Mohon tunggu...
Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menciptakan Lingkungan Belajar yang Nyaman

29 Agustus 2022   09:37 Diperbarui: 29 Agustus 2022   09:40 6082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain visi dan misi yang merupakan komponen utama Kurikulum Satuan Pendidikan (KOSP), komponen yang tidak kalah penting adalah terciptanya lingkungan belajar yang nyaman bagi peserta didik dan seluruh warga satuan pendidikan. Oleh karenanya, seluruh pemangku kepentingan di satuan pendidikan khususnya guru perlu mengetahui dan memahami variabel-variabel yang mendukung terciptanya lingkungan belajar yang nyaman itu. Apabila kenyamanan belajar telah tercipta maka akan melahirkan pembelajaran yang berkualitas bagi peserta didik.

Terkadang ada saja kejadian atau situasi yang menunjukkan ketidaknyamanan peserta didik menjalani hari-harinya di satuan pendidikan, utamanya ketika mengikuti pembelajaran di kelas. Sebagai guru, kita harus mengetahui fenomena tersebut. Mungkin saja ada peserta didik yang senang mengikuti satu pembelajaran di mata pelajaran tertentu tapi tidak senang ikut di pelajaran lainnya. Mungkin ada guru yang disenangi, namun ada pula yang merasa tidak nyaman ketika satu guru lainnya masuk ke kalas.

Fenomena ini harus disadari oleh guru. Apabila ada perilaku yang menurut guru menyimpang atau tidak taat aturan, seyogyanya guru tidak cepat-cepat mengambil tindakan reaktif dengan memberinya hukuman untuk memberikan efek jera terhadap peserta didik tersebut. Misalnya, memberinya skors. Namun, ada baiknya coba diselidik terlebih dulu, ditanyakan dulu baik-baik kepada peserta didik yang berperilaku menyimpang itu apa masalahnya. Dengan tujuan untuk mengetahui alasan sebenarnya dari perbuatan yang dilakukan peserta didik itu.

Kebiasaan guru memberi hukuman kepada peserta didik yang berperilaku menyimpang mungkin perlu dievaluasi kembali. Terkadang hukuman yang diterima peserta didik tidak memberinya efek jera, karena bisa dimungkinkan peserta didik itu membutuhkan bantuan dari permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dalam hal inilah peran dan kehadiran guru sangat diperlukan dalam rangka menumbuhkan sikap menghormati dan rasa tanggungjawab pada diri peserta didik.

Nah, untuk menumbuhkan perilaku baik itu tidak selalu bisa dilakukan dengan memberi mereka hukuman dengan tujuan agar peserta didik menyesal dan tidak mengulangi perbuatannya lagi. Namun sebaliknya, mungkin saja bisa jadi setelah peserta didik diberi hukuman, justru mereka akan mengulangi kesalahannya, bahkan lebih lihai dalam mengulanginya.

Mulai sekarang mungkin perlu ditinjau ulang system pemberian hukuman kepada peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib. Daripada memberi hukuman, mungkin bisa menyikapi hal itu dengan menumbuhkan motivasi dan tanggungjawab peserta didik melalui penciptaan lingkungan belajar yang positif. Meski kadang menghadirkan rasa pesimis dalam diri guru untuk mengambil langkah ini, namun perlu pula diingat bahwa terkadang peserta didik menjadi lebih lihai dalam berbuat kesalahan setelah mereka diberi suatu hukuman. Perlu disadari pula bahwa pemberian hukuman tidak selalu menjamin peserta didik memiliki kesadaran diri dan tanggung jawab terhadap kegiatan belajar mereka.

Pemberian hukuman yang keras kepada peserta didik belum tentu efektif. Sudah saatnya guru mengubah pandangan itu dan menggantinya dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi pesera didik. Guru harus memiliki keyakinan bahwa pada dasarnya niat peserta didik adalah baik, hanya saja terkadang mereka mengalami kendala atau permasalahan sehingga tidak menyadari jika yang dilakukannya adalah perilaku yang menyimpang.

Disaat inilah peran guru diperlukan hadir untuk membantu mereka mengatasi kendala dan permasalahan yang mereka hadapi. Jadi, perlakuan dan persepsi guru terhadap perilaku peserta didik menjadi sangat penting karena bisa sangat berpengaruh dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang nyaman. Faktor lain yang mempengaruhi terciptanya lingkungan belajar yang nyaman bagi peserta didik adalah adanya keterlibatan semua pihak. Artinya perlu mengikutsertakan semua warga satuan pendidikan dalam setiap kegiatan.

Disamping itu, faktor budaya satuan pendidikan pun perlu diperhatikan dalam membangun lingkungan belajar yang nyaman. Budaya sekolah itu merupakan pola asumsi-asumsi dasar, nilai norma dan keyakinan yang dipegang bersama oleh seluruh warga satuan pendidikan. Diantara budaya satuan pendidikan adalah bertanggungjawab dan saling menghormati.

Yang harus dilakukan untuk menentukan budaya satuan pendidikan adalah dengan mengumpulkan perwakilan seluruh warga satuan pendidikan untuk berdiskusi. Pemikiran atau asumsi dasar warga satuan pendidikan dikumpulkan dan dianalisis, kemudian ada nilai dan norma yang diyakini bersama. Jadi, untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman diperlukan sikap saling memahami dan menghargai pemikiran dan nilai-nilai yang diyakini semua orang.

Nah, apabila peserta didik dihargai keunikannya, niscaya mereka akan lebih termotivasi untuk belajar. Menegakkan aturan atau tata tertib tidak harus selalu dengan pemberian hukuman, akan tetapi dengan mempertimbangkan keragaman situasi dan karakter peserta didik, maka semua warga satuan pendidikan akan menjadi nyaman. Bukan hanya peserta didik, guru pun merasa nyaman. Manakala ada peserta didik yang berperilaku menyimpang atau tidak menaati aturan, maka yang harus dilakukan guru adalah menginvestigasi terlebih dulu apa penyebabnya, agar peserta didik sadar tentang makna dan tujuan dari diterapkannya aturan tersebut.

Mungkin selama ini masih belum disadari sepenuhnya oleh guru bahwa pemberian hukuman kepada peserta didik justru memberikan rasa tidak aman dan nyaman. Perlu disadari bersama bahwa guru dibesarkan dengan zaman yang berbeda dengan peserta didik kita. Sehingga cara menghadapi masalah pun tentunya harus pula berbeda. Guru dituntut untuk bisa lebih bisa memahami peserta didik dengan lebih baik.

Untuk mendapat pemahaman yang sama diantara sesama guru, yang harus dilakukan adalah dengan sering-sering berdiskusi, bertukar informasi tentang latarbelakang peserta didik, dan permasalahan yang mungkin dihadapi oleh peserta didik. Seringkali peserta didik bersikap berbeda kepada setiap guru. Akhirnya, informasi yang dimiliki guru tentang latarbelakang peserta didik pun berbeda-beda. Semakin sering para guru berdiskusi tentang kondisi dan situasi peserta didik, semakin mudah guru dalam membantu satu sama lain. Dan semakin mudah pula dalam membangun interaksi yang lebih positif dengan peserta didik. Sehingga pada akhirnya akan tercipta lingkungan belajar yang nyaman bagi peserta didik. Jika lingkungan belajar sudah aman dan nyaman, maka kegiatan belajar pun akan berjalan lebih efektif.

Penciptaan lingkungan belajar yang nyaman erat kaitannya dengan Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang terdiri atas 6 dimensi. Misalnya, pada dimensi bergotong royong tercermin saat pembentukan kesepakatan dengan peserta didik dan budaya satuan pendidikan. Dimensi beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia tercermin pada nilai dan norma yang dimiliki satuan pendidikan. Sementara dimensi mandiri, bernalar kritis dan kreatif tercermin saat guru melibatkan peserta didik pada proses belajar mereka.

Referensi:

Platform Merdeka Mengajar; Modul Pelatihan Mandiri: Lingkungan Belajar yang Nyaman https://guru.kemdikbud.go.id/pelatihan-mandiri/video/132?materi=273&materi_name=Visi%20Misi%20dan%20Budaya%20Satuan%20Pendidikan&modul=39&modul_name=&topik=11&topik_name=Perencanaan%20Pembelajaran%20%20SD%2FPaket%20A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun