Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejujuran; Membangun Kepercayaan dan Integritas dalam Setiap Aspek Kehidupan

15 September 2024   07:21 Diperbarui: 15 September 2024   07:21 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kejujuran; Membangun Kepercayaan dan Integritas dalam Setiap Aspek Kehidupan

Ternyata bener filosofi yang menyatakan bahwa tangan yang menunjukkan kesalahan orang lain itu cuma satu yaitu telunjuk sementara yang menunjukkan kesalahan kita ada tiga yaitu jari tengah, jari manis dan kelingking

Siapa yang Salah

Dalam sebuah kajian, pak Ustadz menceritakan kisah seorang pembuat gula aren yang sederhana. Suatu hari, ia menawarkan gula aren buatannya kepada seorang pemilik toko. "Pak, mau membeli gula aren buatan saya? Kalau mau, besok saya antarkan," katanya. Sang pemilik toko dengan antusias langsung menyetujui, "Mau, Pak. Seberapa banyak pun saya mau." Setelah mereka menyepakati harga, sang pembuat gula pun pulang dan membeli sekilo beras, yang akan ia gunakan sebagai alat penimbang gula karena ia tidak memiliki timbangan di rumah.

Keesokan harinya, sesuai janji, tukang gula itu mengantarkan gula aren ke toko. Pemilik toko yang sedang sibuk langsung membayar sesuai harga yang disepakati tanpa memeriksa gula tersebut. Namun, setelah selesai dengan pekerjaannya, sang pemilik toko mencoba menimbang satu gula aren dan mendapati beratnya kurang se-ons dari yang seharusnya. Hal ini membuatnya penasaran, dan ia memutuskan untuk menimbang semua gula aren yang dibeli. Ternyata, semuanya kurang dari yang dijanjikan. Marah, sore itu setelah toko tutup, ia langsung mendatangi rumah si pembuat gula aren.

Dengan emosi yang memuncak, sang pemilik toko menuduh, "Kamu telah menipu saya! Katanya gula ini seberat sekilo, tapi semuanya kurang. Kamu penipu!" Si penjual gula aren hanya terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Setelah pemilik toko selesai memarahi, dengan tenang penjual gula menunjukkan sekantong beras yang ia beli kemarin, "Juragan, mohon maaf. Saya tidak punya timbangan, jadi saya menimbang gula-gula ini dengan beras sekilo yang saya beli kemarin."

Seketika itu, sang pemilik toko terdiam. Ia melihat beras yang ditunjukkan, dan ingat bahwa beras itu adalah yang ia timbang sendiri kemarin. Wajahnya memerah karena malu menyadari kesalahannya. Tanpa permisi dan tanpa meminta maaf, ia segera pulang dengan wajah yang tertunduk malu.


Kisah ini mengajarkan bahwa kejujuran dan ketelitian adalah kunci dalam berbisnis. Sebuah tuduhan tidak selalu benar, dan kebenaran kadang tersembunyi di balik ketidakpahaman kita sendiri.

Berdasarkan kisah di atas mari kita belajar tentang apa itu jujur dan bagaimana jujur menurut Islam.

Kejujuran merupakan salah satu sifat yang sangat penting dalam Islam. Ia adalah pilar akhlak mulia dan menjadi cerminan dari integritas seorang Muslim. Kejujuran bukan hanya sekedar ucapan yang sesuai dengan kenyataan, melainkan juga kejujuran dalam perbuatan, niat, dan sikap. Allah SWT dan Rasul-Nya sangat menekankan pentingnya kejujuran sebagai landasan dalam hubungan sosial dan spiritual.

Definisi Jujur dan Dasar Al-Qur'an serta Hadits

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun