Euforia penyambutan presiden AS Barack Husein Obama sangat terasa sejak dia menginjakan kakinya (kembali) di tanah Jakarta. Memang tidak terlalu berlebihan, mengingat ada satu sisi kecil Obama yang cukup menjadikan Indonesia ‘merasa’ memiliki ikatan dengannya. Bandingkan dengan lawatan presiden-presiden AS terdahulu. Yang terakhir, George Bush Junior malah membuat rakyat naik pitam karena kekhawatirannya yang sangat berlebihan. Beda dengan kedatangan Barry -panggilan masa kecil Obama- kedatangan Bush disambut dingin oleh masyarakat Indonesia. Apa yang terjadi di dua hari kemarin mau tidak mau ‘sedikit’ mengalihkan perhatian kita terhada masalah penanganan bencana yang sedang terjadi. Penayangan yang dibuat ‘eksklusif’ oleh TV dalam negeri memang menyedot perhatian khalayak. Termasuk di kantor saya, saat public speech Obama di UI Depok, kami pun kompak ‘nonton bareng’. Retorika Normatif Banyak pihak yang menilai kedatangan Obama tidak lebih dari sekedar upaya pendekatan dunia Barat dengan kawasan Timur yang notabene dihuni dominan negara-negara muslim. Pidato-pidato, maupun wawancara yang digelar tidak lebih hanya bersifat retorika abstark semata, tanpa ada rencana yang konkrit. Ditambah lagi, sisi historis Obama yang terkenal sebagai ‘Anak Menteng’. Dengan mudahnya ia melakukan pendekatan psikologis lewat pengalamannya sebagai politisi. Ia mampu merebut hati dengan tidak sungkan-sungkan mengucapkan kalimat dalam bahasa Indonesia, “Apa kabar”, “Selamat pagi”, “Terima kasih”, “Bakso, Sate, Soto Ayam, Sarinah”, “Bhineka tunggal Ika”, bahkan tak segan pula ia mengucap salam khas Muslim “Assalamu’alaikum”. Sungguh cerdas! Pendekatan ini sangat penting, mengingat kepercayaan dunia hancur berkeping-keping menyusul kegagalan AS di bawah kepemimpinan George Bush saat melakukan invasi ke Irak, serta dukungan berat sebelah AS terhadap Israel. Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah penduduk mayoritas muslim ke-3 terbanyak di dunia, merupakan ‘batu loncatan’ yang bisa memuluskan kepentingan-kepentingan AS di kancah politik dunia. Amerika Mencari Market Saat ini bisa dibilang, AS bukan lagi negara adidaya. Krisis ekonomi akibat skandal kredit macet cukup menjadi pukulan telak. Hegemoni AS di kancah pasar dunia pun menurun. Terlebih lagi, macan ekonomi Asia macam Jepang, China, atau Korsel mulai menancapkan taringna bukan hanya di kawasan Asia, tapi sudah ukuran dunia. Obama menangkap kekhawatiran para pelaku bisnis di negerinya, maka ia pun merespon cepat dengan -salah satunya- adalah mencari pangsa pasar yang prospektif. Indonesia dipandang sebagai kekuatan ekonomi baru di kawasan Asia yang masih bisa diajak untuk ‘loyal’ terhadap kepentingan bisnis mereka. Sesungguhnya, ia sedang ‘mengemis’, saudara-saudara! Sudah jelas, Obama ingin agar produk-produk buatan negrinya bisa melenggang bebas dipasarkan di Indonesai, dan juga kawasan Asia lainnya. Kita tunggu saja perannya di forum G-20 nanti. Harus Sejajar Jika ingin mengambil manfaat positif dari kunjungan Obama, maka hanya satu hal yang bisa mewujudkannya, yaitu kita, bangsa Indonesia harus sejajar dengan AS, jangan pernah mau didikte oleh mereka dalam urusan apapun. Sekali saja kita merendahkan diri, maka martabat bangsa ini akan diinjak-injak oleh mereka. Jangan sampai itu terjadi! [ Gambar pinjam dari sini ] Ditulis juga di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H