Tahap 1. Menuliskan ide yang terlintas di pikiran terkait topik pelajaran.
Misal di pelajaran IPAS fase B materi perubahan wujud zat. Guru bisa menuliskan beberapa ide yang mungkin muncul mengenai perubahan wujud zat ini. Missal :
- Air menjadi uap bila dipanaskan.
- Air menjadi es bila didinginkan.
- Membuat es batu adalah perubahan wujud benda
- Kapur barus bisa menyublim
- Air yang dimasak terlalu lama di panic bisa habis karena menguap.
- Kalau hujan kaca terlihat berembun.
- dan ide-ide lainnya.
Tahap 2. Merumuskan pertanyaan pemantik dari ide-ide yang ditemukan di tahap 1.
Pertanyaan pemantik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Berupa pertanyaan terbuka, dapat, dan penting diperdebatkan di kelas bersama peserta didik tanpa melakukan proses mencari tahu sebelumnya.
- Merupakan inti dari topik pembelajaran.
- Melahirkan pertanyaan-pertanyaan baru di benak peserta didik dan memikat ketertarikan mereka untuk mempelajari topik pembelajaran.
- Membahas hal yang konseptual atau memiliki pemahaman filosofis.
Dari kriteria-kriteria tersebut maka guru bisa membuat pertanyaan pemantik yang esensial mengenai topik perubahan wujud zat, seperti:
- Mengapa kita butuh benda berubah wujud? (misal air menjadi gas atau air menjadi es?)
- Bagaimana hubungan antara suhu dengan perubahan wujud benda?
- Apa pentingnya bagi kita mengetahui faktabahwa benda bisa berubah wujud? (missal air menjadi uap saat dipanaskan)
Guru perlu memperhatikan kriteria-kriteria tersebut diatas dalam membuat pertanyaan pemantik. Karena tidak semua pertanyaan bisa masuk kategori pertanyaan pemantik.Â
Pertanyaan-pertanyaan seperti "bagaimana proses air menjadi es?", atau "apakah suhu mempengaruhi perubahan bentuk?", atau apa bentuk perubahan wujud benda di kehidupan sehari-hari?" bukan termsuk pertanyaan pemantik, karena pertanayaan-pertanyaan tersebut tidak memenuhi kriteria yang disebutkan di atas. Mengapa?
Menurut Wiggins dan Mc Tighe dalam bukunya The Understanding by Design, pertanyaan-pertanyaan seperti itu hanya membutuhkan jawaban "resmi" dan benar sesuai buku teks. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak membutuhkan jawaban dan penyelidikan yang mendalam.Â
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu hanya akan mempersingkat proses penyelidikan yang justru proses penyelidikan itu diperlukan sebagai jantungnya pemahaman bermakna yang mendalam.
Tahap 3. Menyusun Pemahaman Bermakna
Setelah mendapatakan pertanyaan pemantik, guru dapat melakukan tahap ketiga yaitu: menyusun pemahaman bermakna. Tahap ini bisa dilakukan dengan menjawab pertanyaan berikut:
- Setelah mempelajari topik ini, apa yang bisa dipahami oleh peserta didik?
- Setelah memahami topik ini, peserta didik diharapkan bisa melakukan apa?