Jebakan Like dan Share: Ketika Iklan Merubah Kebutuhan Menjadi Keinginan
Doom spending adalah ketika seseorang membelanjakan uang tanpa berpikir atau kegiatan, menghamburkan uang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu diinginkan.
Seorang ibu rumah tangga sudah memiliki rice cooker di rumahnya. Namun, ketika ia membuka media sosial, sebuah iklan tentang rice cooker dengan berbagai fitur unggulan menarik perhatiannya. Ia mulai tergiur melihat kelebihannya yang ditampilkan dengan sangat menarik.Â
Keesokan harinya, saat ia membuka media sosial yang sama, iklan tersebut muncul lagi, kali ini dengan frekuensi yang lebih sering. Setelah beberapa kali melihat iklan yang terus-menerus muncul, akhirnya ia memutuskan untuk membeli produk tersebut, meskipun di rumahnya sudah ada rice cooker yang masih berfungsi dengan baik.
Ibu ini adalah salah satu korban bujuk rayu iklan yang sangat menggoda. Dia tidak bisa menahan keinginan untuk membeli rice cooker baru, meskipun sebenarnya dia sudah memilikinya yang masih berfungsi dengan baik. Dia membeli rice cooker lain karena promosi yang menarik dan hasrat belanja yang berlebihan. Pada akhirnya, rice cooker itu hanya teronggok di lemari dan tidak pernah digunakan. Barang-barang ini hanyalah koleksi yang tidak memiliki manfaat apa pun untuk kehidupan sehari-hari.
Saat ini, hampir seluruh platform media sosial seperti X (dulu Twitter), YouTube, Instagram, TikTok, dan Facebook telah berkembang menjadi ruang untuk transaksi jual beli. Tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana berbagi momen pribadi atau informasi, media sosial kini menjadi pasar digital yang ramai.Â
Beragam produk dan layanan dipromosikan secara langsung kepada pengguna, memungkinkan interaksi yang cepat dan mudah antara penjual dan pembeli, sehingga proses jual beli semakin terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari melalui platform-platform tersebut.
Pihak-pihak seperti platform digital saat ini mendorong doom spending atau overspending. Mereka dapat menarik perhatian netizen tanpa terkesan memaksa atau menipu karena iklan mereka yang menarik dan dirancang dengan profesional. Iklan tersebut membuat orang tertarik dan tergoda untuk membeli sesuatu, tetapi mereka tidak menyadari dampak negatif dari pengeluaran yang tidak terkendali.Â
Hal ini membuat netizen tidak merasa dirayu atau dijebak saat melihat iklan; mereka hanya menyadari dampak keuangan setelah produk tiba di rumah. Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjadi sadar dan berhati-hati saat membeli sesuatu secara online agar mereka tidak terjebak dalam jebakan pengeluaran berlebihan yang dapat merugikan keuangan mereka di masa depan.
Hampir setiap manusia mendambakan umur yang panjang, bahkan jika memungkinkan, mereka ingin hidup abadi. Selain itu, hampir semua orang menginginkan kehidupan yang sejahtera, tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk anak-anak dan keturunan mereka.Â
Demi mencapai keinginan tersebut, mereka sering bekerja keras tanpa mengenal waktu, terkadang tanpa memperhatikan batasan atau keseimbangan dalam hidup. Bahkan, dalam upaya mengejar kesejahteraan dan panjang umur, ada di antara mereka yang sampai lupa dengan kewajiban utamanya, yaitu beribadah kepada Allah, Sang Pencipta.
Kalau kita membaca kisah orang-orang sukses, Bob Sadino, atau Yusuf Hamka, misalnya. Mereka mengawali pekerjaannya dari nol, yang satu dari jualan telor rebus dan satunya lagi dari jualan es mambo. Ketika mereka sukses (milyarder disebutnya) apakah mereka seenaknya saja belanja, tidak. Mereka berdua orang pintar, maka mereka pasti pintar literasi terutama literasi finansialnya.
Mari kita bijak dalam mengelola keuangan untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Meningkatkan literasi finansial adalah langkah penting agar kita dapat memahami cara terbaik mengatur pendapatan dan pengeluaran. Belanjalah dengan cerdas, fokuslah pada kebutuhan daripada keinginan. Dengan begitu, kita bisa menjaga keseimbangan finansial dan memastikan setiap pengeluaran memberi manfaat yang maksimal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI