Kesempatan Berharga di Temu Penulis Nusantara
KehilanganDunia sastra selalu memikat hati para penikmatnya. Bagi saya, momen paling dinanti adalah Temu Penulis Nusantara III yang diselenggarakan oleh PGRI Pusat di Bandung. Bayangkan, dikelilingi penulis-penulis handal dari seluruh negeri, mendengarkan pengalaman dan nasihat mereka, serta berkesempatan untuk berbagi cerita dan inspirasi. Acara ini bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan, sebuah kesempatan emas yang mungkin tak terulang.
Hati saya berdegup kencang, penuh dengan antusiasme untuk menghadiri acara tersebut. Karena, disamping bisa bertemu dengan para penulis senior dan handal, sayapun bisa bernostalgia main di Alun-alun Bandung, bernostalgia di Kampus, dan jalan-jalan di jalan Braga yang legendaris.Â
Bahkan kawan karibku (besti kalau istilah sekarang) yang tinggal di Bandung dan sekitarnya telah dikabari, mereka siap mengajak melanglang buana menjelajah kota Bandung, napak tilas tempat dulu kami bercanda ria bersama, menorehkan pena menggubah cerita yang akan menjadi sejarah di masa datang. Â
Namun, takdir berkata lain. Ada kegiatan penting yang tidak bisa saya tinggalkan, dan dengan berat hati, saya harus merelakan kesempatan berharga ini. Pepatah "Kesempatan tidak datang dua kali" berkumandang di telinga, namun kali ini, saya harus puas mengikuti acara melalui Zoom.Â
Meskipun tidak bisa merasakan atmosfer kebersamaan dan semangat secara langsung, sebagai penulis pemula (penulis mulai usia lanjut, mengambil istilah pak Suherman, penulis dari Ujung Harapan Bekasi) saya bersyukur masih bisa mengikuti sesi-sesi inspiratif dari para penulis ternama. Ilmu dan pengalaman mereka bagaikan air yang menyejukkan jiwa, memotivasi saya untuk terus berkarya dan mengejar mimpi di dunia sastra.
Di balik rasa kecewa, saya belajar bahwa setiap kejadian memiliki hikmahnya sendiri. Mungkin ini bukan waktu yang tepat bagi saya untuk hadir di Bandung, tapi saya yakin, suatu hari nanti, jalan akan terbuka dan saya bisa merasakan pengalaman berharga di Temu Penulis Nusantara berikutnya.
Kehilangan kesempatan kali ini menjadi pengingat bahwa hidup penuh dengan pilihan dan konsekuensi. Kita harus belajar untuk memaksimalkan setiap peluang yang ada, namun juga menerima kenyataan bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai rencana, sebagaimana pepatah arab "Al insaanu bittafkiir Wallahu bittadbiir." Yang terpenting adalah terus belajar, berkarya, dan mengejar mimpi dengan penuh semangat dan pantang menyerah.Â
Perjalanan di dunia sastra masih panjang terbentang di depan mata. Saya yakin, dengan tekad dan kerja keras, saya akan mampu meraih mimpi dan menjadi bagian dari komunitas penulis yang luar biasa ini. Temu Penulis Nusantara mungkin hanya tinggal kenangan, namun semangat dan inspirasinya akan terus membakar jiwa saya untuk berkarya dan memberikan kontribusi bagi dunia sastra Indonesia.
Salam literasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H