Sebuah Renungan
Cahaya senja perlahan memudar, digantikan oleh rembulan yang mulai menampakkan sinarnya. Aku duduk termenung di beranda, pikiran melayang ke berbagai peristiwa yang telah ku lalui. Setiap helaan napas membawa serta sejuta kenangan, manis dan pahit bercampur aduk.
Kisah Hidup Yang Aku Rasa
Hidup ini bagaikan sebuah buku cerita yang terus ditulis setiap hari. Ada bab-bab yang penuh dengan tawa, di mana kebahagiaan melingkupi seluruh jiwa. Ada pula bab-bab yang penuh dengan air mata, di mana kesedihan menyelimuti hati. Tak ada satu pun kisah yang benar-benar sempurna, setiap manusia punya jalan cerita yang unik dan berbeda-beda.
Kisah yang bertuturpun kadang tak mampu untuk di cerna. Kadang, kita merasa begitu sulit untuk memahami mengapa hal-hal tertentu terjadi dalam hidup kita. Pertanyaan-pertanyaan besar tentang makna hidup, tujuan hidup, dan takdir seringkali menghantui pikiran. Namun, di tengah segala kerumitan hidup, kita harus belajar untuk menerima bahwa tidak semua hal bisa kita pahami.
Hidup memang sudah punya rumusnya sendiri, tawa dan tangis selalu silih berganti mewarnai langkah. Kebahagiaan dan kesedihan adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya sama-sama penting dalam membentuk siapa kita. Tak akan ada tawa yang kekal dan juga tidak akan ada tangis yang abadi. Kehidupan ini dinamis, selalu berubah dan berkembang.
Namun kerasnya tawa atau tingginya raung tangis tak akan pernah bisa kita takar. Setiap orang memiliki ambang batas kesabaran dan kegembiraan yang berbeda-beda. Apa yang dianggap remeh oleh orang lain, mungkin saja menjadi duka yang mendalam bagi kita. Begitu pula sebaliknya, apa yang dianggap sebagai kebahagiaan yang luar biasa bagi kita, mungkin saja dianggap biasa saja oleh orang lain. Semua sudah di atur oleh sang Khaliq sesuai kapasitas hamba-Nya.
Namun kita tidak bisa menebak kapan tawa itu di ganti tangis dan begitu juga sebaliknya kapan tangis itu diganti dengan tawa. Kehidupan penuh dengan kejutan, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Yang pasti, kita harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan.
Seperti hari ini, Ahad, 11 Agustus 2024, saya tidak pernah menyangka bahwa saya harus berada di Bandung. Dalam benak saya, tidak pernah terlintas rencana untuk pergi ke kota ini. Namun, hidup memang penuh dengan kejutan dan rencana yang tak terduga. Sakitnya paman saya menjadi alasan yang tak disangka-sangka mengharuskan saya berada di Bandung.
Peristiwa ini mengingatkan saya bahwa terkadang, kita dipanggil untuk berada di tempat dan waktu yang telah ditentukan, meski itu di luar rencana dan perkiraan kita sendiri. Semua sudah diatur oleh-Nya, dan kita hanya bisa mengikuti alur takdir yang telah digariskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H