Q. S Al-Haj : 14)

Ibnu Katsir menyatakan bahwa surga-surga itu sebagai tempat yang mulia, disediakan oleh Allah swt bagi mereka yang telah membuktikan keimanan mereka dengan perbuatan nyata. Mereka melakukan amal kebaikan dengan berbagai pendekatan diri kepada Allah swt dan meninggalkan kemungkaran.

Surga itu adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan :"Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan berada dalam surga-surga yang penuh kenikmatan" (Q. S Al-Haj : 56)

Surga itu merupakan rezeki yang mulia dari sisi Allah swt sebagai bentuk balasan keimanan dan kebajikan yang telah mereka lakukan semasa hidup di dunia. Lantaran perbuatannya itu, Allah swt juga melimpahkan ampunan atas dosa-dosa yang pernah mereka lakukan. Sebagaimana firman-Nya :"Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia" (Q. S Al-Haj : 50)

Itulah keberuntungan hidup. Barangsiapa dapat memasuki surganya Allah swt, dialah orang yang benar-benar beruntung. Dan Allah swt menghendaki hamba-Nya agar meraih keberuntungan itu. Maka dengan Ramhan dan Rahim-Nya Dia menyuruh kita untuk menyempurnakan keimanan dengan berbuat baik, senang manyambung silaturahim dan menghiasi hari-hari kita dengan akhlak yang mulia. "Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu, dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung" (Q. S Al-Haj : 77)

Keberuntungan yang dimaksud dalam ayat ini menurut Imama Jalalain adalah dapat hidup kekal abadi di dalam surga-Nya. Bahwa manfaat kebaikan yang kita lakukan sejatinya akan kembali kepada diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Allah swt berfirman : "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri." (Q. S Al-Isra : 7)

Kebaikan yang bisa mengundang kebaikan untuk diri kita sendiri adalah kebaikan yang dilandasi dengan iman dan taqwa. Itulah yang dikatakan oleh Imam Jalalain, bahwa "jika kalian berbuat baik dengan mengerjakan ketaatan berarti kalian berbuat baik bagi kalian sendiri karena sesungguhnya pahala kebaikan yang kalian lakukan adalah untuk diri kalian sendiri, bukan untuk orang lain". Maka mari lakukan kebaikan atas dasar ketaatan kepada Allah swt, demi meraih cinta-Nya, demi ridha-Nya. Kesampingkan ego dunia agar hati dan raga ini ringan untuk melakukan kebaikan dalam kondisi apapun dan kepada siapapun.

Bahkan amal kebajikan yang kita lakukan dengan istiqomah, terus menerus pahalanya jauh lebih baik dan lebih berharga dari harta dan anak keturunan yang kita miliki. Kita semua mafhum bahwa kebahagiaan terindah setiap insan yang sudah berumahtangga adalah hadirnya buah hati yang bisa menjadi harapan penerus generasi. Tanpa itu, hampalah hidup dan segala upaya akan ditempuh untuk mendapatkannya.

Demikian pula harta benda. Setiap insan akan lebih tenteram hidupnya manakala hidupnya tercukupi dengan harta. Memang harta bukan segala-galanya, tapi segalanya bisa didapat dengan harta. Tak dapat dipungkiri.

Harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup. Dengannya hidup terasa semakin hidup. Namun kedua keindahan perhiasan dunia tersebut tidak lebih baik di sisi Allah swt dibanding dengan amal kebajikan yang dilakukan secara terus menerus. Allah swt berfirman : "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan" (Q. S Al-Kahfi : 46)

Menurut Ath-Thabri, ada beberapa pendapat terkait makna "albaqiyatu ash-shalihatu" (kebajikan yang terus menerus) dalam ayat ini. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan itu adalah salat lima waktu. Ada pula yang berpendapat bahwa kebajikan itu berupa kalimat thayyibah, subhanallah-alhamdulillah-laai ila ha ilallah-allahu akbar wala hauwla wala quwwata illa billah. Namun ada pula yang menyatakan bahwa yang dimaksud itu adalah amal kebajikan berupa ketaatan terhadap Allah swt. Sebab semua itu adalah bentuk kesalehan yang akan menjadi pahala yang tersimpan bagi pelakunya untuk akhirat kelak.

Semantara Ibnu Katsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ayat tersebut maknanya adalah menghadapkan diri kepada Allah swt dan mengkonsentrasikan penghambaan kepada-Nya adalah lebih baik daripada kesibukan dengan anak dan berkumpul dengan mereka, apalagi menyayangi mereka secara berlebihan.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, jika diperhatikan, muaranya adalah sama yakni TAQWA. Aplikasinya dengan berbuat baik dengan landasan keimanan yang mengharapkan ridha Allah swt. Salat, berzikir memperbanyak mengucapkan kalimat thayyibah serta semua bentuk ketaatan dan kesalehan merupakan kebajikan yang jika dilakukan terus menerus pasti akan mendatangkan keridhaan dan pahala yang lebih baik. Ia akan menjadi tabungan pahala yang akan kita petik hasilnya kelak di kehidupan selanjutnya.

Puasa Ramadhan muaranya adalah TAQWA. Oleh karena itu tidak berlebihan jika saya katakan bahwa puasa mendidik kita untuk menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang senantiasa menampilkan akhlak mulia kepada sesama. Menebar manfaat. Ucapan yang keluar dari orang yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah ucapan-ucapan yang lembut, penuh manfaat dan mengantarkan pada ketaatan dan kesalehan. Semoga dengan ini Allah swt berkenan menerima amal kita dan memberi balasan yang lebih baik. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun