Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buah-buahan: Dulu dan Sekarang

15 Mei 2024   16:55 Diperbarui: 19 Mei 2024   00:48 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Jamaika (Koleksi pribadi)

Masa kecil bagaikan lukisan indah penuh kenangan. Salah satu yang tak terlupakan adalah kenangan bermain dan menyantap buah-buahan segar di kebun. Namun, jika kita bandingkan dengan anak-anak zaman sekarang, pemandangan tersebut nampaknya mulai memudar.

Melihat foto di atas, jadi teringat masa kecil. Masa kecil saya nggak ada yang seperti itu. Karena buah yang jatuh langsung diambil baik oleh yang punya atau oleh kami yang lebih sigap, bangun lebih pagi daripada yang punya pohon. Tak peduli buah itu masih utuh atau bekas 'kalong' atau 'tupai', diambil untuk dimakan dan tentunya setelah dibersihkan terlebih dahulu.

Dahulu, anak-anak gemar sekali menjelajahi kebun, tak terkecuali kebun orang lain. Beragam buah-buahan menjadi camilan favorit mereka. Rasa manis, asam, dan segarnya buah-buahan menjadi daya tarik tersendiri, bahkan mereka tak segan menyantap buah apa saja asalkan tidak memabukkan.

Foto : Jamaika buahnya rontok (Koleksi Pribadi)
Foto : Jamaika buahnya rontok (Koleksi Pribadi)

Ketika di sekolah, saat istirahat adalah saat yang tepat untuk membuat janji dengan teman-teman tentang tempat main yang akan dituju setelah sekolah selesai. 

Suatu saat pernah berjanji untuk nyari burung di sekitar rumah kawan di pinggir Sungai Citarum setelah pulang sekolah. Namun, kami tidak tiba tepat waktu karena rekan kami terlambat keluar karena mendapat hukuman dari guru untuk berdiri di depan kelas. 

Dulu, jika guru memberikan tugas hapalan dan kita hapal, maka kita akan berdiri di depan kelas dengan kaki diangkat sebelah atau posisi biasa, dan waktunya tergantung kapan kita dipanggil ke depan. Jika dipanggil awal, kita akan berdiri sampai murid terakhir selesai.

Anak-anak nurut dan tidak memiliki dendam terhadap guru mereka setelah itu, mereka biasanya akan lebih giat belajar, menghasilkan perubahan besar dalam kemampuan belajar mereka. 

Pada saat ini hukuman seperti itu tidak lagi berlaku, guru bahkan tidak akan berani melakukannya karena takut diperkarakan karena kasus di mana seorang guru didakwa di pengadilan hanya karena menegakkan disiplin siswa.

Foto: Jamaika (Koleksi pribadi)
Foto: Jamaika (Koleksi pribadi)
Saya tinggal di desa, di belakang rumah saya penuh dengan pohon buah, dari yang biasa sampai yang langka dan dari yang rasa manis (misal Lengkeng, Mangga, Anggur Brazil, Jambu Kristal, Jambu Jamaika dan lain-lain) sampai yang kecut (Duwet, Ceremai dan kedondong) pada saat musim berbuah, buah-buahannya justru rontok dan terbuang sia-sia, dimakan hewan atau membusuk karena tidak sempat dipanen. Anak dan cucuku nggak begitu senang, yang dia senangi buah yang di supermarket, buah Kiwi misalnya.

Bagi saya, menanam buah-buahan bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga sebuah gaya hidup. Saya percaya bahwa buah-buahan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan. 

Buah-buahan kaya akan vitamin, mineral, dan serat yang penting untuk tubuh. Mengonsumsi buah-buahan secara rutin dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh, melancarkan pencernaan, dan menjaga kesehatan jantung.

Foto: Duwet (Koleksi pribadi)
Foto: Duwet (Koleksi pribadi)
Selain itu, menanam buah-buahan juga dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan. Pohon buah-buahan membantu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen, sehingga dapat membantu mengurangi polusi udara. Pohon buah-buahan juga dapat membantu mencegah erosi tanah dan menjaga kesuburan tanah.

Kini, zaman telah berubah. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, terpaku pada layar gadget dan permainan. Buah-buahan seolah kehilangan daya tariknya.

Perubahan ini tentu membawa keprihatinan. Buah-buahan bukan hanya camilan lezat, tetapi juga sumber vitamin dan mineral yang penting bagi tubuh. Kurangnya minat anak terhadap buah dapat berakibat pada kesehatan mereka di masa depan.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Orang tua dan pendidik memiliki peran penting dalam mengenalkan kembali nikmatnya buah-buahan kepada anak-anak. Ajak mereka bermain di kebun, memetik buah langsung dari pohonnya, dan rasakan sensasi kesegarannya. Ceritakan kisah-kisah masa kecil tentang petualangan mencari buah dan jelaskan manfaatnya bagi kesehatan.

Dengan pengenalan dan edukasi yang tepat, diharapkan anak-anak kembali menggemari buah-buahan. Tak hanya sebagai camilan, tapi juga bagian dari gaya hidup sehat dan penghargaan terhadap alam.

Mari kita jaga kelestarian pohon buah dan lestarikan budaya menyantap buah bersama keluarga. Buah-buahan bukan hanya makanan, tapi juga kenangan dan warisan tradisi yang perlu dilestarikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun