Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiga Nasihat Lukman Al-Hakim

8 September 2024   13:10 Diperbarui: 8 September 2024   13:31 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga Nasihat Lukman al-Hakim

Al-Qur'an berfungsi sebagai sumber petunjuk bagi seluruh umat manusia, tidak hanya menawarkan petunjuk tentang cara beribadah dan akidah, tetapi juga menyajikan sistem pendidikan yang sangat luas. Dalam setiap ayatnya, terkandung prinsip-prinsip pendidikan yang relevan untuk setiap zaman dan keadaan.

Konsep Al-Qur'an tentang pendidikan tidak terbatas pada mentransfer pengetahuansemata, namun mencakup juga pembentukan karakter, pengembangan potensi, dan penanaman nilai moral yang luhur. Menurut Islam, tujuan akhir dari pendidikan adalah untuk menghasilkan individu yang berilmu, bertaqwa, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi sesama.

Kisah-kisah yang terkandung dalam Al-Qur'an tentang para nabi dan rasul memberikan contoh bagaimana model pembelajaran yang sangat efektif. Mereka adalah para pendidik yang luar biasa yang telah berhasil membimbing dan membawa manusia dari kegelapan menuju kebenaran. Kisah Nabi Muhammad SAW., misalnya, menunjukkan betapa pentingnya menjadi contoh, sabar, dan ikhlas dalam mendidik.

Selain itu, Al-Qur'an menyajikan kisah Luqman al-Hakim, yang terkenal dengan hikmah dan nasihat-nasihatnya yang bijak. Dalam surah Luqman, kita melihat bagaimana seorang ayah dengan penuh kasih sayang dan kesabaran mendidik anaknya. Nasihat yang diberikan Luqman kepada anaknya tidak hanya relevan pada masanya, tetapi juga sangat relevan dengan masyarakat kontemporer.

Pentinya Bersyukur 

Kita dikenalkan dengan sosok Luqman al-Hakim dalam Al-Qur'an, seorang hamba Allah yang memiliki hikmah yang luar biasa. Hikmah yang dia miliki bukanlah anugerah yang dapat dimiliki oleh setiap orang, melainkan pemberian istimewa dari Allah yang patut disyukuri.

Kemampuan untuk memahami kebenaran dengan mendalam dan mengambil pelajaran dari kehidupan adalah tanda hikmah yang besar, dan Luqman adalah contoh sempurna dari pribadi yang mampu memanfaatkan hikmah itu dengan bijak. Anugerah ini mengajarkan kita bahwa segala kebijaksanaan sejati adalah pemberian dari Allah, yang harus dihargai dan diambil manfaatnya untuk kebaikan.

Sreenshot dari mater tulisan penulis
Sreenshot dari mater tulisan penulis

Ayat ini mengajak kita untuk selalu mengingat segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita, seperti kesehatan, rezeki, keluarga, atau kesempatan untuk beribadah. Dengan bersyukur, kita tidak hanya menunjukkan rasa terima kasih kepada Allah, tetapi juga membuka lebih banyak pintu rezeki.

Bersyukur adalah cara untuk mengakui segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Ketika bersyukur sejatinya kita sedang menanam kebaikan dalam diri kita. Kebahagiaan, ketenangan, dan rezeki yang melimpah akan kembali kepada kita sendiri.

Sebaliknya, orang yang tidak bersyukur akan kehilangan banyak kebaikan. Mereka akan selalu mengeluh, merasa tidak cukup dengan apa yang mereka miliki, dan sulit untuk bahagia. Allah Maha Kaya dan tidak membutuhkan syukur (ucapan terima kasih) dari kita, tetapi syukur (ucapan terima kasih) akan membawa kita pada kebaikan. Sementara iru, orang yang tidak bersyukur (kufur nikmat) akan mengalami kerugian sendiri.

Tiga Nasihat Lukman Al-Hakim

Apa yang diajarkan oleh Luqman al-Hakim kepada anaknya menjadi salah satu pelajaran berharga yang diabadikan dalam Al-Qur'an. Nasihat-nasihatnya tidak hanya relevan bagi anaknya pada masa itu, tetapi juga menjadi panduan bagi semua orang pada masa kini yang ingin menjalani hidup dengan bijak. Berikut ini beberapa nasihat Luqman yang penuh hikmah kepada anaknya:

1. Jangan Menyekutukan Allah 

Dengan kasih sayang yang penuh, Luqman mengingatkan anaknya tentang dosa besar syirik, mempersekutukan Allah dengan makhluk lain. Nasihat ini menunjukkan betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai moral dan akidah yang benar dalam diri anak sejak dini.

Dalam Islam, dosa yang paling besar adalah syirik. Dalam banyak ayat Al-Qur'an, Allah SWT memperingatkan kita akan bahaya syirik.

