Salah satu contohnya adalah ketika guru baru saja memahami dan menguasai penerapan Kurikulum 2013, tiba-tiba muncul tuntutan untuk mengadopsi Kurikulum Merdeka. Namun, sebagian besar guru di daerah lebih memilih untuk tidak mengadopsi Kurikulum Merdeka karena mereka tidak mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang cukup untuk memahami kurikulum baru tersebut.
Kurikulum Merdeka sekarang menjadi kurikulum resmi di seluruh negara mulai Tahun Pelajaran 2024/2025. Perubahan ini membuat guru merasa lebih terbebani di daerah yang mungkin belum sepenuhnya siap.
Agar mereka dapat menerapkan sistem baru dengan efektif di kelas, mereka membutuhkan waktu dan bimbingan. Untuk menerapkan kurikulum baru, ada peraturan yang harus dipatuhi dan sumber daya manusia harus siap untuk memahami dan menyesuaikannya dengan kondisi lokal.
Pertanyaan tentang apakah pergantian menteri akan selalu diikuti dengan pergantian kurikulum merupakan kekhawatiran yang wajar, terutama mengingat kebiasaan lima tahunan pemerintahan. Kebijakan baru, termasuk di bidang pendidikan, biasanya datang dengan pergantian pemimpin. Karena kebiasaan ini, orang mengira kurikulum akan berubah setiap kali ada menteri baru. Namun, tidak ada yang tahu apakah pola ini akan bertahan, kita tunggu pada saatnya nanti.
Ketidakpastian ini menimbulkan pertanyaan: Apakah setiap perubahan kepemimpinan dan kebijakan benar-benar berdampak positif bagi pendidikan, atau justru lebih banyak menimbulkan disrupsi yang tidak perlu? Dalam konteks ini, konsistensi dalam kebijakan pendidikan menjadi sesuatu yang penting agar para pendidik dapat menjalankan tugas mereka dengan lebih efektif dan efisien.
Meskipun tidak dapat dihindari dalam sistem demokrasi untuk mengubah kebijakan dan menteri setiap lima tahun, sangat penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan kesinambungan pendidikan. Kebijakan harus dibuat berdasarkan kebutuhan jangka panjang, bukan hanya mengikuti arus politik. Ini karena pendidikan adalah investasi jangka panjang yang hasilnya baru akan terlihat dalam beberapa dekade mendatang.
Sebagai guru, penting untuk tetap mengamati perkembangan kebijakan secara kritis dan positif. Memang penting untuk beradaptasi dengan perubahan, tetapi yang lebih penting adalah mempertahankan esensi pendidikan: membangun karakter dan kemampuan anak didik agar siap menghadapi masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H