Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Kebun ke Peristirahatan Terakhir

26 Desember 2024   11:05 Diperbarui: 26 Desember 2024   11:05 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Jenazah akan diberangkatkan ke peristirahatan terakhir (Dokpri)

Dari Kebun ke Peristirahatan Terakhir

Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh.' (QS. An-Nisa: 78)

Hidup dan matinya seseorang adalah bagian dari takdir Ilahi, sebuah ketetapan yang telah tertulis sejak zaman azali (sebelum ia dilahirkan). Kematian, merupakan takdir (mubram/ghair mu'allaq) yang berada di luar kendali manusia.

Dalam keimanan, manusia diajarkan untuk menerima setiap keputusan Allah dengan lapang dada, karena setiap jiwa akan hidup dan mati sesuai dengan ketetapan yang telah digariskan oleh-Nya, yang selalu mengandung hikmah di baliknya.

Matinya seseorang terjadi melalui berbagai jalan dan keadaan, sering kali menjadi misteri yang tak terjangkau oleh akal manusia. Ada yang meninggal dalam keheningan tidur, tanpa tanda-tanda sebelumnya, sementara yang lain berpulang melalui sakit panjang yang menguji kesabaran. 

Sebagian menemui ajalnya dalam kecelakaan yang mendadak, ada pula yang menghembuskan nafas terakhir dengan tenang, dikelilingi oleh keluarga tercinta. 

Setiap kematian adalah takdir yang telah ditentukan oleh Allah, mengajarkan bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian dan setiap jiwa akan kembali kepada-Nya dalam waktu dan cara yang telah digariskan.

Kabar Duka Merubah Rencana 

Hari ini saya telah merencanakan untuk pergi ke kebun, merawat pohon-pohon sawit yang baru saya tanam sekitar enam bulan lalu. Namun, rencana itu berubah ketika kabar duka tiba. Seorang tetangga meninggal dunia akibat kecelakaan. 

Tanpa pikir panjang, saya membatalkan rencana ke kebun dan segera pergi untuk bertakziyah, berbagi duka dan memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum serta menguatkan keluarga yang ditinggalkan.

Apa Sebenarnya yang Terjadi

Karena kabar tentang kecelakaan itu beragam dan simpang siur, saya merasa perlu mencari informasi yang lebih akurat. Untuk itu, saya memutuskan menghampiri paman korban, yang saya yakini mengetahui lebih banyak tentang kejadian tersebut, dan bertanya langsung kepadanya agar mendapat penjelasan yang valid.

Saat saya berbincang dengan paman almarhum, beliau menceritakan kronologi kejadian tragis itu. Sekitar pukul 11 malam, almarhum sedang dalam perjalanan pulang setelah bermain di Desa Cintamanis Baru. 

Ketika melintas di KM 12 Desa Rimba Jaya, almarhum tak sengaja menabrak sebuah motor yang berada di depannya. Sayangnya, motor tersebut tidak terlihat karena tidak dilengkapi lampu, sehingga kecelakaan tak dapat dihindari.

Bersatu dalam Duka

Banyak warga Desa Nusamakmur yang datang untuk bertakziah. Di desa kami, sudah menjadi budaya bahwa jika ada kabar duka, masyarakat akan segera berbondong-bondong meninggalkan pekerjaannya untuk melayat. 

Selain sebagai bentuk pelaksanaan ajaran Islam (karena mayoritas penduduk di sini adalah muslim) takziah juga menjadi wujud empati kepada keluarga yang berduka. Di sisi lain, masyarakat pun merasa takut jika dianggap tidak peduli atau kurang memiliki empati apabila mereka tidak turut hadir.

Masyarakat yang datang segera membagi tugas untuk mempercepat proses pemakaman. Mereka yang biasa bertugas menggali kubur langsung mengukur jenazah, lalu berangkat ke TPU untuk menggali liang lahat. 

Para tukang berkumpul membuat kotak jenazah dengan cekatan. Sementara itu, Pak Kiai dan timnya segera memulai prosesi memandikan jenazah sesuai syariat Islam. 

Di dalam rumah, beberapa orang sibuk menyiapkan kain kafan dan perlengkapan lainnya, memastikan segalanya siap untuk penghormatan terakhir kepada almarhum.

Ambulan desa siap mengantarkan (Dokpri)
Ambulan desa siap mengantarkan (Dokpri)
Setelah proses memandikan dan mengkafani selesai, kewajiban umat Islam yang masih hidup terhadap jenazah dilanjutkan dengan menunaikan shalat jenazah. Pak Kiai memimpin shalat tersebut dengan khidmat, diiringi keheningan dan doa yang tulus dari para jamaah. 

Usai shalat, jenazah dibawa menggunakan ambulans desa menuju peristirahatan terakhir di TPU Dusun 1 Desa Nusamakmur. Masyarakat dengan penuh penghormatan mengiringi perjalanan jenazah, mengantar almarhum menuju tempat peristirahatannya yang abadi.

Pelajaran Dari Peristiwa Ini

Tidak ada seorang pun yang tahu kapan malaikat maut akan menjemput. Seperti almarhum ini, kemarin ia masih sempat bertemu dan menyapa, namun hari ini ia telah tiada, meninggalkan kita selamanya. 

Begitu misterius dan pasti, kematian mengingatkan kita pada firman Allah dalam Al-Qur'an: 'Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh.' (QS. An-Nisa: 78). 

Ayat ini mengajarkan bahwa kematian adalah kepastian yang tak dapat dielakkan, mengingatkan kita untuk selalu siap dan memperbanyak bekal amal sebelum waktu itu tiba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun