Pada dasarnya, satuan pendidikan dan guru harus memahami konsep dan prinsip pembelajaran yang berpihak pada peserta didik.
Bentuk implementasi kurikulum ketika di kelas adalah terlaksananya proses pembelajaran. Sebagai pelaksana kurikulum itu, maka guru harus mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan prinsip-prinsip yang dapat memfasilitasi kebutuhan peserta didik yang beragam. Apa saja prinsip-prinsip yang berpihak pada peserta didik itu?
Kemendikbudristek (2021) menjabarkan paling tidak ada 5 prinsip pembelajaran dengan paradigma baru yang dapat diperankan oleh guru untuk mendukung proses pembelajran yang berkualitas. Yaitu:
1. Mempertimbangkan kebutuhan capaian belajar peserta didik
Kebutuhan capaian belajar setiap peserta didik harus menjadi pertimbangan utama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Kebutuhan belajar ini tentunya disesuaikan harus dengan tahap perkembangan setiap peserta didik. Dengan mempertimbangkan hal ini, diharapkan kompetensi dan potensi setiap peserta didik dapat difasilitasi melalui proses pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Harapannya adalah peserta didik bisa mendapatkan hak belajarnya dengan baik.
Untuk dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan peserta didik, maka yang perlu dilakukan oleh guru adalah melakukan evaluasi atau asesmen sebelum pembelajaran dimulai. Asesmen tersebut adalah asesmen diagnostik, yaitu asesmen yang dilakukan untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan peserta didik sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik.
Setelah mendapatkan hasil dari asesmen diagnostik, guru dapat memahami dan mengerti apa yang menjadi kebutuhan setiap peserta didik. Dengan demikian, guru dapat menentukan model pendekatan pembelajaran yang sesuai. Misalnya pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodir kebutuhan peserta didik yang beragam.
2. Membangun kapasitas belajar peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Pengembangan pembelajaran "Growt Mindset" harus dilakukan oleh guru karena peserta didik memiliki fisik, mental dan pikiran yang akan terus tumbuh dan berkembang. "Growt Mindset" ini adalah strategi pembelajaran untuk membantu peserta didik menyadari potensi yang ada pada diri mereka dan mendorong mereka untuk mengembangkan potensi itu dengan tetap fokus pada bakat dan kemampuan yang mereka miliki. Â
Dengan demikian peserta didik dapat mengetahui apa yang mereka pelajari. Kemudian mereka dapat mengelola tantangan yang ada dan mampu merefleksikan apa yang telah dipelajarinya.
Dalam konteks kelas misalnya, guru dapat melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran dengan cara membuka dialog dengan peserta didik. Atau guru dapat membantu peserta didik menemukan dan menumbuhkan motivasi internal mereka serta kepercayaan diri mereka untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
3. Mendukung perkembangan kognitif dan karakter peserta didik.
Dalam rangka menumbuhkan budi pekerti pada diri peserta didik, maka dibutuhkan keseimbangan antara perkembangan kognitif dan sosial emosional. Untuk mendukung hal tersebut, maka diperlukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang mempertimbangkan perkembangan karakter dan kompetensi peserta didik.
Implementasi di kelas dapat dilakukan dengan mengembangkan kecakapan berpikir peserta didik dengan penguatan literasi melalui teks. Guru juga dapat menumbuhkan kecakapan sosial emosional peserta didik dengan mengapresiasi proses belajar, berempati, bekerjasama, dan sikap saling membantu antar peserta didik.
4. Menyesuaikan konteks kehidupan peserta didik
Salah satu fungsi satuan pendidikan adalah menjaga terpeliharanya warisan budaya yang hidup di masyarakat. Oleh sebab itu prinsip pembelajaran yang menyesuaikan dengan konteks kehidupan peserta didik ini tidak kalah penting. Karena peserta didik tumbuh dan berkembang berdasarkan konteks kebudayaan dimana mereka berada. Oleh karena itu, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan konteks kebudayaan dan kehidupan dimana peserta didik berada.
Contoh konkretnya adalah dengan cara membantu peserta didik mengenal konteks diri dan lingkungannya. Selain itu, guru bisa mengajak peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan adat/budaya yang ada di sekitarnya sebagai bagian dari proses belajar peserta didik. Guru juga dapat menghubungkan peserta didik dengan sumber belajar lain yang ada di sekitarnya.
5. Mengarah pada masa depan yang berkelanjutan.
Di masa depan, yang akan mengisi dan menjaga keberlanjutan kehidupan adalah peserta didik kita sekarang ini. Sementara, kini terdapat banyak sekali isu-isu atau tantangan masa depan yang terjadi, seperti halnya perubahan iklim, kerusakan lingkungan, pelanggaran HAM dan lain-lain. Isu-isu tersebut dapat menjadi konten atau materi yang mendorong peserta didik memiliki beberapa kompetensi, untuk turut berkontribusi menghadapi isu dan tantangan tersebut. Oleh karena itu, tugas guru adalah berupaya bagaimana membangun kesadaran peserta didik pada masa depan yang berkelanjutan dengan segala tantangannya.
Perubahan zaman yang begitu cepat dan fakta keberagaman yang ada meinscayakan proses pembelajaran paradigma baru harus diterapkan. Yaitu terciptanya lingkungan pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan, bakat, minat dan potensi peserta didik yang beragam. Pembelajaran seperti ini diharapkan dapat mewujud di setiap satuan pendidikan sehingga pendidikan dan pembelajaran yang dialami peserta didik lebih bermakna.
Referensi:
Platform Merdeka Mengajar, Materi Kurikulum-Prinsip Umum Pembelajaran; disampaikan oleh Mustafa; Produksi Ditjen GTK Kemendikbudristek, 2021
Kemendikbudristek (2021); Panduan Pembelajaran dan Asesmen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H