Sreenshot dari mater tulisan penulis
Sreenshot dari mater tulisan penulis

Ayat ini menampilkan percakapan yang sangat menyentuh antara Luqman al-Hakim dan anaknya, di mana dia memberikan nasihat yang sangat berharga tentang ketauhidan kepada anaknya. Beliau mengingatkan anaknya pada bahaya syirik dan pentingnya mempertahankan keesaan Allah.

Nasihat Luqman ini menjadi pengingat penting bagi semua orang, terutama para orang tua, tentang pentingnya pendidikan agama dalam keluarga. Dengan menanamkan akidah yang benar kepada anak-anak kita sejak dini, kita telah memberikan mereka bekal yang sangat berharga untuk menghadapi tantangan hidup.

Syirik adalah menyekutukan Allah dengan apa pun, baik itu benda, makhluk hidup, atau konsep abstrak. Syirik adalah dosa yang sangat besar yang memiliki kekuatan untuk menghapus semua amal baik seseorang. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati sepanjang waktu agar kita tidak terlibat dalam perbuatan syirik.

2. Berbuat Baik kepada Orang Tua 

Begitu mulianya seorang ibu. Ia mengandung anaknya dalam keadaan lemah yang bertamabah-tambah, dan setelah itu, ia menyusui dan merawatnya selama dua tahun. Proses ini menunjukkan seberapa dekat dan seberapa besar kasih sayang seorang ibu dengan anaknya. Allah SWT memerintahkan kita untuk bersyukur kepada orang tua kita, terutama ibu, sebagai balasan atas kasih sayang mereka yang luar biasa.

Dalam Al-Qur'an Allah berfirman

Sreenshot dari mater tulisan penulis
Sreenshot dari mater tulisan penulis

Ayat di atas menegaskan hak orang tua atas anak-anaknya. Setelah melalui proses yang panjang dan penuh pengorbanan, seorang ibu berhak mendapatkan penghormatan dan kasih sayang dari anaknya. Allah SWT mengingatkan kita bahwa hanya kepada-Nya kita akan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang kita lakukan setelah kembali kepada-Nya, termasuk bagaimana kita memperlakukan orang tua kita.

Lihatlah urutan dalam ayat ini. Kita diperintahkan untuk bersyukur kepada kedua orang tua kita setelah diperintahkan untuk bersyukur kepada Allah; ini menunjukkan bahwa bersyukur kepada Allah adalah landasan utama, dan bersyukur kepada orang tua adalah bagian dari ibadah kepada Allah. Dengan berbuat demikian, kita telah melaksanakan perintah Allah.

Ayat ini memberikan gambaran yang begitu mendalam tentang tanggung jawab dan kasih sayang seorang ibu. Mengandung, melahirkan, dan menyusui adalah proses yang sangat sulit dan beresiko, tetapi seorang ibu melakukannya dengan tulus dan penuh kasih sayang. Akibatnya, Allah SWT memerintahkan kita untuk bersyukur kepada orang tua kita, terutama ibu kita.

Ayat ini juga menunjukkan betapa pentingnya berbakti orang tua. Berbakti kepada orang tua tidak hanya memberi mereka apa yang mereka butuhkan, tetapi juga menunjukkan hormat, kasih sayang, dan perhatian kepada mereka. Jika kita berbakti kepada orang tua kita, kita tidak hanya akan mendapatkan pahala dari Allah SWT, tetapi kita juga akan mendapatkan ketenangan hati dan keberkahan dalam hidup kita.

3. Jangan Taat bila Disuruh Musyrik kepada Allah 

Dengan mempertimbangkan ajaran sebelumnya bahwa kita harus menghormati orang tua kita, bagaimana jika orang tua kita meminta kita untuk melakukan syirik, yaitu mempersekutukan Allah? Dalam keadaan sulit ini, Allah meminta kita untuk tetap teguh pada iman kita dan tidak menuruti ajakan orang tua kita untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Namun, sebagaimana Firman-Nya dalam Q.S. Lukman 31:15, kita harus tetap berbuat baik kepada mereka dalam kehidupan duniawi kita.

Sreenshot dari mater tulisan penulis
Sreenshot dari mater tulisan penulis

Ketika ada perbedaan nilai antara perintah Allah dan keinginan orang tua, ayat ini memberikan solusi yang bijak. Allah mengajarkan kita untuk mempertahankan nilai-nilai agama kita dan menghormati orang tua kita. Ini menunjukkan betapa pentingnya memastikan bahwa iman dan akhlak berada dalam keseimbangan yang baik.

Kita harus bijaksana dan sabar dalam situasi seperti ini. Kita harus menjelaskan kepada orang tua kita dengan lembut dan santun mengapa kita tidak bisa menuruti permintaan mereka. Kita juga harus terus berdoa kepada Allah agar Dia memberi kita petunjuk dan kekuatan untuk menghadapi cobaan ini.

Kita tidak perlu khawatir tentang apa yang akan terjadi di masa depan, karena Allah akan selalu menjaga dan melindungi kita, kita hanya perlu terus berbuat baik dan bertawakal kepada-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun