Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menata Hati dalam Mencari Rezeki

11 September 2024   18:46 Diperbarui: 11 September 2024   18:48 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat memakai Copilot

Banyak orang menganggap bahwa rezeki semata-mata terdiri dari materi, seperti harta, kekayaan, dan uang. Padahal, rezeki yang sebenarnya jauh lebih luas. Rezeki juga mencakup semua hal yang membuat hidup kita lebih bermakna, seperti kesehatan, ketenangan jiwa, dan umur yang berkah. Kebahagiaan dalam keluarga, ketenangan hati, dan kesehatan tubuh adalah rezeki yang tak ternilai, tetapi sering diabaikan oleh sebagian orang yang terlalu terfokus pada hal-hal duniawi.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (QS. At-Talaq: 2-3)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa rezeki bukan hanya dalam bentuk harta, tetapi juga bisa datang dalam bentuk ketenangan hati dan solusi atas masalah yang kita hadapi. Ketika seseorang bertakwa, Allah akan mencukupi segala kebutuhannya dengan cara-cara yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Dalam Kitab Hadits Sunan Ibnu Majah, Rasulullah SAW juga bersabda:

"Barang siapa di pagi hari tubuhnya sehat, aman jiwanya dan memiliki makanan pokok pada hari itu, maka seolah-olah dunia telah dihimpun untuknya." (HR. Ibnu Majah: 4131)

Hadits ini menegaskan bahwa kesehatan, rasa aman, dan kecukupan kebutuhan harian merupakan nikmat yang sangat besar dan termasuk rezeki yang sering kali terlupakan. Dengan menyadari bahwa rezeki meliputi segala aspek kehidupan, kita akan lebih bersyukur atas apa yang Allah berikan dan tidak terjebak pada keinginan akan harta semata.

Dari uraian di atas, kita belajar bahwa selain usaha yang maksimal, ikhtiar spiritual juga memiliki peran penting dalam memperoleh rezeki yang berkah. Ikhtiar spiritual dimaksud adalah:

1. Menghadirkan Niat yang Lurus

Meluruskan niat ketika mencari rezeki adalah langkah pertama dalam menata hati. Tidak hanya mencari kekayaan, tetapi melakukannya dengan cara yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan orang lain adalah niat yang benar. Setiap tindakan dalam Islam didasarkan pada niat. Jika tujuan kita adalah untuk mencapai ridha Allah, segala upaya yang kita lakukan akan terasa lebih ringan dan bermakna. Dalam Shahih Bukhari, dalam hadits nomor 52, Rasulullah SAW. bersabda:

Rasulullah bersabda, "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barang siapa niat hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan rasul-Nya. Barang siapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.". (H.R. Bukhori)

Sebaliknya, niat yang salah dapat memicu perilaku yang tidak terpuji, seperti menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Orang yang mengejar rezeki dengan mengabaikan prinsip moral mungkin mendapatkan hasil cepat, tetapi mereka akan kehilangan ketenangan hati dan keberkahan dalam hidup mereka.

2. Syukur dalam Setiap Langkah

Menata hati juga berarti bersyukur setiap saat. Meskipun rezeki tidak sebanyak yang diharapkan, syukur adalah salah satu kunci utama dalam mencapai kebahagiaan. Banyak orang melakukan banyak upaya, tetapi masih merasa tidak cukup. Mereka terjebak dalam lingkaran ketidakpuasan dan terus mengejar lebih banyak tanpa pernah menikmati hasil yang mereka capai saat ini. Meskipun demikian, bersyukur akan membuat hati tenang dan pekerjaan menjadi lebih ringan, dalam bahasa yang lain, dengan bersyukur akan menimbulkan sifat qanaah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim,

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun