Tawakal itu Perlu
Berusaha itu Wajib,Matahari pagi menyapa, mentari yang biasanya menghadirkan semangat, kini terasa menyiramkan perih di hati saya. Langkah kaki saya yang biasa ringan melangkah ke kebun sawit, hari ini terasa berat. Bayangan kebun yang hijau sirna seketika saat saya melihat kenyataan pahit di depan matanya.
Tunas-tunas sawit yang biasanya hijau segar, kini mengering dan layu. Daun-daunnya yang rimbun, kini tampak bolong-bolong, seperti dimakan oleh hama yang rakus. Pelepah-pelepahnya pun tak luput dari kerusakan, bekas gigitan dan sayatan terlihat jelas, pertanda ada tangan jahil yang telah mengusik tanamannya.
Apa yang saya lakukan melihat keadaan seperti itu
Saya masuk ke kebun menyusuri pohon demi pohon untuk melakukan penyidikan dan penyelidikan mendalam (wuih gagahnya, kaya polisi saja), akhirnya saya menemukan penyebab mengeringnya tunas tersebut. Ternyata, hama kumbang tanduk adalah biang keladinya. Kumbang ini membuat lubang di batang tanaman dan memakan tunas muda dari pangkalnya, yang menyebabkan pucuknya mengering.
Adapun pelepah sawit yang patah menunjukkan tanda-tanda bahwa itu disengaja oleh seseorang yang merasa jalannya terhalang. Memang benar, beberapa pelepah sawit menjulur hingga ke jalan dan mungkin mengganggu orang yang melintas. Namun, perlu diingat bahwa jalan tersebut adalah jalan pribadi saya, bukan jalan umum. Jalan itu terletak di tengah kebun sawit saya, yang saya bangun sendiri tanpa bantuan atau urunan dari orang lain.
Oleh karena itu, jika ada pelepah sawit yang menjulur ke jalan, saya biarkan saja karena masih berada di wilayah saya. Seharusnya, orang yang melewati jalan tersebut menghindari pelepah sawit, bukannya memangkasnya. Apalagi, sawit yang masih muda dan belum berbuah tidak boleh dipangkas pelepahnya karena akan mengganggu pertumbuhan batangnya.
Sudahkah dilakukan pencegahan.
Pencegahan sebenarnya sudah pernah dilakukan. Saya menaburkan sesendok puradan di sela-sela tunas sawit, dan usaha ini sempat berhasil. Namun, keberhasilannya hanya bersifat sementara. Begitu puradannya habis, kumbang-kumbang itu kembali dan melanjutkan aktivitas merusaknya.
Usaha berikutnya perlu dilakukan dengan pendekatan yang lebih tahan lama untuk benar-benar mengatasi masalah hama ini. Langkah yang saya ambil adalah dengan memasang jebakan "Batman". Jebakan ini menggunakan bahan kimia bernama Feromonas, yang aromanya sangat disukai oleh kumbang tanduk (maaf, ini bukan iklan ya).
Cara kerjanya adalah dengan menggantungkan Feromonas pada tiang yang telah dimodifikasi, di bawahnya dipasang ember berisi air. Berikut ini fotonya:
Teorinya, kumbang tanduk akan terbang menuju aroma Feromonas, menabrak seng, dan akhirnya jatuh ke dalam ember yang berisi air, sehingga terperangkap di sana. Metode ini sudah dipraktekkan dan dibuktikan oleh tetangga kebun, yang hampir setiap hari berhasil "memanen" kumbang tanduk dengan cara ini. Hehehehe
Untuk mengatasi tangan-tangan jahil yang merusak tanaman, saya mengambil pendekatan kekeluargaan. Saya berbicara dengan orang-orang yang sering melewati jalan tersebut, terutama mereka yang menyadap getah karet di kebun sekitar, agar lebih berhati-hati dan tidak merusak tanaman, apalagi dengan sengaja. Saya menjelaskan pentingnya menjaga kebun sawit ini dan dampak negatif yang bisa terjadi jika tanaman dirusak.
Jika kerusakan masih terus terjadi, saya akan mengambil tindakan lebih tegas dengan memasang portal di jalan tersebut, sehingga tidak sembarang orang bisa masuk dan melewati jalan di kebun saya. Hal ini dilakukan demi menjaga tanaman agar tetap tumbuh dengan baik dan tidak terganggu oleh tindakan yang tidak bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H