Buah Rambe adalah buah yang unik yang ditemukan di beberapa tempat dengan nama yang berbeda tetapi memiliki rasa dan bentuk yang sama. Di Minang disebut Rambai, di Jawa disebut Menteng, dan di Sumatera Selatan disebut Rambe. Di Kecamatan Air Kumbang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, buah Rambe sudah semakin langka karena kebutuhan tanah yang meningkat untuk pembangunan rumah dan perkebunan.
Dua puluhan tahun yang lalu di Nusamakmur Kecamatan Air Kumbang (dulu Kec. Banyuasin I) tatkala didominasi tranportasi air, kalau musim Rambe banyak perahu yang parkir di pinggir sungai, menunggu antrian mengangkut buah Rambe. Kala itu hampir setiap rumah memiliki batang Rambe, bahkan di sepanjang jalan poros desa berjajar batang Rambe sehingga kalau musim berbuah pemandangan jalan menjadi unik karena didominasi warna hijau daun dan kuningnya buah Rambe, bahkan jalan pun berwarna kuning karena banyak buah Rambe yang rontok. Tahun dua ribuan berganti, karena alat transportasi di dominasi transportasi darat, maka truk masuk dan mengangkut buah Rambe langsung dari Nusamakmur ke pasar induk Caringin Kota Bandung. Kini ... hanya beberapa motor yang masuk dan sesekali mobil pickup mengangkut buah Rambe untuk dibawa ke Palembang.
Buah Rambe, dengan keindahan bentuk dan warna kulitnya yang menggoda, seringkali menjadi perhatian di pasar-pasar tradisional di Palembang. Namun, jauh di balik kecantikannya, tersimpanlah sebuah keistimewaan yang membedakan buah ini dari yang lain: rasa asam yang unik. Buah Rambe menghadirkan pengalaman rasa yang tak terlupakan bagi siapa pun yang mencicipinya.
Pertama-tama, perlu dipahami bahwa keasaman Buah Rambe tidak hanya sekadar citra rasa, tetapi juga cerminan dari iklim dan lingkungan tempatnya tumbuh. Air Kumbang, dengan kondisi tanah dan iklimnya yang khas, memberikan karakteristik tersendiri pada buah ini. Kehadiran rasa asam yang segar di setiap gigitannya menjadi bukti akan keberlimpahan alam di daerah tersebut.
Selain itu, rasa asam Buah Rambe juga mencerminkan keanekaragaman kuliner Indonesia. Di antara beragam buah-buahan tropis yang manis, kehadiran Buah Rambe menambah variasi rasa yang memperkaya budaya kuliner lokal. Dalam hidangan-hidangan tradisional atau bahkan dalam eksperimen masakan modern, kehadiran Buah Rambe dapat menjadi bahan utama yang mengubah dinamika rasa dan memberikan sentuhan unik pada hidangan.
Namun demikian, Buah Rambe tidak mudah diolah meskipun memiliki rasa asam yang unik. Buah ini memiliki rasa asam yang kuat, jadi membutuhkan keterampilan khusus untuk memadukan bahan-bahan lain agar hasilnya tetap lezat dan seimbang secara rasa. Inilah yang membuat Buah Rambe menarik bagi para koki dan pecinta kuliner untuk terus membuat hidangan baru. Makanan yang terbuat dari kulit rambe termasuk tumis kulit rambe, sambal kulit rambe, dan sambal goreng kulit rambe, antara lain.
Menurut beberapa literatur yang penulis baca, buah Rambe memiliki manfaat bagi kesehatan manusia di balik rasanya yang unik. Sebagaimana dikutip dari Tribunnews.com (diakses Minggu 5 Mei 2024), buah rambe memiliki banyak manfaat, termasuk mencegah kanker, mendukung kesehatan organ pencernaan, menjaga kadar gula darah, menjadi antibakteri, mendukung kesehatan jantung, mengatasi dehidrasi, memberikan nutrisi pasca persalinan, memberikan energi, dan mendukung kesehatan mata.
Dengan demikian, Buah Rambe tidak hanya sekadar buah yang indah secara visual, tetapi juga menyimpan kisah yang menarik tentang keberlimpahan alam, keanekaragaman kuliner, dan tantangan dalam pengolahannya serta manfaatnya bagi kesehatan. Melalui penghargaan dan pemahaman terhadap keistimewaan Buah Rambe, kita dapat memperkaya pengalaman kuliner kita sendiri serta menghargai kekayaan alam dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H