Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Libur Ramadhan: Antara Harapan dan Kenyataan

8 Januari 2025   18:58 Diperbarui: 8 Januari 2025   19:22 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Wacana libur sekolah selama bulan Ramadan kembali mencuri perhatian publik setelah diutarakan oleh Menteri Agama, Prof. Dr. Nasaruddin Umar. Ide ini memicu diskusi hangat di berbagai platform, termasuk media sosial.

Ada yang menyambutnya dengan antusias, menganggapnya sebagai langkah yang sejalan dengan semangat Ramadan, memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih fokus beribadah dan mendalami nilai-nilai agama. Namun, tidak sedikit pula yang merespons dengan keraguan, mempertanyakan efektivitas kebijakan ini dalam mendukung pembelajaran siswa.

Bahkan, sejumlah pihak terang-terangan menyatakan ketidaksetujuannya, khawatir hal ini akan mengganggu kalender akademik dan mengurangi efisiensi proses pendidikan.

Perdebatan ini mencerminkan beragam sudut pandang masyarakat terhadap keseimbangan antara kebutuhan spiritual dan akademik selama bulan suci Ramadan.

Kilas Balik Libur Ramadhan

Kebijakan libur selama Ramadan memiliki tempat tersendiri di hati banyak orang, terutama mereka yang menjalani masa sekolah pada era 1990-an hingga awal 2000-an. Bagi anak-anak sekolah saat itu, liburan Ramadan menjadi momen istimewa yang penuh kenangan.

Selain memberikan waktu luang untuk lebih fokus beribadah dan mengikuti kegiatan keagamaan, masa liburan ini juga memungkinkan mereka merasakan kebersamaan dengan keluarga di tengah suasana Ramadan yang khas.

Dari mengikuti pesantren kilat hingga berpartisipasi dalam tradisi keagamaan lokal, libur Ramadan kala itu menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman spiritual dan sosial yang dirindukan hingga kini.

Kebijakan libur sekolah selama bulan puasa telah diterapkan selama masa Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tahun 1999. Kebijakan ini tidak hanya menghentikan siswa dari tugas akademik mereka, tetapi juga berusaha untuk meningkatkan kerohanian mereka.

Gus Dur mendorong program pesantren kilat di sekolah, yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari agama Islam selama Ramadan. Siswa diajak untuk berpartisipasi secara aktif dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan keagamaan, seperti tadarus Al-Qur'an, salat tarawih berjamaah, dan mencatat hasil ibadah mereka setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun