Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru

Senang membaca dan suka menulis, olahraga favorit adalah Sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hijrah Sang Singa Padang Pasir

19 Juli 2024   16:17 Diperbarui: 19 Juli 2024   16:18 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hijrah Sang Singa Padang Pasir: Kisah Keberanian Umar bin Khattab

Di tengah kegelapan malam yang menyelimuti Mekkah, kaum muslimin bergerak secara rahasia menuju Madinah untuk mencari perlindungan dari tekanan dan penderitaan yang dilakukan oleh kaum Quraisy. Salah satu dari mereka menonjol karena keberaniannya yang luar biasa. Dialah Umar bin Khattab, atau "Singa Padang Pasir". Tanpa keraguan, Umar memilih untuk hijrah, menunjukkan keberanian dan keteguhan yang menginspirasi para sahabatnya.

Dengan pedang yang terhunus, panah yang siap, dan tombak pendek, Umar bin Khattab menuju Kakbah dengan keyakinan penuh. Ia dengan berani melakukan tawaf tujuh putaran di hadapan para pemuka Quraisy yang tercengang. Umar tanpa ragu mengejutkan mereka dengan masalah yang menggelegar:

"Siapa yang ingin ibunya meratap karena anaknya mati, atau anaknya menjadi yatim karena kehilangan ayah dan menjadikan istrinya sebagai janda, hendaklah dia menemui aku di balik lembah ini karena aku mau hijrah sekarang!"

Kata-kata Umar bin Khattab menggetarkan hati setiap orang seperti kilat di siang bolong. Orang-orang yang mendengarnya terdiam tak berkutik karena keberanian dan kalimatnya yang penuh makna yang menggabungkan kekuatan dan keindahan bahasa. Tidak ada yang berani menentangnya.

Bandingkan kalimat Umar dengan kalimat tantangan biasa, seperti "Eh, Anjing babi! Sini maju! Kita gelut!". Kalimat Umar jauh lebih elegan dan penuh makna. Ia menggunakan kata-kata yang indah dan majas yang tepat untuk menyampaikan pesannya.

Pertama, ia menggunakan kata-kata seperti "ibu yang meratap", "anak yang yatim", dan "istri yang janda". Para pendengar merasa ketakutan dan empati karena kata-kata ini. Mereka membayangkan bagaimana keluarga mereka akan menderita dan menangis jika mereka berani melawan Umar.

Kedua, Umar menantang para pemuka Quraisy dengan kalimat tanya retoris, "Siapa yang ingin...?" daripada mencari jawaban. Ia ingin menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki keberanian untuk menentangnya.

Ketiga, Umar berkata dengan tegas, yakin, "Aku ingin hijrah sekarang!" Kalimat ini menunjukkan keinginan kuat dia untuk meninggalkan Mekkah dan Islam.

Secara keseluruhan, kalimat tantangan Umar bin Khattab menunjukkan kemampuan menggunakan bahasanya dengan baik. Ia memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesannya dengan cara yang kuat, berkesan, dan penuh makna. Hal ini menjadikannya teladan bagi umat muslim untuk selalu menggunakan kata-kata sopan dan baik bahkan dalam keadaan yang sulit.

Kisah hijrah Umar bin Khattab adalah contoh nyata dari iman yang teguh dan keberaniannya yang luar biasa. Bahkan di hadapan musuh yang lebih kuat, dia tetap teguh pada Islam. Dia menjadi teladan bagi umat muslim di seluruh dunia karena semangatnya yang pantang menyerah dan cara penyampaiannya yang penuh makna. Selain menunjukkan keberanian secara fisik dengan memilih jalur hijrah yang berani, Umar bin Khattab juga menunjukkan keberanian dalam mempertahankan prinsip kebenaran dan keadilan setiap saat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun