Literasi Digital Gagal, Bila Baca Tulis Tidak Dikenal
Di era modern ini, literasi digital menjadi sangat krusial. Literasi ini berkaitan dengan pengetahuan dan kecakapan dalam menggunakan media digital dan alat-alat komunikasi untuk memperoleh dan menyebarkan informasi secara efisien dan bertanggung jawab. Kemampuan ini membantu seseorang dalam menavigasi dunia yang semakin terhubung melalui teknologi.
Literasi digital adalah kemampuan kita untuk menggunakan teknologi digital dengan efektif dan bertanggung jawab. Ini mencakup kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, membuat, dan mengomunikasikan informasi melalui berbagai perangkat digital seperti komputer, smartphone, dan tablet. Sederhananya, literasi digital adalah kemampuan kita untuk hidup dan berinteraksi di era digital.
Dalam era yang semakin terhubung secara digital, literasi digital menjadi sangat penting. Kemampuan ini memungkinkan kita untuk belajar secara online. Dengan literasi digital, kita dapat belajar kapan saja dan di mana saja.
Islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu pengetahuan. Al-Qur'an mengajak kita untuk berpikir dan merenungkan alam semesta (baca: Literasi Baca Tulis; Manifestasi  dari Al-'Alaq Ayat 1). Meskipun Al-Qur'an diturunkan pada zaman yang berbeda, namun pesan-pesan di dalamnya sangat relevan dengan perkembangan zaman, termasuk perkembangan teknologi.
Seiring dengan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi digital, kita juga perlu menyadari tanggung jawab kita sebagai pengguna. Literasi digital yang baik tidak hanya tentang kemampuan teknis, tetapi juga tentang etika digital. Kita harus menggunakan teknologi dengan bijak, menghormati privasi orang lain, dan menghindari penyebaran informasi yang tidak benar.
Dalam dunia santri ada sebuah kitab yang bernama "Fathurrohman", kitab ini berfungsi secara manual untuk memudahkan kita untuk mencari sebuah ayat dalam Al-Qur'an, letaknya dimana pada surat apa. Teknisnya, kita mencarai sebuah kosa kata (kalimat, bahasa Arab) Di bawah kosakata, rumus nama surat disertai dengan nomor yang menunjukkan nomor ayat yang mengandung kosakata tersebut. Selain itu, bunyi ayat secara singkat disebutkan di belakang nomor.
Di era digital saat ini, kita dapat dengan mudah menemukan ayat-ayat tertentu dalam al-Qur'an. Dengan mengetikkan kata atau kalimat yang diinginkan, situs web akan langsung memberikan informasi tentang ayat tersebut, termasuk surat di mana ayat tersebut berada. Anda hanya perlu menekan tombol enter untuk memulai. Teknologi ini membuat pencarian dan pemahaman al-Qur'an lebih mudah.
Di masa lalu, cerita para santri berfokus pada perjuangan nyata untuk memperoleh pengetahuan. Menurut bapak saya, yang pernah nyantri di Pesantren Gentur Jambudipa Kabupaten Cianjur Jawa Barat, mereka harus mengorbankan apa yang mereka miliki untuk mendapatkan kitab yang mereka inginkan. Karena harga kitab-kitab tinggi dan akses terbatas, ada seorang kawannya menjual kerbau kesayangan demi satu sett kitab. Dengan kerja keras dan pengorbanan, kitab menjadi harta berharga.
Namun, zaman sekarang telah berubah. Kemajuan teknologi membuat proses yang dulunya sulit menjadi begitu mudah. Buku tersebut langsung terbuka hanya dengan membuka situs web tertentu di internet dan menuliskan nama buku tersebut. Semua ilmu ada di depan mata Anda, siap untuk dibaca dan dipelajari kapan saja. Anda tidak perlu lagi berjalan jauh untuk mencari toko buku atau menjual hewan kesayangan. Perubahan ini membawa kemudahan yang luar biasa, tetapi perjuangan untuk mendapatkan ilmu mungkin tidak lagi sepenting dulu.
Yang menjadi masalah adalah, meskipun teknologi digital membuat membaca dan memilih kitab lebih mudah, namun membaca dan menafsirkan kitab membutuhkan beberapa ilmu khusus. Ilmu-ilmu tersebut harus dipelajari melalui literasi membaca, yaitu dengan belajar dari guru khusus yang menguasai bidang tersebut, yaitu ilmu Nahwu dan Shorof. Ilmu nahwu mempelajari perubahan harakat pada akhir kata Arab (kalimah), sedangkan ilmu shorof mempelajari bagaimana kata-kata berubah bentuk.
Tanpa basis literasi baca tulis yang solid, kemampuannya dalam literasi digital akan terbatas. Meskipun literasi digital sangat penting di era modern, ia tidak dapat berdiri sendiri. Keterampilan untuk menggunakan teknologi digital akan sulit jika Anda tidak memiliki pemahaman yang baik tentang membaca dan menulis.
Karena semua informasi di dunia digital bergantung pada kemampuan seseorang untuk memahami dan mengolah teks, seseorang yang tidak memiliki dasar literasi baca tulis yang kuat akan menghadapi kesulitan dalam mengembangkan dan memanfaatkan aktivitas digitalnya dengan baik. Jadi kembali ke bahasan awal bahwa, literasi baca tulis adalah langkah pertama menuju keterampilan literasi yang lebih mendalam dan kompleks.
Tanpa kemampuan membaca dan menulis, seseorang tidak akan mampu menavigasi dunia maya dengan baik. Mereka mungkin hanya dapat bermain game online tanpa memanfaatkan potensi penuh dari teknologi. Oleh karena itu, literasi digital tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh keterampilan dasar dalam membaca dan menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H