Menanam Kehidupan: Refleksi, Kenangan, dan Kontribusi untuk Lingkungan
Pangan adalah kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, seperti halnya udara yang sehat dan bebas polusi. Dalam konteks ini, salah satu langkah yang sangat penting untuk menjaga ketersediaan pangan dan keberlanjutan ekosistem alam adalah menanam tumbuhan.Â
Melalui tumbuhan, kita tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik kita, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan lingkungan agar generasi berikutnya dapat hidup.
Senada dengan pernyataan di atas, empat belas abad yang lalu, Rasulullah Saw. Bersabda, "Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah." (HR. Bukhari & Ahmad)
Hadits ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kelestarian alam.Â
Menanam pohon adalah salah satu cara untuk menjaga kelestarian alam. Pohon memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah menghasilkan oksigen, menyerap karbon dioksida, mencegah erosi, dan menjadi habitat bagi berbagai jenis makhluk hidup.Â
Dengan menanam pohon, kita telah berkontribusi dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Sebagai upaya merefleksikan hadits ini, saya berkomitmen untuk menanam berbagai jenis pohon, terutama yang menghasilkan buah yang dapat dinikmati.Â
Langkah ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga sebagai warisan yang bermanfaat bagi anak cucu di masa depan.Â
Dengan demikian, pohon-pohon yang ditanam tidak hanya menjadi sumber keberkahan, tetapi juga menjadi bukti nyata kontribusi kita dalam menjaga keseimbangan alam dan memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang.
Buah Kenangan
Saya memilih menanam pohon jambu batu karena kenangan masa kecil yang begitu lekat dalam ingatan. Dulu, saya dan teman-teman sering berburu buah jambu yang sudah matang dan jatuh di kebun tetangga. Suasananya selalu seru, penuh canda dan tawa, apalagi saat kami berlomba untuk bangun lebih awal, siapa yang lebih cepat, dialah yang mendapat paling banyak.Â
Kenangan sederhana itu kini menjadi inspirasi, agar pohon-pohon yang saya tanam kelak bisa menghadirkan kebahagiaan serupa bagi anak-anak dan cucu di masa depan.
Saya menanam pohon jambu kristal. Jambu kristal, atau Psidium guajava, adalah jenis jambu biji lain yang populer di Indonesia. Buahnya berwarna putih, bertekstur renyah, dan berasa manis, dan memiliki biji yang lebih sedikit daripada jambu biji biasa.
Saya memilih menanam jambu ini karena berbagai kelebihannya yang menarik. Buahnya yang besar tidak hanya memikat, tetapi juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain itu, pohon ini sangat mudah ditanam, karena mampu beradaptasi dengan baik di berbagai kondisi lingkungan, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.Â
Kemudahan perawatannya menjadikan jambu ini sebagai pilihan yang ideal, sekaligus investasi jangka panjang yang bermanfaat bagi kebutuhan pribadi maupun potensi ekonomi.
Berbicara ekonomis, saya belum pernah bisa menjualnya, karena saya sering nggak kebagian. Mungkin karena saya sudah tua, jadi kalah lincah sama cucu. Saya baru bermaksud memetiknya, cucunya sudah memakannya, hahaha.
Ini berarti tujuan saya berhasil, karena tujuan saya dari awal menanam, bukan untuk dijual tapi untuk kebahagiaan cucu di masa depan, yass!
Buah Langka
Saya senang menanam buah langka. Saya menanam pohon duwet atau jamblang (dalam bahasa inggris Java Plum atau Black Plum) karena kenangan masa kecil yang tak terlupakan.Â
Dulu, saya begitu gemar menikmati buahnya yang sepet manis. Sayangnya, pohon ini kini semakin langka dan jarang ditemukan, kecuali di tangan para penangkar yang menjaga kelestariannya.Â
Keinginan untuk menanamnya pun membawa saya pada seorang penangkar di Jawa Tengah, yang menjual bibitnya secara online. Kini, saya berharap pohon ini dapat tumbuh subur, tidak hanya untuk mengenang masa lalu, tetapi juga untuk melestarikan buah khas yang hampir terlupakan ini.Â
Dan Alhamdulillah, harapan itu terwujud, karena sudah beberapa kali pohon itu berbuah, kami bisa mencicipi "buah kenangan" ini.
Pohon buah langka berikutnya yang saya tanam adalah anggur Brasil (Jaboticaba), yang juga dikenal dengan sebutan anggur batang atau anggur pohon.Â
Keunikan pohon ini terletak pada cara buahnya tumbuh (bukan di ujung ranting seperti kebanyakan buah lainnya), melainkan langsung menempel pada batang pohonnya.Â
Keistimewaan ini tidak hanya membuat pohon ini menarik secara visual, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri untuk ditanam dan dilestarikan. Saya berharap kehadirannya dapat menambah keragaman pohon buah di sekitar, sekaligus memperkenalkan kembali tanaman unik ini kepada generasi mendatang.
Sekarang ada dua jenis anggur Brasil, yaitu Preco dan Sabara. Keduanya menghasilkan buah anggur dengan menempel pada pohon. Namun, preco memiliki rasa yang lebih baik daripada jenis sabara. Saya menanam yang jenis sabara, dengan pertimbangan cepat berbuah walaupun rasanya agak kurang enak.
Satu lagi pohon buah yang saya tanam adalah anggur, jenis tanaman yang merambat. Meski buahnya melimpah dan sangat menarik, menanam anggur bukanlah hal yang mudah. Saya sendiri sudah dua kali mencoba, namun kedua upaya itu belum berhasil menghasilkan buah.Â
Namun, saya tidak menyerah. Kali ini, dengan bimbingan seorang kawan dari Palembang, saya mulai memahami cara merawatnya dengan lebih baik. Alhamdulillah, kini pohon anggur yang saya tanam mulai menunjukkan tanda-tanda belajar berbuah. Semoga usaha ini terus membuahkan hasil yang manis, secara harfiah dan figuratif.
Menghiasi Halaman Depan
Saya menanam pohon-pohon ini di halaman depan rumah dengan harapan bisa menciptakan suasana yang asri dan menenangkan. Ketika musim buah tiba, pemandangan dari teras menjadi begitu menyenangkan, melihat buah-buah yang ranum sambil menikmati obrolan ringan dan secangkir kopi hangat.Â
Pohon-pohon ini tidak hanya mempercantik halaman, tetapi juga menghadirkan momen kebersamaan yang sederhana namun bermakna.
Pohon-pohon duwet, anggur Brasil, dan anggur merambat tumbuh berdampingan dengan berbagai jenis pohon buah lainnya, menciptakan kebun kecil yang beragam.Â
Di antara mereka, ada pohon belimbing dengan buahnya yang segar, lengkeng merah yang eksotis, serta lengkeng unik hasil modifikasi okulasi saya sebut four in one (dalam satu batang ada lengkeng Pingpong, Aroma Durian, Mata Lada dan lengkeng Diamond River).Â
Keanekaragaman ini tidak hanya mempercantik halaman, tetapi juga menjadi simbol harmoni dan kekayaan alam yang tumbuh bersama, memberikan manfaat sekaligus keindahan.
Menyelam Sambil Minum Air.
Di tengah krisis iklim yang semakin mengancam, kita dituntut untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Menanam pohon adalah salah satu solusi sederhana namun efektif untuk mengatasi masalah lingkungan. Dengan menanam pohon, kita tidak hanya memberikan manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain dan makhluk hidup lainnya.
Mari menanam pohon, terutama pohon buah-buahan, sebagai langkah sederhana untuk menghijaukan lingkungan. Meski tampak kecil, langkah ini memiliki potensi memberikan dampak besar bagi keseimbangan alam.Â
Setiap pohon yang kita tanam adalah kontribusi nyata untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan, sekaligus warisan berharga bagi generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H