Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hujan Turun di Akhir Pekan

2 November 2024   16:26 Diperbarui: 2 November 2024   16:27 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan Turun di Akhir Pekan

Dalam setiap peristiwa, besar maupun kecil, selalu ada yang merasa senang dan ada pula yang merasakan sebaliknya. Seperti halnya hujan. Bagi mereka yang sedang mengadakan hajatan, turunnya hujan mungkin membawa kekecewaan karena mengganggu persiapan dan acara. 

Namun, bagi petani atau mereka yang tanahnya kekeringan, hujan adalah anugerah yang dinanti. Tanaman yang layu kembali segar, dan air hujan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Inilah kehidupan, selalu ada dua sisi dari setiap kejadian, tergantung dari mana kita melihatnya.

Hari ini, Sabtu, 2 November 2024, Pukul 14.25, hujan mulai turun rintik demi rintik. Aku segera berdoa, "Allohumma Syoyyiban Nafi'an," memohon agar hujan ini membawa manfaat. Setelah lama menunggu, akhirnya hujan menyapa Nusamakmur, meski masih berupa gerimis. 

Sementara itu, di desa tetangga, hujan deras sudah turun sejak hari Jum'at. Kini, giliran Nusamakmur yang mendapatkan berkah hujan setelah penantian panjang.

Pukul 14.33, hujan mulai turun dengan deras, membawa suara gemuruh yang memenuhi udara. Kami bergegas memeriksa talang air, memastikan apakah sudah mengalir atau belum. Di desa kami, air hujan sangat berharga, ditampung untuk keperluan mandi dan mencuci. 

Setiap tetesnya didambakan, terutama karena air PAM belum sepenuhnya dapat diandalkan untuk kebutuhan MCK. Hujan ini menjadi berkah yang dinantikan, membawa harapan akan persediaan air yang cukup untuk hari-hari mendatang.

Kami berempat sibuk bergerak, mengisi bak penampungan, toren, dan ember-ember yang ada. Setiap wadah harus penuh oleh berkah air hujan. Di tengah kesibukan itu, hujan terus mengguyur hingga pukul 15.30 sebelum akhirnya reda. 

Oh iya, kami juga tak melewatkan kesempatan untuk mandi hujan sambil menunggu semua penampungan terisi. Rasanya segar, bebas, seperti kembali ke masa kecil.

Usai shalat Asar, saya keluar rumah dan berjalan ke kebun sekitaran. Alhamdulillah, semua tanaman tampak segar, daun-daunnya berkilauan, seolah bersyukur atas guyuran hujan. 

Seandainya mereka bisa berbicara, mungkin mereka akan berkata, "Alhamdulillah, terima kasih yaa Allah," penuh syukur atas karunia yang datang dari langit.

Semoga hujan kali ini menjadi awal dari turunnya hujan-hujan berikutnya, membawa kesejukan dan kesuburan bagi bumi. 

Setiap tetesnya diharapkan menjadi berkah yang mengalir, memberikan manfaat bagi masyarakat, mengairi sawah dan ladang, memenuhi penampungan air, serta menyegarkan lingkungan sekitar. 

Dengan hujan ini, semoga kebutuhan air tercukupi dan kehidupan menjadi lebih baik, penuh rasa syukur atas karunia yang tak ternilai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun